Heterochromia Iridium?

93 4 2
                                    

Dunia kini telah berubah. Tidak ada lagi manusia yang menjunjung rasa kemanusiaan. Tidak ada lagi manusia yang peduli terhadap sesama. Semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Karena mereka berprinsip "Yang kuatlah yang akan bertahan!". Di dunia yang baru ini dimana orang-orang jauh dari kata waras. Dimana suku, ras, dan agama tidak lagi dipermasalahkan. Di dunia baru inilah terlahir heterochromia iridium.

Kalian pasti bertanya apa itu heterochromia iridium. Itu adalah semacam kelainan warna pigmen pada kornea mata. Di dunia yang baru ini, orang-orang yang memiliki kelainan ini cukup banyak. Aku salah satunya. Kornea mata kiriku berwarna hijau–dengan campuran warna kuning di sekitar pupil mata. Dan untuk mata sebelah kanan ku berwarna biru. Sungguh indah bukan? Ya tentu saja. Namun jujur, aku tidak terlalu menyukai kelainan yang aku miliki.

Kami pemilik heterochromia iridium dapat melihat apa yang manusia lain tidak bisa lihat. Tidak, bukan hantu. Melihat hal yang lebih dari itu. Ada yang bisa melihat masa depan, masa lalu, dan masih banyak lagi. Dan aku sendiri.... Aku bisa melihat hitungan mundur kematian seseorang. Hebat? Tidak ini sebuah bencana bagiku. Kalian tau, aku ingin hidup normal.


***


Angin musim semi berhembus pelan menerpa wajah gadis manis iitu. Am, begitulah orang-orang memanggilnya. Gadis bernama lengkap Amanda Hollingshead itu kini sedang duduk terdiam. Kedua matanya memandang ke arah langit. "Kosong...." Kata itulah yang terlintas dipikirannya.

Matahari telah tenggelam, membawa semburat lembayung oranye yang indah sore itu. Am belum berniat untuk beranjak pergi dari tempat ia duduk saat ini. Pikirannya masih melayang jauh. Matanya tajam menerawang ke balik lapisan statosfer. Berharap menemukan jawaban atas keresahannya dari bintang yang mungkin jatuh malam ini.

"Seharusnya aku bisa dengan mudah melihat bintang disini..." ucapnya sebagai penghilang sepi.

Satu. Dua. Tiga jam telah berlalu. Cerahnya bulan sabit mulai terlihat. Lapisan awan tebal yang menghalangi pandangannya kini mulai berhembus ke arah Utara, mengikuti hembusan angin musim semi yang terasa semakin dingin malam ini. 

"Ah, leherku...." Am mulai merasakan kram pada lehernya. Perlahan telapak tangan kirinya yang mungil bergerak ke arah belakang lehernya. Perlahan Am mulai memijat bagian belakang lehernya.


***


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HeterochromiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang