“I Love You..”
“Sayang kamu dimana??”
“Sayang???”
“Sayang.. balas dong…”
“Sayang?????????”
“Please aku khawatir…”
“………….”
“Sayang?????????????”
James mematikan handphonenya, kesal. Itu tadi mungkin sudah sms keseribu yang diterimanya, belum ditambah telepon-telepon yang sengaja dia abaikan. Semuanya selalu dengan kata-kata yang sama. “Sayang ini…” “Sayang itu..” dan blah blah blah..
James heran bagaimana mungkin seorang cewek bisa menjadi begitu menyebalkan. Mereka tidak akan bisa diam sampai mendapatkan jawaban yang memuaskan darimu, tidak peduli sekonyol apa jawaban itu.
Dia merasa bersalah sebenarnya, memperlakukan orang yang dia sayangi seperti itu, tapi mau bagaimana lagi. Saat ini dia sedang tidak ingin diganggu. Tugas-tugasnya menumpuk semenumpuk-menumpuknya dan dia harus segera menyelesaikannya. Tidak ingin diganggu walupun oleh pacarnya sendiri.
Ting tong….
Bel apartemennya berbunyi.
“Holly crap.. siapa sih.. kalau itu Tom akan kubunuh dia.” Mengumpat, James bangkit dari depan komputer dan bergegas ke ruang depan.
“Sayang..”
Sebuah pelukan menyambutnya begitu dia membuka pintu.
James mengerang, seharusnya tadi dia mengintip dulu sebelum membuka pintu. Lihat sekarang, dia tidak akan pernah selesai mengerjakan tugasnya.
“Kamu kemana aja, aku khawatir, ditelepon disms kamu gak jawab. Makanya aku kesini. Kamu gak apa-apakan..”
Gadis di hadapannya itu terus nyerocos tiada henti. Membuat James ingin membekap mulutnya dengan kain pel tak peduli walaupun ia pacarnya sendiri.
“Hey.. aku baik-baik saja oke.. aku sedang sibuk, tugas…Ingat?? Bukannya aku sudah memberitahu mu??” katanya menahan kesal.
“Benarkah??” Gadis itu berpikir “Oh.. aku lupa, maaf..” lanjutnya malu-malu.
James memutar bola mata “Sekarang kau pulang saja ya.. aku masih banyak pekerjaan.” Dia mendorong si gadis keluar.
“Tapi.. biarkan aku membantumu sayang.. pekerjaanmu akan lebih cepat selesai..” si gadis memohon.
“Gak butuh..” kata James ketus.. “Kau pulang saja..bye..” dan tanpa menunggu persetujuan pacarnya, James menutup pintu.
“Huuh..” mendesah lega, dia kembali menekuni tugasnya. Walaupun ketukan di pintu masih terdengar. Dia benar-benar muak dengan pacarnya sendiri. Tapi herannya dia tidak ingin memutuskan hubungan mereka. Karena faktor kasihan sebenarnya. Gadis itu terlalu mencintai James, dan James yakin dia akan bunuh diri kalau James mengakhiri hubungan mereka.
***
“Sayang aku kangen..”
“Hmmm..”
“Apa maksudnya ‘hmmmm’??”
“aku juga kangen kamu.” Sahut James malas.
Saat itu jam 3 malam dan dia harus memutus tidurnya yang nyenyak hanya untuk mengangkat telepon dan bilang ‘Kangen..’ Hebat..
“Kamu lagi apa??”
“Lagi nari-nari keliling apartemen.” jawabnya sarkastis “ya lagi tidurlah.. kamu gak liat ini jam berapa??”
Orang diseberang terkejut mendengar nada membentak itu.
“Maaf, mungkin sebaiknya aku gak nelpon kamu jam segini, tapi aku gak bisa tidur..”
“Kamu pikir aku pusat penanganan orang-orang yang tidak bisa tidur ya.. aku butuh istirahat tau.” James semakin kesal.
“Aku… maaf..”.
“Sudahlah, aku mau tidur.. bye!” dan dia menutup teleponnya. Walaupun gadis di seberang sana menangis pilu.
***
Ringtone handphone James berbunyi, dia melihat layar dan langsung menaruhnya kembali.
Itu dari pacarnya, pasti isinya kata-kata yang sama, dan rengekkan-rengekkan yang sama lagi, tanpa repot-repot membaca sms itu, dia berjalan cuek ke kamarnya dan bersiap tidur.
***
“Dia ditemukan pagi ini.. tewas kehabisan darah. Penyebabnya tusukan bertubi-tubi di jantungnya. Oh James..”
Wanita itu menangis tersedu-sedu, tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya. James hanya diam mematung, shock, terkejut, tidak percaya.
Pagi tadi dia mendapat telepon dari ibu pacarnya. Memberitahu bahwa semalam gadis yang selalu merepotkannya itu ditemukan tewas mengenaskan. James bergegas kerumahnya, hanya untuk melihat sang kekasih terbaring kaku tak bernyawa.
Air mata seketika merebak keluar. Segala perlakuan buruknya berputar bak kaset rusak, terulang-ulang dan terulang lagi.
James jatuh terduduk, kakinya serasa terbuat dari air, tak sanggup menahan bobot tubuhnya.
Dia mengingat hari itu ketika sang pacar dengan tulus ingin membantunya mengerjakan tugas, tapi dia malah mengusirnya dengan kasar. Teringat ketika dia membentaknya di hadapan orang banyak, sampai membuatnya menangis. Ketika dia lagi-lagi membuatnya menangis karena menganggu tidur James hanya untuk mengucapkan I love you.
Tapi dengan semua perlakuan buruk James, pernahkah dia mengeluh? Pernahkah dia protes? pernahkah dia meminta putus?
Tidak.. justru dia selalu meminta maaf. Tidak peduli walaupun James yang salah. Dia selalu tersenyum dan memaafkan James.
Dan James menganggapnya pengganggu? James menjauhinya. Mengatakan dia hanya tukang ikut campur, cerewet dan manja??
Cowok macam apa dia?
Tuhan memberinya wanita sempurna, yang selalu ada buatnya, yang selalu sabar menghadapinya.
Tapi James mendorongnya jauh-jauh, menganggapnya hanya sebagai budak.
Betapa berdosanya dirinya.
Sekarang yang bisa dia lakukan hanya menangisi wanita itu. Berharap dia mau memaafkan semua prlakuan buruknya. Kenapa James baru menyadari betapa berharganya dia justru ketika dia sudah tidak ada..
James mengecup kening pucat itu lembut, mungkin hanya ini hal baik yang bisa James berikan. Karena selama mereka pacaran, jangankan ciuman, pelukan saja tidak pernah dia berikan.
Sekarang tidak ada lagi yang akan mengiriminya sms-sms penuh perhatian, tidak akan ada lagi yang meneleponnya tengah malam. Tidak ada.
Tiba-tiba James tersentak, teringat akan sms sang kekasih malam sebelumnya. Buru-buru dia menyalakan handphone dan membaca smsnya.
“Sayang tolong, ada yang mengikutiku dari tadi, aku takut.. kamu bisa jemput aku?”
Dan Jamespun menjatuhkan handphonenya.
******************