Dua bait sudah tertulis diotakku sejak kemarin, tapi selalu saja terhapus saat aku melangkah untuk menjalani hariku yang monoton.
enam hari dari tujuh yang ada adalah bagianku hidup layaknya manusia, bersosialisasi, tersenyum dan berpura-pura ramah pada makhluk lain yang serupa denganku.
Tapi....
Ada setumpuk cerita yang berbeda antara aku dan kalian. Kita.
Perihal seorang bapak terkasih dan tiang keluarga terkuat yang kalian miliki di setiap rumah tapi aku tidak.
Bagi kami (aku dan kakak-kakakku) anak-anak tanpa bapak, bukanlah hal yang indah untuk dibagi. Kalian masih mempunyai tiang penyanggah, sedang kami harus menopang rumah ini bersama.
Waktu itu, Senin saat fajar.
Hariku berubah 180 derajat. Tiangku hilang, dan aku tertimpa reruntuhannya.
Katanya bapak akan pulang, saat kutanya sehari sebelumnya.
Tumpukan usia tak terasa bertambah banyak, dan besarnya angka perlahan menimpa nyalimu hingga menciut, Depresi? entahlah.
Saat kalian masih mempunyai tiang untuk bersandar, justru aku berusaha tersenyum saja dan menyandar pada angin yang kadang pun... tak kunjung datang.
Ingin kupeluk bapak, menangis didalam rengkuhnya yang hangat dan bilang...
".... Pak, Maaf. Aku kangen suara bapak malam ini."
YOU ARE READING
1. Perbedaan Kita, Aku dan Kalian.
Poetry"Kita, aku dan Kalian terlahir berbeda. Banyak cerita yang sama tapi tetap dengan jalannya masing-masing. Aku mencoba memahami apa yang terjadi di luar sana, berpura-pura polos padahal dalam hati iri dan ingin mengutuk."