1. Nailah Resya Widjaya

123K 2.3K 63
                                    

Semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, karena tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya tidak bahagia.


* * *

Di kediaman Billy adi widjaya kini sedang di penuhi keluarga kecil mereka. Momen berkumpul seperti saat ini jarang mereka lakukan, mengingat pekerjaan Billy sebagai abdi negara (TNI) yang harus memenuhi tugas dinas di luar kota bahkan luar negeri.

Billy berdehem pelan, mengisyaratkan sang istri untuk segera memulai obrolan.
Ika mengangguk paham.

Netranya melihat Nailah yang sedang tersenyum karena guyonan Ryan—kakak Nailah. Ia mengingat kembali pertemuanya dengan Wulan—sahabatnya.

Minggu lalu, ia kembali bertemu dengan Wulan setelah hampir sepuluh tahun tidak bertemu. Wulan sempat tinggal di Medan dan ia di Jakarta, merekapun lost kontak. Di pertemuan mereka minggu lalu banyak yang mereka bahas mulai dari : tukar kabar, cerita tentang kisah anak mereka yang kini sudah dewasa. Ia tidak bercerita banyak dan memilih mendengarkan cerita Wulan, tentang anak sulungnya yang bernama Affan, Narendra Affan Nasution.

Ternyata Affan sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Ika ikut senang mendengarnya, apalagi cucu Wulan kembar, kala itu Ika bertanya kenapa Wulan malah sedih menceritakan perihal Affan dan ternyata? Isteri Affan sudah meninggal 3 tahun yang lalu.

Sampai sekarang, Affan belum mau menikah lagi. Wulan sudah sering sekali menjodohkan Affan dengan anak dari sahabat-sahabatnya, tetapi Affan malah menolak dan membatalkan  sepihak. Obrolan mereka terus berlanjut, hingga teringat dulu mereka pernah membuat kesepakatan.

'Kalau anak mereka sudah besar, memiliki anak laki-laki dan perempuan bolehlah mereka menjadi besan.'

Waktu itu Wulan berseru senang, ia sangat mengingatnya. Apalagi Wulan mengetahui kalau adik Ryan perempuan, Nailah. Dan mereka sepakat menjodohkan Affan dan Nailah. Billy, suaminya sangat setuju menikahkan Nailah di usia muda. Apalagi calon suami Nailah mapan, tampan dan soleh.

“Abang dengerin dulu baru ketawa,”seru Nailah saat abangnya malah tertawa kencang sebelum ia bercerita.

Kegaduhan yang ditimbulkan Ryan dan Nailah menarik kesadaran Ika dari ingatanya minggu lalu. “Nailah,” panggil Ika lembut.

Mendengar panggilan Umminya Nailah pindah posisi duduk, ia mendekat kearah Umi. “Iya, Umi.”

“Umur kamu sudah delapan belas tahun dan sebentar lagi lulus SMA, benar?”

“Benar, Mi.”

“Kalau kamu jadi Ibu, siap?”
Nailah menautkan alisnya.

'Jadi ibu?' Maksud Umi? Dia menikah atau mengasuh anak?

“Maksud Umi?”tanya Nailah, raut wajahnya bingung.

“Nai, ingat bayi yang di temuin warga minggu lalu? Mungkin Umi mau kamu yang jadi Ibunya, kan dia masih di rumah bapak Rachman,” kata Ryan sok tahu.
Bibir Ryan yang akan kembali berbicara terkatup rapat saat mendengar teguran Abinya.

“Ryan diam dulu. Umi belum selesai bicara,” tegur Billy
Ika mengambil ponsel yang tergeletak di meja, membuka kunci layar, lalu galery photo.

“Nailah, ini Hasan dan Hana. Ibunya sudah meninggal 3 tahun yang lalu, dan Ayah nya belum mau menikah lagi,” tutur Ika seraya memperlihatkan photo anak kecil di layar ponselnya.
Netra Nailah memindai photo yang diperlihatkan Uminya.

ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang