Teleportasi

51 7 0
                                    

"Waaaaah! filmnya keren yaa Senpai!" Kise tampak bersemangat saat mengomentari film sci-fi yang baru saja mereka tonton di bioskop, Star Trek. Senyum tak henti-hentinya mengembang diwajah Kise ketika dia dan Kasamatsu berjalan meninggalkan bioskop.

Senpai beralis tebal itu menoleh sekilas ke kouhainya kemudian menghela napas. Tingkah Kise membuatnya sedikit tak nyaman. Mereka jadi perhatian beberapa wanita yang lewat karena Kise terus-terusan tersenyum entah karena terlalu senang dengan filmnya atau memang bermaksud tebar pesona kepada para wanita itu.

Kise sangat senang karena akhirnya bisa menyeret Kasamatsu untuk menemaninya ke bioskop. Senpai kesayangannya itu biasanya selalu menolak bila diajak ke bioskop karena lebih suka mengeluarkan uangnya untuk menyewa beberapa film dalam bentuk dvd agar bisa ditonton di rumah daripada membeli tiket bioskop hanya untuk satu film. Kasamatsu memang agak perhitungan dalam hal keuangan, tak heran dia unggul dalam pelajaran matematika.

"Senpai tidak mau makan?" Kise menawarkan stik kentangnya pada Kasamatsu yang duduk didepannya. Mereka memutuskan untuk makan siang di salah satu restoran cepat saji yang berada tak jauh dari area bioskop. Kasamatsu hanya menggelengkan kepalanya kemudian menyesap minuman dinginnya.

"Makanlah pelan-pelan!" Kasamatsu menasehati kouhainya yang makan dengan lahap seperti orang yang kelaparan. Dia tak ingin Kise tersedak karena makan dengan tergesa-gesa seperti itu.

"Aku lapar sekali, Senpai!" protes Kise setelah dia menelan gigitan terakhir burger kejunya.

Kasamatsu mendelik kearahnya, tapi tidak menasehatinya lebih lanjut. Dia memilih membiarkan Kise menghabiskan makan siangnya agar mereka tidak berada terlalu lama di restoran itu karena Kasamatsu harus segera pergi ke tempat lain. Kasamatsu melirik arlojinya sekilas.

"Senpai punya janji lain?" Kise yang menyadari hal itu tampak sedikit sebal.

"Tidak," jawab Kasamatsu singkat. Dia memang tidak punya janji lain, hanya saja dia harus ke tempat lain untuk melaksanakan kewajibannya. Tapi dia tak ingin membiarkan Kise kelaparan.

Kise merengut. Tadinya dia berencana akan mengajak Kasamatsu ke distro  langganannya di pusat perbelanjaan itu untuk membeli beberapa pakaian dan bermaksud meminta pendapat sang senpai tentang pakaiannya. Makanya dia sedikit kesal karena setelah keluar dari bioskop, Kasamatsu sudah beberapa kali melihat arlojinya seakan harus pergi ke suatu tempat.

"Kau tahu, kadang aku ingin sekali seperti orang-orang difilm Star Trek itu. Bisa pergi kemana pun dalam waktu singkat," ujar Kise yang sudah menghabiskan satu burger keju lagi. Dia menyesap cola-nya sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya,

"Teleportasi kan namanya? Sayang yaa cuma fiktif. Coba kalau beneran ada. Pasti asik!"

Kise berhasil menarik perhatian Kasamatsu dari arlojinya. Mantan kapten tim basket Kaijo itu mengangkat sebelah alisnya, memandang Kise dengan heran.

"Memangnya kau tidak tahu konsep mesin faks? Itu juga bisa dibilang teleportasi." Kasamatsu berusaha terdengar tidak sok pintar. Tapi dia cukup paham dengan cara kerja mesin faks yang bisa mengubah sebuah objek padat menjadi energi (partikel kecil/atom) agar cepat terkirim dan menyusunnya kembali menjadi material padat di tempat tujuan. Sama seperti konsep teleportasi dalam film Star Trek.

"Iya aku tahu. Tapi itu kan benda kecil. Mana bisa seorang manusia melakukan teleportasi seperti itu tanpa membuat tubuhnya hancur berkeping-keping!" Kise mengungkapkan pendapatnya. Kasamatsu sedikit merasa bersalah karena menganggap Kise tak tahu konsep mesin faks. Rupanya Kise memperhatikan pelajaran fisikanya dengan sungguh-sungguh.

"Seribu empar ratus tahun yang lalu sudah ada seorang manusia yang melakukannya dan tubuhnya tidak hancur berkeping-keping." Kasamatsu tersenyum bangga saat mengatakannya.

TeleportasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang