Sebagai sosok 'ibu' bagi para anak-anak gagak, Sugawara Koushi alias mama Suga harus bisa membaca keadaan anak-anaknya lewat ekspresi mereka. Salah satunya anaknya yang tinggi seperti tiang berkacamata. Tsukishima Kei namanya.
Sudah seminggu ini Sugawara tidak melihat si 'garam' Karasuno itu melakukan kebiasaannya–mengejek orang, terutama Hinata dan Kageyama–dan ia juga nampak lebih pendiam dari biasanya.
Oke, sudah pendiam tambah pendiam, mau jadi seperti apa Tsukishima nantinya?
Sebagai 'ibu' yang baik, Sugawara berusaha membujuk Tsukishima untuk menceritakan barang sedikit masalahnya pada sang mama. Setidaknya itu akan mengurangi bebannya, begitu pikir Sugawara. Tapi Tsukishima yang memang keras kepala dan punya harga diri setinggi langit takkan semudah itu menceritakan masalahnya. Hingga akhirnya Sawamura Daichi selaku kapten dan sosok 'ayah' bertanya langsung padanya hari ini.
Didepan semua anggota.
"Jadi Tsukishima, setidaknya ceritakanlah sedikit masalahmu, mungkin saja kami bisa membantumu." Tawar Sawamura dengan lembut. Sugawara disampingnya mengangguk-angguk setuju.
"Sudah seminggu ini kau terlihat berbeda Tsukishima. Bukannya aku ingin ikut campur dalam masalahmu, tapi kau juga bagian dari tim, dan jika ada yang mengganggumu kami berharap bisa membantumu." Tambahnya. Anggota yang lain–termasuk Tanaka dan Nishinoya–mengangguk.
Tsukishima menghela napas lelah. Okelah, setidaknya anggota Karasuno tidak sebobrok itu. Masih ada siswa kelas 3 ditambah trio kelas 2 selain Nishinoya dan Tanaka yang cukup waras.
"Aku bertengkar dengan (Name)." Ucapnya pelan. Seluruh wajah disana menatapnya heran. Oh ralat, kecuali Sugawara yang kelihatan sekali kesalnya.
"Kau bertengkar dengan (Name)-chan tapi kau tidak memberitahu kami sedikitpun?" Tangannya meremas gemas kepala bersurai blonde milik Tsukishima, membuat yang lain bergidik ngeri."Aku tahu."
Tsukishima menundukkan wajahnya, membuat Sugawara sedikit tersentuh dan melepaskan tangannya. Pemuda bersurai abu-abu itu menghela napas panjang."Yasudahlah. Jadi kenapa kau bisa bertengkar dengan (Name)-chan? Padahal seminggu yang lalu kalian masih terlihat mesra."
"Dia berencana pindah." Ucap Tsukishima singkat. Jujur dalam hati ia tidak siap mengatakan apapun pada siapapun.
Tapi daripada harus menghadapi Sawamura dalam mode marahnya, Tsukishima harus rela menahan air mata yang mendesak keluar.
Anggap saja ia cengeng atau mungkin kekanakan. Tapi Tsukishima benar-benar tidak ingin membiarkan (Name) pergi dari sisinya. Hanya itu.
"Lalu?" Tsukishima mengalihkan pandangannya."(Name) tidak mengatakannya padaku, aku tahu dari ibuku."
Jelas sudah masalahnya.
"Kau sudah mendengar penjelasannya?" Tsukishima menggeleng, membuat seluruh penghuni gym menatapnya kesal."Kau harusnya mendengarkan penjelasannya dulu, aku yakin dia tidak berniat menyembunyikan apapun darimu." Ucap Kageyama sambil memalingkan wajah.
Tsukishima menatap wajah-wajah disana dengan bingung. Semuanya sweatdrop dengan tingkah 'garam' menyebalkan satu ini yang tak paham–entah ia benar tak paham atau pura-pura tak paham–maksud perkataan Kageyama tadi.
"Terserahlah." Kageyama lalu meninggalkan kerumunan dan mulai latihan seperti biasa, disusul Hinata dan yang lainnya. Tersisa Sugawara dan Tsukishima. Sebelum sempat berdiri, Sugawara menarik tangan Tsukishima.
"Akan kubantu kau baikkan dengan (Name)-chan. Dia bukan saja pacarmu tapi juga sudah seperti bagian dari anggota klub voli, aku tidak akan membiarkan kalian bertengkar lebih lama lagi. Tidak ada yang akan membawakan kue kering lagi nanti." Ucap Sugawara sambil memberikan cengirannya.
***
"Yamaguchi, hari ini aku pulang terlambat, kau duluan saja." Tsukishima mengenakan headphone kesayangannya dan berlalu begitu saja. Yamaguchi yang ditinggalkan cengo hingga tangan seseorang menepuk pundaknya.
"Ayo lakukan sesuatu yang seru."
***
Di sisi lain seorang gadis nampak duduk bosan di bangku kelas. Iris (e/c) miliknya menatap kosong keluar, hujan cukup deras sepertinya sedang mewarnai Miyagi saat ini."Lama menunggu?"
Pintu terbuka, menampakkan sosok tinggi berkacamata tengah berdiri didepan pintu sambil melepas headphone di telinganya."Kei." Gadis itu beranjak dari tempatnya, berniat menghampiri Tsukishima, namun ia urungkan mengingat sang pemuda yang pastinya masih marah padanya.
"Maaf aku tidak mengatakan soal kepindahanku. Aku hanya tidak bisa memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskannya padamu. Aku," Gadis dengan nametag (Fullname) itu menatap Tsukishima dengan mata berkaca-kaca."aku tidak siap berpisah dengan Kei." Lirihnya.
Tsukishima tertegun. Ia mengerti, sangat mengerti. Alasan kenapa (Name) tidak bisa mengatakan apapun padanya kurang lebih seperti ia yang tak bisa menerima kepindahan (Name) yang mendadak.
Kakinya melangkah kearah sang gadis yang mulai menangis. Tangannya merengkuh tubuh (Name) yang sudah jelas lebih kecil dari tubuhnya."Maaf Kei, aku hanya tidak mau membuatmu sedih." Ucapnya ditengah tangis. Tsukishima mengeratkan pelukannya.
"Bukan salahmu. Tidak ada seorangpun yang akan siap mengucapkan selamat tinggal pada orang yang berharga baginya. Termasuk aku." Balas Tsukishima. Pemuda itu mengecup pelan pucuk kepala sang gadis, berusaha memberinya kenyamanan sambil memikirkan kapan ia bisa menghirup aroma kesukaannya ini lagi.
"Kei?" Tsukishima membalas panggilan (Name) dengan gumaman. Sebisa mungkin ia ingin menikmati aroma yang menguar dari surai (h/c) sang gadis."Kei kau masih marah?" Tanya (Name).
Tsukishima melepas pelukannya. Ditatapnya sang gadis yang juga tengah menatapnya polos."Tentu saja tidak." Ia mengacak pelan rambut (Name), membuatnya mengerucutkan bibirnya lucu.
Untungnya Tsukishima bisa mengendalikan nafsunya dengan baik.
"Jangan dipikirkan, ayo kuantar kau pulang." Ucapnya melihat hujan yang hampir benar-benar berhenti, menampakkan sosok sang raja malam yang bersinar terang kala itu. (Name) mengangguk.
Tangan Tsukishima berusaha membuka pintu. Namun nihil, pintunya tak mau terbuka."Ada apa Kei?" Tanya (Name) melihat Tsukishima kesulitan membuka pintu.
"Pintunya terkunci." Ucap Tsukishima datar. (Name) kemudian ikut berusaha membuka pintu, namun tetap tak mau terbuka.
"Percuma (Name), pintunya dikunci dari luar." Tsukishima kembali memakai headphonenya dan mengambil tempat duduk yang dekat dengan pintu, tangannya menarik pinggang (Name) dan membuat si gadis duduk di pangkuannya.
"Mau tidak mau kita harus menginap malam ini. Selamat tidur." Ucap Tsukishima lalu memejamkan mata. (Name) yang kesal campur khawatir berusaha membangunkan sang kekasih.
"Kei, ih, bangun." Tsukishima mengecup pipinya, membuat wajah (Name) menjadi merah padam."Tidurlah."
Dan akhirnya pada malam bulan purnama saat itu, (Name) mau tak mau harus tidur didekapan Tsukishima.
Omake:
"Ngomong-ngomong (Name), kau akan pindah kemana?" Tanya Tsukishima sambil membenarkan posisi mereka.
"Nekoma." Jawab (Name) polos.
Dan seketika Tsukishima ingin membunuh seekor kucing hitam saat itu juga.
Fin~
A/N: Shi bikin buat ultah Kei, maaf menunggu lama :")
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days Work Challenge (HQ x Reader)
FanficCoba ikut challenge dari kak @littledemy. Silahkan mampir dan nikmati seminggu penuh warna dengan anak-anak Haikyuu dari yang imut sampe amit^^