Bagaimana jika perempuan-perempuan yang punya karakter berbeda disatukan dalam satu rumah dan harus berbagi barang satu sama lain?
"Selamat datang di Beauté & Orbit!"
~~~
Inspired by: JTBC drama's "Age Of Youth"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana kelas itu sedang sepi. Semuanya sibuk belajar dengan buku masing-masing. Maklum, minggu sibuk di bulan Oktober apalagi jika bukan UTS. Zeline tidak seperti Zeline yang biasanya hari ini. Perempuan mungil itu sibuk belajar di mejanya sendiri, membuka kembali pelajaran yang sudah lalu hanya sekedar untuk mengingat agar tidak lupa.
"Je, minjem jaket dong." Ucap Gilang tiba-tiba. "Dipinjem Ayu tadi." Balas Zeline singkat. Tak berniat sama sekali melihat Gilang. Lalu datang Gibran, temanseperjuanganGilang, "punya iketan rambut dua gak Je?"
"Ada. Ambil aja di tempat pensil." Kemudian keduanya menghilang.
Tak lama, sebuah ketukan di pintu menginterupsi seisi kelas. Otomatis, pandangan terfokus pada ambang pintu. Siapa tahu pak Surya gitu kan, jam istirahat belum beres kok sudah masuk saja.
"Assalamualaikum ibu-ibu bapa-bapa siapa yang punya anak tolong aku~" Gilang muncul dengan kepala yang sudah ditutupi taplak meja sehingga menyerupai kerudung ibu-ibu pejabat. Ditangannya ada kendang yang tidak tahu didapatnya dari mana.
Zeline cukup melihat sekilas saja sudah tertawa terbahak-bahak.
"Wuanjir Lang, lo abis dari pengajian mana jadi kek gini?" ucapnya sambil bertepuk tangan, refleks. Namun ia masih punya firasat lain tentang Gibran. Kalau ada Gilang pasti ada Gibran.
"Mama, penen mimik cucu." Ucap Gibran memasuki kelas sambil menggigiti jempolnya. Rambutnya dikucir tengah oleh ikatan yang tadi dipinjamnya dari Zeline.
"Kan feeling gue bener."
Seisi kelas tertawa. Gilang dan Gibran mendekat kearah Zeline kemudian menggodanya. "Jeng, nanti ke pengajian bareng ya. Saya bawa anak saya ini gak mau ditinggal."
"Sial gue mau ngumpat aja Lang," kini giliran Gibran yang menjahilinya. "Tante, acu mau jalan ayeng tante."
"MUSNAH SANA LO BERDUA! GUE GELI!" ucap Zeline sambil tertawa. Mereka bukannya belajar malah menjadi bobrok seperti ini. Mau jadi apa mereka kalau lulus nanti.
"Eh, eh. Kemaren gimana ayam bakarnya?" tanya Gibran. Seharian kemarin mereka memang pergi bersama bertiga. Refreshing sebelum UTS katanya. Untunglah semua deadline tugas sudah beres. Baru pulang malam hari karena ditahan dua pemuda laknat itu.
Karena belum makan malam, akhirnya ketiganya mampir di warung ayam bakar pinggiran jalan. Zeline yang cukup tahu diri karena melewatkan kedatangan Olivia siang itu, berinisiatif membelikan ayam bakar untuk teman-teman satu rumahnya.
Namun baru sempat memesan, Gilang mengajukan diri untuk membayar ayam bakar yang Zeline pesan. "Je, gue yang bayar. Tapi cuma 5 potong doang ya." Kata Gilang sambil menyunggingkan wajah tak berdosanya. Zeline ya gak bisa nolak. Itung-itung nabung kan buat beli bantal leher yang dia pengen.