4 : Sebuah Kesadaran

102 22 9
                                    

Ame-chan nekat melompat dari atap. Aku langsung menggapai tangannya. Ini terjadi sangat cepat. Ternyata ini lebih susah daripada yang aku bayangkan. Peluh menetes dari keningku. Aku harus menahannya, jika tidak tamatlah riwayatku bersamanya. Aku tidak mau melihat nyawa itu melayang di hadapanku.

"Lepaskan aku Natsuki! Atau kau akan mati bersamaku!"

"Tidak akan kulepaskan!"

"Kenapa kau egois sekali Natsuki?! Apa pedulimu terhadap kehidupan orang lain?! Lepaskan aku!"

Ame-chan mulai bergerak-gerak, berusaha membuatku melepaskan pegangannya. Karena itu, peganganku menjadi semakin erat. Aku tidak akan membiarkannya jatuh atau aku akan menyalahkan diriku sendiri atas kejadian ini.

"Aku tidak akan melepaskanmu! Aku tidak mau melihat jiwa yang jatuh ke dalam lubang kehidupan! Aku memang egois Ame-chan!"

"Omong kosong! Dasar sok pahlawan! Memangnya kau siapa!"

"Aku ini hanya orang yang tidak mau melihat orang lain berada pada jalan yang salah! Aku tidak mau melihat orang lain mati di hadapanku lagi apalagi dengan cara yang salah seperti ini!" Aku mulai frustasi. Air mataku jatuh dengan sendirinya dan mengenai wajah Ame-chan. Ame-chan hanya menatapku tajam seperti biasa.

"Jalanku itu jalanku! Aku yang menentukannya sendiri! Jika kau tidak mau melihatnya, pergilah dari sini Natsuki!"

"Sudah kubilang aku tidak akan membiarkannya! Aku tidak mau kau mati sia-sia!"

"Kau keras kepala!"

"Kau lebih keras kepala dariku!"

Tenagaku hampir habis. Tanpa berpikir dua kali, aku langsung menarik Ame-chan ke atas dengan sisa-sisa tenaga yang kupunya. Aku yakin ia akan marah kepadaku karena aku mencegahnya melakukan hal bodoh yang menurutnya kesenangan.

"Apa maksudmu melakukan ini Natsuki?!"

Wajah Ame-chan merah padam. Kulihat ia sangat emosi kepadaku. Aku hanya diam melihatnya. Bibirku mengatup dengan sendirinya.

"Kenapa kau selalu menghalangi kebahagiaanku?!"

Ame-chan mulai mendorongku beberapa kali ke belakang. Ia melampiaskan semua kekesalannya padaku. Wajahnya terlihat sangat ingin menghabisiku.

"Kenapa kau merebut semuanya dariku?! Kenapa kau yang selalu berhasil?! Kenapa kau harus ada dalam hidupku?!"

Ame-chan terus mendorongku. Semakin lama semakin tak terkendali. Ia semakin menghujatku. Melontarkan kata-kata tak pantas kepadaku. Lama-kelamaan kesabaranku habis juga.

"Cukup!"

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipinya. Tangan ini tanpa sadar telah menamparnya dengan kasar akibat kesabaran yang mempunyai batas.

"Natsuki?"

"Kau ingin menghajarku? Ayo sini hajar saja aku! Pukul saja! Kau ingin mengalahkanku? Kejar aku! Jangan kabur dari masalahmu dengan bunuh diri Ame!" aku kalap. Emosiku sudah naik ke ubun-ubun.

"Memangnya kalau kau mati kau dapat apa?! Kau langsung mendapat sebuah kekalahan! Haha, jangan bodoh Ame! Jika kau mati bukankah aku yang akan menang dan kau yang akan terlupakan!" lanjutku. Aku sudah kehilangan kendali atas emosiku sendiri, membuatku mengucapkan hal seperti itu.

PLAK!

Sebuah tamparan tepat mengenai pipiku. Aku dapat merasakan amarah dan frustasi yang diwujudkan dalam satu pukulan. Ini sama sekali tidak sakit dibandingkan melihat orang lain mati!

Hate : Loser (2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang