Prolog

71 8 5
                                    

Mentari perlahan turun ke batas cakrawala, meninggalkan guratan jingga kemerahan di langit. Jam kuliahku sudah berakhir lima belas menit yang lalu. Tapi aku memilih untuk pergi ke taman belakang kampus dekat gedung fakultas ekonomi, sembari menunggu Meymey, sahabatku.

Pandanganku menyapu ke seluruh penjuru taman yang sore ini terlihat ramai. Beberapa terlihat menggenggam kamera, sepertinya sedang hunting foto.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Sebuah pesan dari salah satu aplikasi chat ku.

Meymey Ling : Agatha, lo dimana?

Agatha Senja : Ditaman belakang, Mey. Udah kelar?

Meymey Ling : OK,gue kesana. Udah.

Aku hanya membaca pesan terakhir dari Meymey tanpa menjawabnya.

Pandanganku tertuju pada langit senja di atas. Setelah setahun menjadi mahasiswa di Universitas ini, baru sekarang aku menyadari bahwa dari taman ini aku bisa melihat sunset. Meskipun tak seindah ketika aku melihatnya di pantai.

Ponselku kembali bergetar. Namun, kali ini bukan pesan yang masuk, melainkan sebuah panggilan dari seseorang yang selama setahun belakangan ini tak pernah menghubungiku.

Seseorang yang selama setahun belakangan ini tak pernah absen menjadi orang yang paling aku rindukan.

***

TBC
----------------------

A/N

Hai!

Terima kasih buat kalian yang udah baca.

Jangan bosen ya bacanya. Ini baru awalan. Part 1 segera menyusul. Doa in aja biar inspirasi nya ga mampet atau kabur. Wkwkwk

Jangan lupa vote sama comment nya!

Tiara Priskila Vernanda
25/9/2018

Senja Di Ujung SeptemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang