"Hallo teman-teman." Cowok itu melambai-lambaikan tangannya ke teman kelas barunya. "Nama aku Alfareza Putra. Senang bertemu dengan kalian semua, aku harap kita semua bisa jadi teman."
Seketika, suara tawa terdengar kencang. Entah apa yang mereka bicarakan. "A...aku? Adek masih berumur berapa?"
Suara tawa kembali terdengar untuk kedua kalinya. Bahkan ini lebih keras dari yang tadi.
"Aku sudah 16 tahun."
Entah karena cowok itu terlalu polos atau memang sedang ingin melawak di atas. Tetapi sepanjang satu jam pelajaran, di kelas itu tidak henti-hentinya terdengar suara tawa karena selalu saja mengajukan pertanyaan ke cowok bernama Alfa itu. Bahkan di setiap pertanyaan itu akan selalu dijawabnya dengan lugu dan tak lupa dengan senyumannya.
***
Suara deringan bel terdengar di penjuru sekolah. Semua siswa di kelas masing-masing langsung berhamburan menuju ke tempat yang diinginkan masing-masing. Alfa yang baru saja masuk di sekolah itu hanya duduk di kelas seorang diri, tidak siswa lain yang ingin mengajaknya keluar bahkan berkenalan dengannya. Padahal dia sudah bersemangat menunggu hari ini tiba, dimana orang tuanya mengijinkan dia untuk bersekolah umum. Bukan lagi terus-terusan terkurung di rumah dan hanya bisa di ajar oleh guru yang sudah dibayar oleh ayahnya.
Suara derap kaki terdengar mendekati kelas Alfa. Matanya sudah mengarah ke pintu, dan harap-harap yang datang ialah...
"Bian!" Pekik Alfa senang. Cepat-cepat dia berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke tempat cowok bernama Bian.
"Ngapain lo masih disini?"
"Aku belum tau tempat ini, nanti kalau aku nyasar gimana?"
"Berhenti bilang aku-kamu. Lo nggak malu apa dengan umur lo yang sekarang ini masih make kata seperti itu?" tutur Bukan dengan suara yang sedikit di tekankan, lalu matanya melirik ke atas lebih tepatnya ke kepala Alfa seketika matanya langsung melotot. "Ngapain juga lo sisir rambut lo seperti itu, lo seperti anak TK tau nggak!!"
Tangan Alfa memegang rambutnya. "Bunda yang sisirin tadi, katanya kalau ke sekolah itu harus rapi."
Bian mengacak-acak rambutnya hingga tidak tersusun rapi lagi seperti tadi, menatap temannya dengan rasa kesal yang sedikit di tahan. "Ingat umur tong. Lo udah remaja, bukan bocah 3 tahun yang masih sering minta susu ke emaknya."
"Aku nggak pernah minta susu ke bunda lagi kok. Aku udah bisa bikin susu sendiri."
"Serah lo bocah!!!" Bian langsung meninggalkan Alfa. Lama-lama bisa stres dia jika terus-terusan bicara dengan tetangganya itu. Padahal awalnya dia ingin mengajak temannya itu ke kantin untuk makan bersama sekaligus merayakan hari pertama sekolahnya di sekolah pada umumnya. Tetapi niatnya itu tergantikan jika saja dia harus bersama seorang bocah TK yang sudah berumur selayaknya anak remaja.
"BIANNNN... TUNGGUUU AKUUUU..." Mungkin hidup Bian akan terusik hingga seterusnya.
Bruk
"Aduh... Bian tolong!!" Bian memejam matanya, pura-pura menulikan telinganya dan terus berjalan ke depan.
Jangan balik Bian, harga diri lo nanti jatuh.
"Lo nggak apa-apa?"
Seketika Bian langsung berbalik setelah mendengar suara itu dan berlari menuju ke tempat Alfa jatuh. Dengan ala-ala orang yang sangat perhatian dengan sesamanya, Bian langsung menarik tangan Alfa dan membersihkan debu di celana Alfa. "Lo nggak apa-apa?"
Alfa menggeleng. "Nggak apa-apa."
"Desy cantik. Kamu nggak apa-apa?" Tanya Bian ke si pelaku atas jatuhnya Alfa barusan.
"Nggak." Desy langsung meninggalkan kedua cowok itu yang entah siapa namanya dan juga dia tidak ingin mengetahuinya.
"Lo kenapa bisa jatuh?"
Alfa menggeleng kepalanya kencang, wajah putih nan polosnya terlihat memerah karena menahan sakit di bagian belakang tubuhnya. "Tadi perempuan itu nabrak aku saat aku lari ngejar kamu."
"Lebay amat sampe jatuh segala, untung aja itu si Desy. Jadi gue bisa caper ke dia."
"Desy cantik."
Bian melongo mendengar ucapan Alfa, langaung saja menjitak kepala temannya. "Nih anak, baru hari pertama masuk sekolah udah langsung pintar ngelirik cewek bening lagi."
"Desy kulitnya putih, bukan bening. Kalau bening berarti dia hantu."
"Dasar bocahhhhh... Sana lo. pulang! Minta susu ke bunda lo!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror
HumorCerita ini bukan kisah romantis ala-ala novel anak remaja yang sedang masa pubernya. Hanya bercerita tentang seorang cowok bocah polos bertemu dengan cewek tomboy