September Song

653 96 38
                                    


Our love was strong as a lion
Soft as the cotton you lie in
Time we got hot like an iron
You and I

Ia memanut diri di depan cermin. Bukan hendak merapikan penampilan, melainkan memandang dalam ke mata beriris Saphire yang terpantul pada cermin. Seakan bertanya dan melihat keyakinan pada mata itu.

"Kau sudah memutuskannya, Naruto. Maka kau harus pergi!" ucapnya penuh keyakinan, namun ada sekelebat keraguan dari rautnya.

"Naru, aku akan ke tempat paman Iruka untuk berpamitan. Kau tunggu saja di mobil!" teriak seorang pria dari luar kamarnya.

"Ya!" balasnya lantang dan beranjak dari cermin untuk melangkah menuju jendela yang mengarah ke halaman belakang—ke pohon Maple yang tak lagi berdaun namun selalu berdiri kokoh. Seakan berjanji untuk terus menjadi saksi sekaligus pengingat rahasia kecil yang terjadi di bawahnya.

Ia—pemuda pirang bernama Naruto itu menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan berharap sedikit keraguannya ikut terembus jauh dan melegakannya. Namun, nyatanya ingatan itu menyeruak keluar seakan hendak menahan langkahnya.

Menelan ludah payah, Naruto menutup tirai jendelanya dan bergegas keluar. Ia melewati mobil yang terparkir di halaman depan berbelok menuju belakang rumah, ke tempat pohon Maple. Tangannya terulur untuk menyentuhnya. Dan kenangan itu seketika mengalir.

Masih terasa kuat hingga ia pikir, waktu berulang ke masa itu. Saat pertama kali ia bertemu dengannya—lelaki bermata kelam dengan kulit pucat—yang pernah ia sangka sebagai hantu penghuni pohon Maple. Seketika senyum simpul terkembang dari bibirnya.

Berikutnya, mata biru secerah langit itu menengadah. Ke jendela di lantai dua dengan tirai putih melambai yang terhembus angin. Dari sana ia selalu memperhatikan lelaki itu. Dengan takut-takut tapi amat penasaran.

Tak pernah ia menyangka jika perasaan hari itu akan menjadi awal dari perasaan lain yang begitu kuat. Yang membuat musim gugur sepuluh tahun silam menjadi begitu spesial. Seakan musim panas masih betah mendampinginya hingga September.

You were my September song, summer lasted too long
Time moves so slowly, when you're only fifteen

You are my September song
Tell me where have you gone

"Aku akan pergi" lirihnya pada pohon itu, "seperti dirinya sepuluh tahun yang lalu."

####

"Sudah siap?" tanya pria dengan paras yang sama dengan Naruto. Ia bernama Kyuubi. Kakak Naruto satu-satunya.

"Hm. Ayo berangkat, Kyuu-nii!"

Kyuubi mengangguk dan menoleh sekali ke arah rumah yang telah ia tinggali sejak lahir itu, lantas kemudian memasuki mobil dan melewati gerbang rumah dengan papan nama kecil bertuliskan, 'Uzumaki'.

"Tak kusangka akan tiba hari seperti ini," Kyuubi memulai pembicaraan selagi mengemudikan mobil merah kesayangannya.

Naruto tersenyum dan menatap ke arah luar. Beberapa jam dari sekarang, ia tidak akan melihat jalanan itu lagi. pemandangan yang mereka lewati akan menjadi kenangan, seperti halnya dirinya—si lelaki bermata kelam.

Kurang lebih tiga jam kemudian mereka memasuki kota yang baru, Tokyo. Kyuubi memarkirkan mobilnya di depan sebuah minimarket. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak.

"Biar aku yang membeli ke dalam, kau mau apa?" tanya Kyuubi seraya mengeluarkan dompetnya.

"Jus jeruk dan roti saja. Ah, onigiri juga!"

September Song √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang