#1

12 1 1
                                    

Seorang gadis dengan surai cokelat terang tengah duduk dibangku taman rumah sakit. Tatapannya hanya tertuju pada satu arah dimana pikirannya tak menentu kemana arahnya.

"Vi! " panggil seseorang menyentak gadis yang tengah melamun itu. Dia menoleh, dan mendapati wajah seseorang yang sangat mirip dengannya sedang menampakkan senyum lebarnya.

"kok lo keluar sih? Emang di ijinin sama dokter? " ucap Violet menepuk bangku disampingnya menyuruh Violin, saudari kembarnya untuk duduk.

"iya dong, apasih yang enggak di ijinin buat Violin" lagi, gadis dengan wajah pucat itu tersenyum lebar. Bahkan lebih lebar hingga menunjukkan deretan gigi putih rapinya.

Hal itu mengundang saudarinya untuk ikut tersenyum. Namun senyuman itu segera pudar ketika bayangan-bayangan yang akan terjadi setelah ini berputar dikepalanya.

"Lin, aku takut" ucap Violet. Matanya mulai berkaca-kaca dan akhirnya airmata gadis itu pun jatuh. Violet menangis dengan kepala tertunduk. Tidak ingin menunjukkan kepedihannya yang nyatanya sudah sangat nampak oleh Violin.

"seratus. Sudah seratus kali lo ngucapin kalimat gak penting itu. Vi, gue gak apa-apa. Gue gak akan pernah ninggalin lo. Lagi...." Violin mengakhiri kalimatnya dengan nada sedih.

"tapi gue takut. Gue bener-bener takut Violin. Lo gak tau penyakit lo itu berbahaya. Dan kata dokter lo hidup gak lama lagi. Gue gak mau kehilangan saudari kembar gue lagi setelah gue baru aja ketemu sama dia. Kenapa hal buruk harus terjadi ke kita? Pertama, gue diculik dan dikirim kepanti asuhan. Kedua, setelah lo dan gue ketemu, elo didiagnosa kena penyakit leukimia. Dan sekarang dokter bilang hidup lo tinggal dua bulan lagi. Apa gue gak ngerasa takut? " kata Violet dengan suara nyaring. Violin menatap Violet sendu dan beberapa detik setelahnya Violet sudah berada dalam dekapannya. Mereka menangis saling menumpahkan ketakutan dan kekalutan mereka masing-masing.

"Vi, ini udah jalan kita yang dibuat sama Tuhan. Kita harus terima itu semua. Dan gue pengen selama gue hidup gue gak akan liat airmata lo lagi. Seperti yang lo bilang, hidup gue gak lama. Jadi anggap aja ini sebagai permintaan terakhir dari gue" Violet memejamkan matanya erat mendengar perkataan saudari kembarnya. Dan kemudian dia mengangguk menyetujui permintaan kembarannya itu. Walau dengan berat hati. Tapi ini permintaan terakhir Violin, saudari kembar yang sangat dia sayangi.

"yaudah sekarang ayo kita masuk. Gue udah kedinginan, bonyok juga kayaknya udah khawatir sama kita" ucap Violin sambil berdiri. Sekali lagi Violet hanya mengangguk mengikuti kemauan Violin.

••••••

"Hey!! Lo habis dari mana? " tanya Violin yang sedang duduk dikasur pasiennya.

"habis dari rumah, ganti baju. Mama mana? " tanya Violet mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan.

"gak tau tuh. Tadi kata mama cuma bentaran doang. Udah setengah jam gak balik-balik. Itu, lo bawa apaan? "

"Buku. Gue nemu diatas meja belajar lo. Lo nulis diary? " Violet naik keatas ranjang dan duduk disamping Violin.

"Lo nyolong diary gue"

"ihhh mana ada nyolong. Gue nemu,kan udah gue bilang. Emang lo nulis apaan sih? Tentang cowok ya pasti... " Violin langsung memalingkan wajahnya.

"idih sampe malu segala lo. Emang naksir siapa sih kembaran gue? Hmmm? " ucap Violet menggoda kembarannya.

"apaan, gue gak malu. Itu temen sekolah gue. Orang nya super nakal. Pokoknya gue kalo ketemu sama dia suka mati akal. Ada aja jawaban dia. Tapi sayangnya gue suka"

"lo berdua udah jadian? "

"Enggak. Gue nolak dia" kening Violet berkerut dan alisnya bertaut.

"kenapa? Lo bilang suka"

"justru itu. Gue gak mau dia nantinya merasa sakit karena gue tinggal. Makanya gue nolak dia. Dan setelah gue nolak dia, dia jadi benci banget sama gue. Dia jadi sering jahatin gue dan nyakitin perasaan gue. Tapi itu lebih baik. Biar dia membenci gue, dengan begitu gue gak merasa menyakiti perasaan orang lain."

"gimana kalo dia masih suka sama lo? " pertanyaan Violet tidak langsung dijawab oleh Violin. Dia tidak pernah berpikir tentang hal itu. Dia hanya merasa jika pria yang disukainya, Tidak! dicintainya itu sangat membencinya. Tapi Violin juga tidak bisa memastikan hal itu. Jika pria itu benar masih menyukainya, Violin sungguh sangat senang.

"gue gak tau. Yang pasti dia udah beda banget sama gue. Oh iya, gue baru inget. Setelah gue pergi, gue berharap lo bisa gantiin posisi gue. Lo gantiin gue buat jagain mama sama papa. Dan lo gantiin gue disekolah. Karena gue punya banyak teman disana. Mereka pasti kehilangan gue banget. Gue  mohon sama lo. Tolong buat mereka jangan sedih karena kepergian gue" Violin menoleh kearah Violet yang kembali menangis dalam diam.

Violin menggenggam tangan kembarannya dengan erat dengan tatapan memohon seketika membuat Violet kembali menangis dengan kencang. Namun dengan memberi anggukan nya membuat senyuman lega dari Violin terbit.

"makasih. Dan maaf kalo kita cuma bisa ketemu dan ngobrol sebentar. Gue sayang sama lo. Gue sayang sama lo Violet...... " masih tertunduk, Violet mengangguk.

"Gue juga sayang sama lo..... Lin, Olin.... Violin" Violet menegakkan kepalanya dan melihat kembarannya tengah memejamkan matanya. Kepanikan terjadi pada Violet membuatnya turun dari ranjang dan berlari keluar kamar untuk memanggil dokter.

Dokter segera datang bersama dengan Surya dan Lucy, orangtua sikembar yang memang hendak memeriksa keadaan Violin.

Dokter mengecek denyut nadi Violin yang tampak memucat. Dokter Bayu menghampiri mereka dengan wajah sendunya. Lucy sudah menangis meraung didalam dekapan Surya. Sedangkan Violet terduduk lesu menunggu pemberitahuan dari dokter Bayu, paman mereka.

"mbak.... " panggil dokter Bayu menghampiri mereka yang sudah berdiri tegak didepan kamar inap Violin.

"kenapa Bay? Olin baik-baik aja kan? " tanya Lucy panik.

"Olin.... Udah gak ada mbak. Olin udah ninggalin kita semua" ucap dokter Bayu sedih. Bagaimanapun Violin adalah keponakannya. Keponakan nakalnya.

Tangisan Lucy dan Violet pecah. Mereka berlari memasuki ruangan Olin dan mendekat melihat wajah pucat Olin yang tertidur lelap untuk selamanya. Sedangkan Surya diam termenung didepan pintu. Dia tidak sanggup melihat istri dan putri sulungnya menangis karena orang yang sangat mereka sayangi.

Dia juga sungguh merasa kehilangan. Putri yang selama ini bertengkar dengannya, yang selalu membawa kebahagiaan pada keluarganya saat putri satunya hilang entah kemana. Kini tidak ada lagi. Mengapa setelah keluarganya kembali utuh harus kembali merasakan kehilangan.



















Hola!!!
Mohon jika suka sama cerita aku, jangan lupa ngasih vote dan share cerita aku keteman teman kalian yang suka baca wattpad.
Dan sekalian difollow akun aku, wkwk... Modus!!

Thankyou.........

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Violet ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang