Rekomendasi lagu untuk mendukung suasanya Face – GOT7.
***
"Bun aku pengen punya adik. Temen-temen aku di sekolah suka cerita kalau mereka setiap hari bermain dengan adiknya." Pinta seorang anak lelaki bernama Chan yang sekarang berumur 11 tahun.
Wanita yang memasuki kepala tiga itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaan putra semata wayangnya ini. Bukan karena wanita ini tak bisa hamil lagi, melainkan ia memiliki masalah kelainan pada rahimnya yang menyebabkan kandungannya lemah. Bukan tidak pernah hamil juga ia setelah melahirkan anak pertamanya. Namun sayang, Tuhan mungkin memang lebih sayang terhadap janin yang sedang dikandungnya pada saat itu.
"Kalau Chan nanti punya adik, Chan tolong jagain adiknya baik-baik ya, nggak boleh dinakalin, di ajak main bareng, di ajak belajar bareng."
"Oh gitu ya bun, yah Chan jadi pengen cepet-cepet punya adik bun."
"Sabar ya sayang, suatu saat nanti kamu bakalan punya adik."
16 tahun kemudian.
"JEONGIIIIN!!! BANGUN INI SUDAH JAM BERAPA KAMU NGGAK SEKOLAH!!?"
Teriak seorang pria yang sekarang hampir memasuki kepala tiga ini yang belum memutuskan untuk berumah tangga, karna ia berjanji kepada almarhum bundanya, bahwa ia tidak akan menikah sebelum adik satu-satunya ini masuk perguruan tinggi.
Suaranya sanggat menggelegar hingga membuat adiknya menutup mukanya dengan bantal. Supaya gendang telinganya tidak rusak terlalu dini karna setiap hari 24/7 ia selalu mendengar teriakan seperti itu.
"Masih ngantuk bang ah, tidur bentar bang 10 menit."
"Ini sudah jam berapa Jeongin, abang nggak mau ya kamu telat-telatan masuk tambahan bimbel disekolahmu. Inget kamu sekarang sudah di tingkat akhir SMA. Sebentar lagi kamu bakalan masuk perguruan tinggi. Ayo cepat bangun jangan buang-buang waktu buat nerusin tidur yang ada nanti malah kamu keterusan tidur. Makanya jangan sok-sokan main Dota ngelawan abang sampe malem kalo kamunya sendiri nggak bisa bangun pagi, sementara jadwal masuk bimbel disekolahmu pukul 6 pagi. Ayo bangun ini sudah jam 5."
Ceramah abang Chan ini sudah menjadi sarapan seorang Jeongin jika ia tak bisa bangun pagi. Sebenarnya Jeongin sudah terbiasa, cuman kalau permintaan abangnya tidak diturutin ini, bisa-bisa telinga Jeongin ini keluar airnya kaya habis dengerin lagi pake headset selama satu jam lebih. Karena kalo abang Chan sudah ceramah bakalan tidak ada habisnya sama sekali.
"Iya, iya abangku sayang ini Jeongin mandi." Ia bangkit dari tempat tidur dan masih sempat melempar bantal ke abangnya dan langkah gontai itu menuju kamar mandi.
'Jeongin Jeongin.'
Batin Chan sambil tersenyum.
Chan POV.
'Sudah 16 tahun. Tidak berasa, waktu terbang ya bun. Bunda apa kabar disana? Chan sudah jadi kakak yang baik buat Jeongin kan bun? Bunda pasti melihatkan bagaimana Chan memperlakukannya? Yang Chan lakukan untuk Jeongin sudah benarkan bun?'
Aku bermonolog sendiri dalam hatiku, di saat-saat tertentu aku pasti akan selalu ingat akan perjuangan bunda ketika sedang melahirkan Jeongin 16 tahun yang lalu. Bagaimana tidak, pada saat bunda mengandung Jeongin, terjadi kecelakaan yang menimpa ayah, yang menyebabkan beliau meninggal dunia dan aku lah yang menemani proses persalinan bunda seorang diri karena Jeongin lahir di Australia, sama sepertiku.
Pada saat itu juga bunda meninggalkanku dan Jeongin untuk selamanya. Benar, bunda meninggal dunia ketika melahirkan Jeongin. Namun bunda masih sempat memberi nama kepada adikku ini sebelum proses persalinannya. Bang Jeongin, nama adikku. Tanpa terasa aku telah menitikan air mata dengan sangat deras. Aku sungguh tidak bisa mengontrol emosiku jika teringat akan kedua orang tuaku. Terutama Jeongin, yang dibesarkan tanpa sosok seorang ibu dan ayah. Jeongin dibesarkan oleh kakek, nenekku di Busan.
16 tahun yang lalu, ketika mendengar bahwa ibuku telah meninggal dunia, kakek dan nenekku memutusakan untuk membawa aku dan Jeongin pulang ke Busan. Mereka akan merawat kita disana. Setelah proses kremasi bunda selesai, kami pulang ke Busan, tak lupa membawa abu bunda yang akan kubawa ke Busan. Karena aku yang memintanya jadi mereka mengiyakan.
Terkadang juga aku merasa bersalah kepada Jeongin, namun aku sudah menepisnya. Bukan. Bukan aku yang bersalah, mungkin hanya masalah waktu yang datangnya bersamaan, sehingga membuat sudut pandangku menyalahkan diriku sendiri pada saat itu. Pikiran itu yang sekarang aku tanamkan pada pikiranku. Bagaimanapun aku harus menjadi seorang kakak yang bisa melindungi adiknya. Seperti janjiku kepada bunda.
"Bang, hoi bang! Nangis lagi ya?"
Tiba-tiba Jeongin muncul dengan wajah rubah tak berdosa miliknya itu didepanku dan menyadarkan lamunanku. Hingga aku bisa melihat dengan jelas tatapan khawatir itu. Aku mencoba tersenyum dan mengusak surai hitamnya.
Ia sudah hafal dan paham, bahkan mungkin aku lebih cengeng daripada dia dan kini ia telah membentangkan tangannya dan memelukku. Ahhh benar, hanya ini yang aku butuhkan sebuah pelukan yang menenangkan.
Jeongin mungkin memang bukan pribadi yang lembut dalam kesehariannya sepertiku, bahkan hanya dengan melihat cara dia berbicara bisa membuat orang ingin mengumpatinya, namun ia memiliki sisi penyayang dan lembut yang hanya ditunjukkan kepadaku jika hal seperti ini terjadi kepadaku. Seperti seorang majikan kucing yang sedang memanjakan kucingnya.
"Terima kasih Jeongin."
"HHeeemmmm. Sudah yuk ah acara termehek-meheknya uda happy ending. Jeongin lapar bang."
"Iya bentar abang siapin sarapannya. kamu pake seragam kamu dulu gih, terus itu jangan lupa masukin buku-buku di tas kamu buat pelajaran hari ini."
"Lohh ih abangkan yang biasanya nyiapin buku-bukuku."
"Nggak usah ngerengek tadi abang habis casting acara termehek-mehek. Udah cepat, abang tunggu di ruang makan."
"Sabar Jeongin bang sabaaarrrr............"
***
Ahh aku mewek sendiri pas ngetiknya ;_;
Aku gemesh banget sama momen Chan – Jeongin itu huhu sampe lahirnya ff ini. Biasku Jeongin, jujur aku tersentuh banget gimana Chan memperlakukan Jeongin mulai jaman survival sampe sekarang selesai promosi My Pace, dia bisa jadi ayah, ibu, kakak dan sahabat buat Jeongin ;_; karna aku emang orangnya yang nggak kuatan kalo ada orang semacem Chan gitu, jadilah aku sayang sama mereka berdua ini ;_; nuna jadi ingin terus melingungi kalian ;__;
Dan aku nggak bisa ngeship ChanJeong ini kaya HyunJeong, beda. Seriusan beda. Nggak bisa disamaain. Makanya aku buat ChanJeong ini jadi kakak adik ;__;
KAMU SEDANG MEMBACA
ABANG [Bang Chan & Yang Jeongin]
FanfictionSebuah lika-liku seorang Bang Chan yang merawat adik semata wayangnya, Bang Jeongin.