Happy Reading :))
Semua pandangan tertuju pada dua siswa yang saling berpegangan tangan itu. Oh tidak, lebih tepatnya si cowok yang mencengkeram tangan si gadis. Si gadis terus menundukkan kepalanya karena malu. Si cowok tetap memandang lurus ke depan sambil sesekali memberikan tatapan tajam kepada para siswa yang memperhatikannya.
Sesampainya di taman, gadis itu melepas paksa lengannya dari tangan si cowok. Karena cengkeramannya mulai longgar, gadis tersebut dengan mudahnya menarik tangannya yang sedikit memerah.
"Mau lo itu apa sih?!", bukan gadis itu yang membentak, melainkan Arkan, cowok yang telah menarik paksa tangan Aulia.
"Eh, harusnya gue yang nanya sama lo, mau lo apa sih?! Pake acara narik narik tangan gue lagi. Sakit tau"
Arkan menyeringai.
"Sakit? Heh sakit yang lo rasain ini ga sebanding sama yang lo lakuin pada Sindy!"
"Eh, denger ya, gue itu ga ngelakuin apa apa ke Sindy. Cewek lo aja noh yang suka caper"
Plakk
"Jaga ucapan lo ya. Sindy itu ga mungkin caper. Udah jelas jelas lo yang dorong dia sampe jatoh, gitu aja ga mau ngaku"
Menangis? Tidak, Aulia tidak secengeng itu. Dia adalah gadis yang kuat. Dia sudah terbiasa diperlakukan kasar seperti ini, lebih dari ini pun dia juga pernah.
Ini yang bikin dia benci sama kaum lelaki, kecuali papanya. Suka kasar dan main hakim sendiri. Seumur hidupnya, dia ga pernah sedikitpun punya niatan untuk pacaran.
"Oh jadi ini yang namanya Arkano Mahesa yang katanya baik hati dan tidak pernah nyakitin perasaan cewek?! Ternyata penilaian orang orang itu salah besar ya", ujar Aulia dengan penuh penekanan.
"Eh, lo denger ya, sekali lagi gue bilang gue ga dorong Sindy. Kaya ga ada kerjaan aja", lanjut Aulia dengan tangan dilipat di depan dada.
"Ga usah sok nutup nutupin bangkai. Suatu saat bangkai itu akan terbongkar juga", ujar Arkan lalu pergi meninggalkan Aulia.
"Kalo ga percaya ya udah!!", jawab Aulia sambil berteriak padahal jarak keduanya belum cukup jauh.
Mereka tidak sadar kalau sedari tadi ada seorang cewek berdiri dibalik tembok yang menguping sambil menyeringai.
🍒
Arkan POV
Siall
Kalo dipikir pikir, cewek tadi ada benarnya juga. Ga ada gunanya ngedorong Sindy sampai jatoh dari tangga. Tapi kalo bukan dia yang dorong terus siapa lagi.
"Selamat pagi, Arkan", sapa seorang cewek.
"Kok kamu udah sekolah sih, bukannya masih sakit?"
"Aku sekolah buat ketemu sama kamu lah. Kan aku kangen..", ujarnya sambil menampilkan puppy eyes nya.
Gemas, gue mengacak acak poninya yang tertata rapi itu.
"Ihh kok diacak acak sih rambut aku. Kan jadi berantakan", omelnya dengan bibir yang dikerucutkan.
"Abisnya kamu gemesin sih"
"Kangen kan? Ciee ciee yang kangen sama aku..", godanya.
"Eh, kan kamu yang ngomong kalo kangen. Lagian aku ga bilang kangen tuh", balasku balik menggodanya.
"Jahat dehh. Aku ngambek nih", bibirnya dikerucutkan lagi.
"Jelek tau kalo cemberut gitu. Ya udah deh iyaa, emang aku kangen sama kamu. Ayo ke kelas, keburu dateng gurunya"
"Ayokk"
Tbc..
Tambah gaje yaa :(
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of LOVE
Short Story"Lo berhasil buat hati gue mencair karna cinta yang lo beri", Aulia Rahma Azhari. "Terimakasih telah hadir dan nyadarin hati gue dari cinta yang salah", Arkano Mahesa. Cerita pertamakuuuuu :)