..The First..

13 2 0
                                    

Indonesia International High School
.
.
.


Itulah yang terpampang pada gerbang masuk sebuah Sekolah yang terkenal dengan program pembelajarannya yang berbasis internasional ini. Dengan berisikan mahasiswa yang cerdas dan  berdompet tebal. Tak heran jika sekolah ini dicap dengan sekolah terelit plus terbaik.

Kebanyakan siswa disini merupakan anak dari seorang pejabat maupun pengusaha terkenal. Tapi tak sedikit pula siswa disini berasal dari keluarga tak mampu tapi berotak encer. Tidak ada pengaruh status sosial di Sekolah ini, yang ada mahasiswa semuanya berbaur saling berteman tanpa pandang bulu, hingga tak pernah ada yang namanya pembulian atau bulliying .
Jika hal itu terjadi, maka siswa yang bersangkutan akan dipanggil untuk menghadapi guru Bk.

Tapi tak semua mahasiawa disana bisa berteman dengan baik. Salah satu contohnya yaitu Fadil, ia merupakan siswa dari kelas XII MIPA 1. Ia siswa yang aktif dalam belajar, namun cenderung pasif dalam hal  berteman.

"Hai Fadil?"

"Hn"

"Selamat pagi Fadil"

"Hn"

"Kyaaa my Fadil...."

"Ck.."
Orang yang disapa cuman membalas dengan gumaman, tapi untuk sapaan yang terakhir, ia hanya memutar bola matanya.

"Hoi Dil? Seperti biasa, FG lo berisik tiap lo lewat. Khkhkh"
Katanya sambil merangkul bahu Fadil dengan akrab.

"Hn, ya berisik. Sebenarnya bosan juga saya mendengarnya, tapi ya... mau bagaimana lagi."

Apa? Saya? Ya benar. Fadil merupakan orang yang begitu formal dalam kegiatan sehariannya, mulai dari tata cara saat makan, berpakaiaan, bahkan berbicara. Itu semua dikarenakan tuntutannya dalam keluarga terpandang, juga sebagai pewaris tunggal di perusahaan keluarganya.

"Haduh Dil... Dil.. santai aja kali. Lo itu bicaranya terlalu formal. Harusnya lo udah biasa Adik kecil"
Kata Galuh sambil mengusak rambut Fadil.

"Hiiis anda tidak boleh seperti itu Luh, ini juga sudah biasa kok tidak terlalu formal." Jawabnya.

Fadil melangkah menjauhi Galuh. Dengan gaya yang begitu cool bagi kaum hawa. Melangkah percaya diri dengan tangan yang dimasukkan pada saku celana. Tak lama iapun membalikkan badan.

"Oh ya satu lagi.. anda tidak boleh merusak tatanan rambut saya Galuh, itu tidak sopan dan jangan panggil saya adik kecil."
Ucapnya dengan senyum tipis tapi aneh bagi Galuh karena dipadukan dengan wajah datar bin papan dan dingin kaya batu es.

"Hii... lo serem tahu. Ya terserah lo lah. Tapi kalo masalah panggilan adik kecil kan lo emang siswa paling muda di angkatan kita. Sedangkan buat rambut lo ya biar rapi gak orang baru kaya kesetrum gitu."

Setelah mendengar jawaban dari Galuh, Fadil melangkah menjauhinya dengan cuek.

"Hiis si Fadil.. tu anak gak ada ubah ubahnya dikit aja. Ya udah lah.. dari pada mikirin tu anak mending gue ke kantin mumpung masih pagi, belum bel."

Sementara itu dalam perjalanannya Fadil terlihat tidak fokus karena sibuk melihat jam tangannya, sedangkan disisi lain ada seorang siswi yang tergesa - gesa menuju arah yang berlawanan dengan Fadil. Hingga saat dibelokan gedung...

Drap.. drap.. drap..
Brukk

Tabrakanpun terjadi tak bisa terelakkan lagi.

"Aduh/Awww"
Ucap mereka secara bersamaan.

"Lo kalo jalan liat - liat dong. Liat, jadi berantakan kan buku gue." Kata sang gadis.

"Maaf saja saya sedang sibuk dan terburu - buru. Kalau begitu permisi."

DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang