"Shouyo!" Pintu gym terbuka, menampakkan sosok seorang gadis dengan tampilan acak-acakan dan napas yang memburu. Aktivitas didalam gym seketika berhenti, atensi terpusat pada gadis tadi.
"(Name)? Ada apa?" Pemuda coretpendekcoret yang dipanggil Shouyo tadi menghampiri si gadis dengan bola ditangannya.
Ekspresi kebingungan yang sungguh imut membuat si gadis yang tadinya berantakan menjadi segar kembali dengan aura bunga-bunga disekitarnya.
Tangan terulur berusaha menguyel-uyel(apa ini?'-') pipi si pemuda yang nampaknya tak kalah dari bakpao daging di Sakanoshita."Shou--"
Pemuda imut bernama lengkap Hinata Shouyo itu menjauh. Seluruh gym yang melihat adegan itu hanya sekilas ber-sweatdrop dan kembali melanjutkan kegiatan masing-masing."Udah cukup ya kamu nguyel-nguyel aku dirumah (Name)." Hinata merajuk, ditandai dengan bibirnya yang dimanyunkan. "Habisnya Shouyo imut banget, aku ga kuat." Si gadis berujar dengan dramatisnya.
"Ada apa?" Tanya Hinata lagi. Seakan teringat sesuatu si gadis menarik tangan Hinata keluar sambil meneriakkan, "Aku pinjam Hinata ya senpai." pada seluruh anggota yang tersisa di gym.
"Apa sih (Name)?" Hinata kembali bertanya. (Name) menyeringai aneh dan mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
"Katanya besok mau ada gerhana matahari, dari sini bakal keliatan. Karena itu besok sekolah libur." Oh itu, Hinata juga udah tau kok (Name). "Kita juga boleh liat lho, Shouyo mau liat bareng?" Tanya (Name), wajahnya nampak sangat antusias.
"Hm, oke deh." Putusnya. Kedua iris (e/c) (Name) berbinar senang.
"Kalau gitu kumpul 30 menit sebelum gerhananya ya. Dah Shouyo!" Gadis itu lalu kembali berlari.Hinata cengo, belum ia mengatakan kalau besok ia akan pergi bersama dengan anak-anak klub voli."Yasudahlah." Ucapnya pasrah.
"Uwoh! Latihan lagi, latihan lagi!!"
Dasar penggila voli.
***
Keesokan harinya (Name) benar-benar datang awal. Janji yang 30 menit ia ganti menjadi 1 jam untuknya sendiri. Sebenarnya (Name) berniat menembak Hinata besok.Siapa coba yang tidak jatuh cinta pada pemuda lugu nan manis seperti Hinata?
Tangannya yang kelihatan mungil tapi selalu berhasil membuat lawan kewalahan karena spike kerasnya. Tubuhnya yang tergolong pendek tapi bagi (Name) justru itu yang menjadi nilai tambahnya. Rambut sewarna langit sorenya yang berantakan tertiup angin membuat (Name) selalu ingin dapat menyentuh dan merapikannya. Dan senyumnya yang selalu bisa menawan hati (Name) yang rawan akan sesuatu yang imut.
Ah, membayangkannya saja sudah berhasil membuat (Name) tersenyum sendiri.
"(Name)!" Suara yang sangat (Name) kenal berhasil melunturkan imajinasinya yang mulai meluber kemana-mana(?).
"Eh." Gadis itu nampak terkejut, Sementara Hinata disisi satunya masih memasang senyum andalannya.
"Kelamaan ya? Maaf gara-gara Kageyama jadi kelamaan." Ucap Hinata polos.
Oh sungguh, demi apapun ingin (Name) terjun bebas dari jembatan sekarang juga.
***
"Ah, akhirnya sepi." (Name) mendesah lega saat berhasil duduk diatas bukit. Hanya berdua. Cuma ada dia, dan Hinata sang pujaan hati.Diam-diam (Name) melirik kearah Hinata yang meskipun terlihat jelas ia kelelahan tapi tetap menyunggingkan senyum penuh semangat. Seketika darah yang mengalir ke pipinya semakin cepat sukses membuat si gadis merona.
"Shouyo." Hinata yang merasa terpanggil menolehkan kepalanya. (Name) jelas menyembunyikan kegugupannya, sementara Hinata sendiri dapat menyadarinya dengan baik melihat (Name) yang tak menatap kearahnya. Kedua irisnya itu justru terlihat mencari objek tatapan yang lain.
"(Name) senang kan, bisa melihat gerhana bersama-sama seperti tadi?" Tanya Hinata mencoba mengurangi kegugupan (Name). Meskipun ia akui aneh (Name) bicara dengan gugup ketika bersamanya. Ayolah, mereka teman kecil.
(Name) mengangguk kecil, lalu menarik napas."Ada yang mengganggu (Name) ya?" Tanya Hinata–yang entah kenapa–terlampau peka.
"Ano, sebenarnya ada yang ingin aku katakan pada Shouyo." Ucap (Name). Oke, hilang sudah kepercayaan dirinya. Gadis itu menunduk, berusaha menyembunyikan rona wajahnya.
"Lalu apa masalahnya? Aku ga bakal marah kok." Ucap Hinata dengan santai dan senyuman manis tercetak diwajah cerianya. Entah sadar atau tidak Hinata berhasil mengembalikan barang sedikit dari kepercayaan diri (Name).
Toh kalaupun ia tak diterima nantinya mereka masih akan berteman kan?
"Aku suka Shouyo!" Teriaknya tanpa sadar. Hinata membeku selama beberapa detik lalu tertawa setelahnya.
Oke fix, (Name) akan benar-benar terjun dari jembatan setelah ini.
"Kalau (Name) ga suka sama aku kenapa kita masih temenan sampe sekarang?" Tanya pemuda itu setelah tawanya berhenti. Tangannya terulur mengusap surai (h/c) milik (Name).
"Aku juga suka (Name) kok." Balasnya. (Name) yang masih ga konek hanya menatap Hinata polos, yang ditatap terkekeh pelan."Pacaran yuk?"
Kembali wajah (Name) merona hebat mendengar ucapan Hinata yang lebih to the point darinya."Apa?" Tanya (Name) memastikan.
"Hm, kalau gitu--" Hinata bangkit dari duduknya dan berdiri membelakangi sang mentari senja yang bersinar keemasan. Membuat (Name) sukses kembali terpesona pada si Matahari Karasuno ini.
"Aku suka (Name)!" Seru Hinata dari atas bukit, menarik perhatian semua orang yang berlalu-lalang dibawah.
(Name) gelagapan. Tak tahu harus bagaimana ia menarik tangan Hinata dan berusaha keras menyembunyikan wajahnya di lengan mungil Hinata. Pemuda itu kembali terkekeh.
"Berisik Shouyo." Bisik (Name). Hinata meraih dagu (Name), membuat wajah keduanya berhadapan."Makasih udah punya perasaan yang sama seperti perasaanku ke (Name)."
Yah, pada akhirnya memang (Name) tidak bisa menyatakan perasaannya dengan baik. Tapi ia tetap senang.
"Setidaknya Shouyo punya perasaan yang sama denganku." Kekehnya.
Fin~
Sebuah A/N:
Mampir dulu ke challenge-nya kak @littledemy. Makasih kesempatannya kak :")
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days Work Challenge (HQ x Reader)
FanfictionCoba ikut challenge dari kak @littledemy. Silahkan mampir dan nikmati seminggu penuh warna dengan anak-anak Haikyuu dari yang imut sampe amit^^