Kevin menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, matanya memanas dan cairan hangat terasa membasuh telapak tangannya. Ia dan Marcus kalah dalam pertandingan tadi, sangat disayangkan. Ia tidak menyalahkan Marcus, meski Marcus adalah satu satunya yang patut disalahkan atas kekalahan mereka. Marcus sedang tidak focus, tidak biasanya pasangannya itu begitu. Dan rupa rupanya, penyebabnya baru baru ini ia ketahui, Agnes-isterinya- sakit dan dilarikan ke rumah sakit tadi.
Ia, yang bukan siapa siapa tidak pantas menuntut lebih atas diri Marcus.
Ia biasa berandai andai, bahwa dialah priorotas Marcus bukan Agnes. Tapi jauh dari khayalan itu, kenyataan sebenarnya bahwa Marcus dan Agnes telah menikah memberikan tamparan kuat padanya.
Marcus tidak bisa selalu ada di sisinya, karena Agnes menjadi salah satu prioritas utama Marcus. Bahu Kevin bergetar menahan isakan yang muncul, jangan sampai ada yang dengar, tapi sepertinya keberuntungan tengah tidak berada di pihaknya.
"Mpin! Dimana sih Dicariin-Mpin ?"
Anthony, sosok dengan suara keras yang baru saja memanggil manggil nama Kevin mendadak mematung. Ia melihat Kevin tengah berjongkok dengan menekuk kedua kaki bersandar di loker, telapak tangannya menyembunyikan wajahnya dan Anthony yakin, sobatnya itu tengah menangis dari gelagatnya.
"Mpin Ya Ampun! Kamu bisa sakit kalo gin-"
"Hiks, Thon-"
Anthony menggerakkan kedua lengannya untuk merengkuh tubuh Kevin. Ia tahu apa yang tengah pemuda itu hadapi, perasaan cinta itu kadang bisa membuat kita terbang, kadang juga bisa membuat kita jatuh dan terluka banyak. Ia melihat Marcus buru buru pergi usai pertandingan dua ganda putera melawan China itu, tapi Kevin masih berdiri dan menonton pertandingannya hingga habis. Saat ia tengah di wawancari, ia kehilangan jejak Kevin.
"Ssst, Mpin! Ko nangis sih ?"
Telapak tangan Anthony mengusap ngusap punggung Kevin, menenangkan lelaki yang selalu menjadi Moodmaker diantara mereka itu. Ada yang bilang, kalau seorang yang biasa menebarkan bahagia kepada orang lain itu belum tentu dirinya bahagia. Dan kini Kevin, sedang menunjukkan betapa tidak bahagianya dia.
Anthony berpikir keras, isakan Kevin semakin menyakitkan di telinganya. Ia harus bisa mengalihkan pembicaraan.
"Eh, Kepin engga mau kasi selamat ke Ony ?"
Kevin menarik dirinya dari Anthony, mengusap wajahnya yang basah dan memerah. Pria berlogat jawa itu tersenyum tipis,
"Congrats Anthony!"
Ujarnya lalu kembali memeluk Anthony, rasa sesak di dadanya sedikit berkurang saat berada dalam rengkuhan Anthony. Dia juga tahu, bahwa mungkin saja yang ia rasakan saat ini hanyalah rasa kesal belaka karena mereka kalah-
-atau rasa sesaknya ketika tahu bahwa Agnes bisa membuat Marcus tidak se-fokus biasanya ?
.
YOU ARE READING
Have you ever ( Marcus X Kevin)
FanfictionHanya Marcus yang tidak bisa memilih diantara keduanya, " Ko, kalau koko harus pergi, aku minta koko buat aku bisa lupa sama semua janji janji koko yang engga pernah koko bisa tepati" MINION! Marcus X Kevin