Senja Di Kala Hujan (1)

34 8 2
                                    

      Dikala mentari terbenam dan seisi dunia menjadi jingga, disanalah senja tiba. Gradiasi warna menuju kegelapan yang penuh kisah romansa dan pilu serta dari warna cerah penuh tawa dan benci. Disanalah senja tiba, peralihan sebuah babak dalam jutaan kisah yang berputar. Menampakkan jingga yang menghangatkan, semua jiwa menjadi tenang seketika. Keletihan, penat, bahagia seolah semua terpaku menatap kehangatannya.
    
     Tapi, senja hari ini ditemani hujan. Jingga yang hangat berubah menjadi warna kelam yang menangis.

''Ah, waktu yang tepat bernostalgia'', batinku.
   
     Aku menatap langit dari jendela di koridor sekolahku. Meskipun mata ini tak melihat jingganya langit, rasa tetap tak ingin waktu berjalan begitu cepat. Karena aku berharap ada sebuah kisah yang kan dituliskan oleh rintikan air hujan ini. Ya, hati ini berharap mendapat kisah yang berkesan saat senja di kala hujan ini. Karena itu yang selalu aku harapkan ketika senja tiba.
   
     Aku mulai berjalan menyusuri koridor sekolah. Sebagian besar siswa masih berada di sekolah, karena hujan turun sesaat sebelum bel pulang berbunyi. Beberapa siswa ada yang bercanda tawa dengan kelompoknya, bermain kartu, belajar kelompok, dan lainnya.

''mereka sudah mendapatkan kisah'' pikirku disaat kakiku berhenti melangkah. Disaat kakiku berhadapan dengan seseorang yang sangat ingin kusapa. Mata kami bertatapan cukup lama, waktu terasa terhenti. Aku ingin bicara, tapi lidahku ikut terhenti bersama waktu. Seketika ia menutupi wajahnya dengan buku dan berlari menjauh dariku.
     Seakan mengerti pertanda, kakiku mulai berlari seiring cepatnya waktu akan pergi. Aku akan melakukannya. Itu yang kupikirkan saat aku turun dengan cepat melewati tangga. Ia berlari cukup cepat dari lantai empat menuju lantai dasar.
     Nafasku terasa habis tatkala aku melihatnya berlari di tengah hujan, aku ingin mengejarnya. 

"Aku harus kesana, harus. Aku takkan mengulangi kesalahan 2 tahun lalu", berontakku dalam hati.

     Tetapi kakiku seketika terpaku. Ia terjatuh di tengah derasnya hujan, kakiku semakin terpaku. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku akan gagal lagi.
  
    Seketika orang-orang berkerumun dan gaduh melihat ia terjatuh di tengah hujan. Ia berteriak. Telingaku tak salah. Ia benar berteriak. Ia menatap ke arahku.
  
     Ku jatuhkan tubuhku, tapi kakiku tetap lemas. Ku mencoba untuk bangkit tapi kakiku terus terjatuh. Aku berlari dan terus terjatuh di tengah hujan. Terjatuh dan terus terjatuh.

-bersambung-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Panggung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang