( Puteri yang Tertidur )
Malam itu halilintar menggema disambut deruan guntur, menyebabkan banyak pohon tumbang.Masyarakat Adhwa percaya bahwa peristiwa itu adalah pertanda Sang dewa, tak hanya rakyat yang merasakan kecemasan, penghuni kerajaanpun sedang mengalami kecemasan karena Ratu mereka tengah berjuang melahirkan keturunan kedua Raja.
Semakin pekat malam, semakin deras pula hujan turun. Di depan pintu peraduan, raja Aharon melangkah gelisah, ke sana, kemari. Bersamaan dengan suara tangisan bayi yang dilahirkan oleh ratu, redalah Badai yang sempat mengguncang malam itu. Kembang api di ledakkan beriringan dengan suara terompet yang bersahutan menandakan bahwa sang ratu telah berhasil melahirkan keturunan raja dengan selamat.
Sang raja segera masuk dan memeluk istrinya yang sedang menyusui anak mereka. Dengan senyum penuh haru ia menatap anaknya dan mengecup kening istrinya.
"Lihatlah Aharon, puterimu ini terlihat begitu cantik." ujar sang ratu dengan bahagia, dengan penuh kasih ia kecup kening puteri mungilnya yang tampak indah dalam pandangannya.
"Ya... dia adalah puteri yang begitu cantik, suatu saat aku dan kakaknya, Alex harus menjaganya dengan extra." Gurau sang raja, disambut tawa oleh ratunya. "Sasikirana, kuberi dia nama Sasikirana."
"Sasikirana yang berarti bulan purnama, nama yang begitu indah...ya, aku suka nama itu." ujar ratu lembut.
Tak hanya raja dan penghuni istana yang berbahagia, para rakyatpun menyambut lahirnya sang puteri dengan penuh suka cita, suatu mukjizat setelah terhantam badai peternakan dan perkebunan mereka tetaplah terjaga bahkan mereka panen besar-besaran, kerisauan yang mereka rasakan semalam kini tergantikan dengan kebahagiaan. Mereka percaya bahwa kelahiran puteri raja semalam telah membawa nasib baik bagi kerajaan dan rakyatnya maka itu atas persetujuan kerajaan diadakanlah festival besar-besaran untuk menyambut klahiran sang puteri.
Enam belas tahun kemudian...
Sasikirana, gadis itu tumbuh dengan sehat dan baik. Raja dan Ratu mendidiknya dengan baik, ia tumbuh menjadi gadis jelita berparas ayu dengan kebaikan di hatinya. Semua orang menyayanginya. Hingga suatu hari, datanglah seorang raja muda dari kerajaan Blenda, raja Aldric namanya. Ia datang dengan maksud mempersunting Puteri Sasikirana, namun sebelum itu ia datang untuk menghadap yang mulia paduka raja dan ratu serta paduka pangeran.
Raja Aldric membicarakan maksud dan tujuannya datang ke wilayah kerajaan adhwa. Raja, ratu dengan pangeran tersenyum mendengar maksud baik dari raja Aldric.
"Saya tersanjung dengan niat baik yang mulia raja Aldric, saya sebagai orang tua hanya mendukung keputusan anak muda, bagaimana pangeran Alex?" ujar raja lalu meminta pendapat putera pertamanya.
"Begitupun dengan saya, saya hanya bisa mendukung." Ucapan pangeran Alex disambut senyuman oleh raja Aldric dan raja Aharon. "Namun, lebih baik lagi jika kita menanyakan pendapat adikku puteri Sasikirana. Karena yang akan menjalankan pernikan nanti adalah anda dan adikku, bukan aanda dan saya." lanjut pangeran Alex diangguki oleh sang ratu.
Semua yang ada di dalam ruangan itu setuju dengan pendapat Pangeran Alex, akhirnya mereka pun memanggil puteri Sasikirana dan memintanya duduk bersama mereka, lalu secara perlahan mereka memberi pengertian bahwa kedatangan raja Aldric adalah untuk meminangnya dan mereka bertanya pendapat dan jawaban puteri Sasikirana tentang pinangan itu. Sunggung mengejutkan jawaban puteri adalah
"Maaf aku tidak bisa, aku belum siap." balasnya masih menjawab kesopanan.
Raja Aldric tidak setuju dengan ucapan sang puteri, ketika peertama kali ia menginjakkan kaki di kerajaan adhwan, ia sangat percaya diri bahwa lamaran dirinya akan diterima, namun semuanya salah. Raja Aldric bangkit dari duduknya lalu menatap anggota kerajaan dengan emosi terlebih wajah Sasikirana, dengan telunjuknya ia menunjuk wajah sang puteri dengan amarah.
"Puteri, kau akan menyesal karena telah menolak pinanganku!" teriaknya pada Sasikirana.
"Jaga ucapanmu!" teriak raja tak kalah kuat.
"Ketika aku keluar dari ruangan ini, puterimu akan tertidur untuk selamanya hingga matahari kembali terbit. Camkan itu!" ujarnya lalu keluar dari ruangan itu.
Tak lama setelah keluarnya raja Aldric dari ruangan itu, sang puteri jatuh terlelap di pangkuan ratu, semua yang ada di ruangan itu tampak panic karena terlelapnya puteri.
"Ayah tenanglah, esok hari matahari akan terbit. Kita tunggu hingga esok aku yakin Sasikirana akan sadar."
Sang puteri di bawa ke tempat peraduannya bersama alam mimpi, seluruh anggota kerajaan dengan setia menanti hingga hari esok namun hari yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang, malam hari terasa sangat panjang dan tiada habis.
Beberapa perwakilan rakyat dari tiap distrik mulai berdatangan menyampaikan keluhan rakyatnya tentang pagi yang tak kunjung datang, seluruh tumbuhan di negri itu mulai mati karena tidak tersentuh matahari, suhu udara semakin lama semakin dingin. Hewan-hewan di peternakan semakin kurus dan mati secara perlahan. Rakyat mulai merasa resah, mereka khawatir akibat bahan pangan yang semakin hari semakin menipis bahkan bantuan bahan dari kerajaanpun tidak cukup jika harus dibagi juga denga hewan ternak, ditambah lagi sang puteri yang masih terlelap dengan tidur panjangnya merek percaya bencana yang melanda mereka hadir karena tidak adanya senyum dari sang puteri. Mereka percaya bahwa senyuman dan tawa sang puteri adalah nasib baik bagi kerajaan.
Pangeran Alex risau dengan keadaan negrinya, dengan penuh tekad ia membulatkan tekad untuk pergi ke negri sebrang tempat di mana kerajaan Blenda berada, untuk sampai di negri itu ia harus menempuh Sembilan hari lamanya, namun karena pagi tak pernah kunjung datang ia tak bisa memprediksi berapa hari ia akan sampai, hanya dengan berbekal beberapa makanan dan minuman, lampu pelita dan seekor kuda ia memberanikan diri untuk pergi ke sana.
Sesampainya ia di sana, ia langsung menghadap pada raja Aldric dan mengatakan maksud kedatangannya pada raja Aldric.
Raja Aldric tertawa keras mendengarnya, sedangkan pangeran Alex hanya mengepalkan tangannya karena ucapannya hanya dianggap lelucon oleh raja sombong di hadapannya.
"Kau fikir aku bersedia menolong adikmu yang besar kepala itu dengan mencabut ucapanku? Tidak! Aku tidak mau." ujarnya.
"Lantas apa yang harus kulakukan selain meminta pertolonganmu? Malam hari terasa sangat penjang, sangat tidak mungkin jika aku menunggu pagi." Ujar pangeran Alex penuh emosi. "Bahkan raja sombong gila dihadapanku pun tak mampu menolongku?" lanjutnya lagi.
"Yang kau bilang sombong itu aku?" tanya raja Aldric dengan wajah menyebalkan. "Asal kau tau pangeran, apapun yang aku ucapkan akan menjadi kenyataan, matahari akan terbit jika aku mengatakan terbit, bahkan kerajaan ku akan hancur jika aku mengatakan hancur."
Tak lama setelah mengucapkan itu ayam jantan mulai berkokok, dan sinar jingga keputihan mulai timbul dari arah timur pangeran Alex dapat merasakan hangatnya mentari pagi hari. Bergegaslah pangeran Alex keluar dari dalam kerajaan itu ia bersyukur sebelumnya ia berbincang dengan raja sombong itu tak jauh dari kudanya. Dengan semangat ia memacu kudanya kembali ke negerinya. Setelah jauh dari istana itu ia menghentikan pacuan kudanya sejenak dan melihat ke belakang, dilihatnya kerajaan Blenda telah hancur dan rata dengan tanah. Tak sampai sembilan hari ia tiba di negrinya ia masuk istana dengan hormat prajurit, bahkan kerajaan telah menunggu kedatangannya untuk merayakan fertival perayaan bersama, mereka semua bahagia karena sang puteri telah sadar dari tidur panjangnya.
Pangeran turun dari kudanya dan langsung memeluk adiknya dengan bahagia. Dan akhirnya mereka semua merayaan perayaan festival bersama dengan rasa penuh haru dan bahagia.
Setelah semua kejadian itu akhirnya mereka hidup Bahagia bersama dengan Rakyat mereka yang setia.
Selesai.