1

6 0 0
                                    

*sesuatu yang tidak sengaja terkadang untuk suatu kebaikan aku mengatakan itu adalah keajaiban*

Aku sedikit berlari di lorong sempit berbatu. Kakiku melangkah dari batu ke batu sambil berdendang.
'Ah, hari yang indah' gumamku dalam hati.

Terdengar kicauan burung dan angin yang mengusik daun pepohonan, membuatku berhenti sejenak menikmati suasana itu. Rambutku sedikit bergerak mengikuti arah angin. Kupejamkan mata sambil merentangkan tangan. Entah sudah berapa lama aku berdiri di sana dengan posisi yang sama.

Tiba tiba sesuatu dingin menyentuh kakiku, bahkan seperti bergerak. Mataku langsung terbuka dan memandang ke arah kaki. Seekor ular sedang merayap dengan sebagian tubuhnya ada pada kakiku. Aku melihat kepalanya bergerak tepat di jari kaki kiri. Jantung seperti berhenti berdetak. Aku bahkan kehilangan suara saat mencoba berteriak. Ular itu bahkan diam di tempat.
"Plaak" sebatang pohon kering jatuh mengenai ekor ular, membuatnya kaget.  Dia kelihatan marah, kepalanya bergerak ke belakang tepat di kaki kanan, terlihat seperti akan menerkam kakiku. Tersadar aku dalam bahaya, kaki kiriku sudah berada di sebuah batu di depanku. Entah apa yang aku pikirkan, aku hanya ingin pergi dari sana. Ketika aku mencoba mengangkat kaki kanan, seseorang bediri di hadapanku.

"Jangan bergerak," katanya dengan tenang.
Aku hanya memandang matanya seperti memohon pertolongan.

"Tidak apa, ada aku di sini. Kamu akan baik baik saja," ungkapnya seolah olah mengerti bahasa isarat dari pandangan mataku.
Sesuatu itu bergerak lagi di kaki kananku. Mataku sudah berkaca kaca. Wajahku sepertinya pucat, aku merasak keringat di hidung. Sedetik kemudian dia mendekatkan wajahnya, Hingga sesuatu yang lembut menyentuh bibirku saat air mataku jatuh. Dan semuanya menjadi gelap.

"Hey, bangun!"
Aku mendengar suara seorang laki laki, tangannya menepuk lembut pipiku . Ketika mataku terbuka, tatapannya sedang menungguku disana.
" Apa kamu baik baik saja?" Aku hanya mengangguk lemah.
"Baiklah. Kamu bisa bersandar di pohon sekarang."
"Terimakasih,"
"Hm"
"Aku Nana," ucapku dengan senyum tulus . Aku menunggu dia memperkenalkan namanya.  Namun dia tetap diam.

'Deg'

Jantungku berdetak lebih cepat. Aku merasakan telingaku memanas. Entahlah, mungkin karena tatapannya yang mebuatku tak nyaman. Atau keheningan diantara kami yang membuatku resah.
Aku memalingkan wajahku.

'"Berhentilah menatapku" gumamku.
"Kenapa?"
"Ha?" Aku seperti kehilangan kata kata.  Jawaban apa yang harus aku jawab?
" Tidak biasa,  ditatap seperti itu" lanjutku.
"Biasakan mulai detik ini".
Aku yang terdiam. "Kenapa?" Tanyaku lagi.
"Tanya sama Ibu dan ayahmu," lalu dia berdiri dan berjalan meninggalkanku. Aku merasa seperti dibodohi. Emang anak laki laki zaman sekarang sukanya buat anak gadis orang pada bingung. Aku menatap punggungnya yang semakin jauh dan mengecil.
"Ya sudah. Nanti aku tanyakan pada ayah" jawabku. Aku yakin dia tidak akan mendengarnya.  Aku berdiri dan menarik badan, melakukan loncat kecil beberapa kali untuk mengembalikan tenagaku. Aku berjalan santai mengitari beberapa pohon sambil bersenandung. Aku benar benar melupakan permasalahn ular.

Aku melihat jam menunjukkan pukul 17.40 . Sepertinya aku memnghabiskan 2 jam disini.
Suasana semakin sepih. Aku memilih pulang daripada melanjutkan perjalananku. Kembali ke lorong berbatuan itu masih dengan kicauan burung di atas pohon. Mungkin besok  akan ke sini lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keremangan mengejar sebuah KepastianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang