I

44 11 2
                                    

"SELI!!"

"I-iya Bu."

"Duduk depan, Bobi kamu pindah ke belakang!"

Dengan menurut, Bobi si pria berkacamata bundar dengan rambut di poni ke depan, berjalan menuju bangku yang berada di belakang.

"Seli! Dari tadi ibu menjelaskan materi di depan kamu malah asikan tidur."

"Iya maaf Bu, lagian Seli capek bel istirahat ga bunyi bunyi."

"Sekarang kamu keluar, lari lapangan sepuluh kali!"

"Seli ngga mau Bu."

"Kamu udah sering seperti ini ya, kalau ngga mau ibu laporin ke orang tua kamu!"

" Iya iya bawel deh." dengan langkah malas Seli menuju ke lapangan.

"SELI!!" teriak Bu Eni yang sudah tidak terdengar oleh Seli.

Bu Eni adalah guru matematika yang mengajar dengan metode menjelaskan lalu mengerjakan soal di papan tulis, sungguh membosankan.

Di lapangan, Seli hanya duduk manis di bawah pohon sambil menatap langit  biru yang cerah, tak seperti hatinya.

"Lagi enak enakan tidur eh si tua pake ngomel segala apa pentingnya gue di hidup dia si toh yang kasih makan gue bukan dia kok dia yang repot pake ngurus pendidikan gue." omel Seli tanpa henti.

Angin yang semilir membuat Seli mengantuk. Ia merebahkan tubuhnya di atas rumput, meletakan tangannya di bawah kepala sebagai bantal.

Seli memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa tubuhnya.

Cukup lama Seli memejamkan matanya. Ia sudah tidak memikirkan tentang hukumannya itu.

Perut Seli berbunyi meminta diisi. Ia bangkit dan pergi melesat ke kantin, tempat yang sering dikunjunginya selain rooftoop dan lapangan.

Seli berjalan menuju kantin, langkahnya terhenti dan pandangannya tertuju pada kerumunan siswa di depan kelas X Ipa-3, dan sebagian ada yang tertawa cukup keras.

Salah satu siswi yang berada disana berteriak, ada yang membentak, dan menangis. Seli yakin sahabatnya itu berada di kerumunan para siswa yang tidak tau diri.

Seli melangkah mendekatkan diri pada kerumunan itu, dan benar saja Sinta sahabat dekatnya itu sedang ditertawakan banyak siswa.

Sifat Sinta yang baik, ramah dan rendah hati, membuat Angela dan teman temannya sering mempermainkannya.

Menurut Seli, Angela adalah binatang buas di sekolah ini. Dia sering menindas adik kelasnya yang lemah seperti Sinta.

Angela mempunyai segalanya tapi tak pernah ia gunaakan dengan baik, ia selalu berfoya foya dengan kedua temannya. Angela si gadis cantik yang sombong. Seli sungguh benci itu.

Seli membelah para siswa dan menyuruh mereka untuk bubar. Seli berjongkok dan memeluk Sinta yang terduduk di lantai dengan seragam yang basah dan rambut berantakan.

"Lo apain temen gue hah!" tanya Seli pada Angela eh lebih tepatnya membentak.

Angela yang tidak menjawab pertanyaan Seli, wajahnya gugup ingin pergi tapi sudah tak bisa. Mereka tahu jika berurusan dengan Seli, Seli tidak akan melepaskannya begitu saja.

Seli berdiri dan mencengkram lengan Angela, dia tidak takut dengan kakak kelasnya itu yang sok cantik.

"Jawab gue!" bentak Seli lagi.

"Gue ga ngapa ngapain kok, heh lo bocah kecil emangnya lo siapanya dia hah?" ucap Angela sambil melepas cengkraman Seli.

Seli beruntung karena guru datang saat temannya Angel maju untuk menghajar dirinya.

Don't Leave MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang