2 . kehidupan remajaku

3.9K 51 8
                                    

Aku selalu berfikir bahwa aku memiliki masa kecil yang benar-benar bahagia.  Aku selalu merasa tidak punya masalah apa pun dengan keadaan diriku.  Dan aku menikmati masa kecilku dengan kadang-kadang percaya bahwa pohon-pohon itu bisa bicara menggunakan bahasanya sendiri.
       Waktu kelas 5 SD aku mulai sekolah di sekolah SD negeri yang ada di wilayah kompleks perumahanku. Mengingkat jaraknya tidak jauh dari rumahku,  dulu,  aku pergi ke sekolah dengan pakai sepeda. Itu berlangsung sampai aku duduk di kelas 3 SMP.
         Sepedaku namanya "mobil derek". Jadu, kalau dulul kamu mendengar aku pergi ke sekolah dengan naik mobil derek,  harusnya sudah tidak perlu kaget lagi karena kamu sudah tahu maksudku.
          Apakah dengan memberikan nama itu punya tujuan biar Sepedaku jadi keren dan gagah?  Oh aku enggak tahu. Mungkin, semacam terserah aku mmau ngasih nama apa karena itu sepedaku. Tetapi, pamanku protes.dia itu ayahnya si wati,  namanya ibrahim, aku biasa memanggilnya mang lim.
       "masa, sepeda namanya mobil derek? "
       "iya. Namanya mobil derek. Mobil derek bin kontainer, " kataku ke dia tanpa maksud menjawab omongannya.
        Mang lim memang begitu. Orangnya usil atau gimana. Berbeda dengan si bunda, kalau dia, sih, bisa cuek. Menurutku,  si bunda itu orang dewasa yang bisa menjadi seperti kekanak-kanakan ketika sedang berbicara dengan anak yang masih kecil. Mungkin, maksudnya baik agar bisa menyesuaikan dengan siapa dia bicara.
         " bunda, lihat mobil derek? "tanyaku ke si bunda sambil nyari sepeda di halaman depan rumah karena mau kupakai.
         "mobil derekmu? "bunda nanya balik, seperti sama-sama sedang mencari.
         "iya bunda ".
         "oh, dipake bi diah, "katanya kemudian setelah dia ingat."minjem bentar, ke warung."kata si bunda .
         "ke warung, kok, naik mobil derek, " tanyaku sedikit agak kesal.
        "kan, kau yang kasih nama itu"

Menurut pendapat pribadiku, geng motorku itu adalah geng motor biasa saja,  tidak benar-benar seperti yang dikatakan oleh lia di mana seolah-olah sepenuh hidupku aku persembahkan untul meraih kejayaan geng motorku. Tidak sama sekali. Bahkan, aku tidak menempatkan perkelahian sebagai hal yang penting. Aku hanya melakukan perlawanan karena dia menyerah dan alhamdulillah aku berani.
Aku di angkat oleh geng motorku sebagai panglima tempur. Aku pernah nanya ke bunda tentang sifat ku dan pergaulanku kata si bunda
       "bunda , menurut bunda sifat ku gimana? " nanyaku ke bunda.
      "menurut bunda, kamu anak yang cerdas" kata si bunda
      "bunda, boleh gak aku bergaul sama teman mana saja? " nanya ku ke bunda.
      "bunda gak ngelarang kamu main sama siapa pun, " kata si bunda ."bunda gak akan ngekang kamu karena bunda percaya kamu gak akan kebawa-bawa mereka. "
      "kebawa ke mana ?" tanya ku ke si bunda.
      "ya, kebawa narkoba. Kriminal. Jahat ke orang. " kata si bunda.
       " siap, bunda. "

Pada waktu itu aku dengar dari si piyan kallo ada anak baru yg bernama milea, pada saat itu aku gk tau milea itu siapa terus kata si piyan milea itu cantik, pinter, lucu, dan gemesin, kallo gk salah si aku pernah liat milea sekali pas di kantin iya dia itu cantik, pintar, lucu, dan gemesin itu memang benar.
  
                                  :)   :)   :)
     

💞dilan dan milea 💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang