One: It reminds me

12 3 0
                                    

“Bahkan, obat ini tak berpengaruh sama sekali” aku membuang kesal obat penenang yang kubeli dari apotek akhir-akhir ini. Wajar saja, tak berpengaruh. Karena aku selalu lupa meminumnya saat aku panik. Aku hanya meminumnya saat insomnia benar-benar tidak mau menghilang. Dan itupun jarang sekali.

“Kau tahu, aku selalu ingin mempunyai dirimu yang asli” ucapku pada boneka anjing satu-satunya yang aku punya yang kunamai Doggie. Dia selalu menemaniku di saat tidur. Tapi, aku selalu merasa bersalah karena setiap aku bangun, dia tak ada di tempat aku meletakkannya saat aku tidur; yaitu disebelah kananku. Kadang di pojok kamar, kadang di depan lemari, paling parah pernah sampai keluar kamar karena aku tak pernah menutup pintu kamarku saat tidur.

“Haahhh, akhirnya selesai juga. Gara-gara kerusuhan yang kau buat, kau tidak belajar sama sekali hari ini Bee”

Jockey Charte, buronan yang selama ini dicari-cari polisi akhirnya tertangkap. Dia yang sedang melakukan aksinya di sebuah swalayan tertangkap CCTV dan polisi menyergapnya dari luar. Polisi tidak bisa menangkapnya karena dia berhasil keluar melewati atap swalayan tersebut sesuai dengan keahliannya. Tetapi, anggota FBI sigap dengan helicopter yang sudah mereka siapkan di atas gedung tersebut. Dan sekarang, Jockey sedang menikmati perjalanan menuju penjara paling ketat di seluruh penjuru Amerika’

“Haa, rasakan itu. Kau sudah membuat warga ini resah, dan kau harus menerima akibatnya” kataku sambil menunjuk-nunjuk wajah buronan itu (dengan masih bertutup kepala) yang sedang ditampilkan di televisi dan melanjutkan kegembiraanku dengan menari-nari tak jelas.

“Hmm, aku sekarang lapar. Rainbow cake yang diberi Ginn juga sudah habis. Perutku memang berkapasitas besar” kurasakan perutku semakin bergejolak meminta untuk segera dimasuki makanan dan aku pun segera menuju dapur untuk memasak ya sekedar spageti. Karena hanya itu yang kubisa.

§

“Na na na na Na na na na na ohh give me some sunshine, give me some rain, give me another chance I wanna grow up once again. Yuhuu, terima kasih terima kasih” aku salah satu penggemar 3 idiots dan aku bernyanyi layaknya penyanyi professional yang sedang mengadakan konser dan tanpa kusadari pasta yang kumasak menjadi sedikit lembek. Aku segera mengangkatnya dari panci dan segera menaruhnya di piring dan memberinya saus Bolognese yang tersedia.

“Bagaimana bisa aku memakan ini. Ini terlalu lembek. Euhh” kataku sambil memainkan pasta yang sudah kubuat

‘BRAKK’

‘BRUKK’

‘BRAKK’

‘BRUKK’

Sesuatu telah membuat kerusuhan di ruang tamu. Aduh, ada apa lagi. Dan segera kumenuju ruang tamu.

“OH MY GOOODDDD. LOOK AT MY ROOF. LOOK AT MY HOUSE. AKU BARU SAJA MEMBERSIHKANNYA SEKARA˗˗”

Ucapanku terhenti ketika melihat seorang laki-laki berjaket kulit hitam sedang tertidur dengan keadaan tengkurap dan menghadapkan kepalanya membelakangiku di lantai lebih tepatnya di bawah atap rumahku yang sudah berlubang. Lalu aku mendekatinya.

“Hey, bangun kau. Kau sudah membuat atapku berlubang yang membuat rumahku kotor karena serpihannya dan sekarang kau malah tidur. Tidak, kau harus membersihkannya” teriakku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya dan tiba-tiba dia bergerak lebih tepatnya mencoba berdiri sambil berpegangan pada buffet di depannya dengan kaki terseret. Dia memalingkan mukanya cepat ke arahku dan ternyata dia…

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 05, 2014 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

That Eyes... (Greyson Chance Love Story)Where stories live. Discover now