prolog

4 2 0
                                    

Hampir seluruh murid SMA Cahaya sedang berkumpul di lapangan, menyaksikan sebuah kejadian bak drama Korea yang terjadi di kehidupan nyata.

Seorang cowok sedang berlutut di depan seorang gadis satu tangannya menggenggam tangan gadis itu dan satunya lagi membawa sebuket bunga mawar.

"Jawab aku Firly..."

Gadis itu bernama Firly Agatha. Kapten basket putri di SMA Cahaya, sekaligus jadi cewek tercantik di sekolah ini.

"Rey, mending Lo berdiri deh. Lo nggak malu Diliatin banyak orang?"

"Nggak! Aku bakal berdiri kalau kamu udah jawab."

"Gue rasa Lo udah tahu jawaban gue. Jadi mending Lo berdiri deh." Firly melepas genggaman tangan itu. Kemudian melipat tangannya di dada.

Reyhan nama cowok itu, dia sedang menyatakan cinta pada Firly.

Reyhan mendengus lalu berdiri, "kenapa kamu tolak aku? Aku kurang apa?"

Iya benar. Reyhan kurang apa?

Dia adalah kapten basket putra, ketua OSIS, tampan, cerdas, dan di idolakan banyak siswi di SMA Cahaya.

Lalu kurang apa dia?

"Lo nggak ada kurang. Cuma Lo tau kan kalau gue ini udah mati rasa sama cowok? Jadi sorry gue nggak bisa." Firly kemudian berbalik dan berlari menuju kelasnya.

"Firly!" Teriak Reyhan memanggil Firly.

Bisa dilihat tatapan para murid merasa iba padanya.

"Bubar woy bubar!" Raka sahabat Reyhan mencoba membubarkan kerumunan. Dalam hitungan detik para murid pun berhamburan sambil berbisik-bisik.

"Sabar Rey.." ucap Bintang sahabat Reyhan sambil menepuk pundak cowok itu.

____

Sebenarnya bukan hal baru jika seorang Firly Agatha menolak cowok. Tapi jika itu seorang Reyhan Alvaro, bisa jadi Firly adalah gadis yang bodoh.

"Lo gila!" Teriak Gea sahabat Firly pada Firly yang sedang duduk manis sambil mendengarkan musik dengan headset.

"Firly!!!" Kali ini Gea hilang kesabaran, menarik lepas headset yang menyumbat telinga cewek itu.

"Apasih?"

"Firly! Lo sadar apa yang barusan Lo lakuin? Ha?"

"Apa? Yang mana?" Tanya Firly pura-pura lupa.

"Reyhan fir. Reyhan. Kenapa Lo tolak sih?" Geram Gea.

Firly memang sudah keterlaluan. Gadis itu seakan tidak punya hati jika soal cinta-cintaan.

"Lo udah tahu alasannya. Jadi jangan nanya lagi." Firly bangkit dari kursinya, kemudian berlari keluar kelas. Kali ini dia butuh menenangkan diri.

Sepertinya perpustakaan adalah tempat yang tepat.

____

Andreas melihatnya. Bagaimana seorang Reyhan di tolak oleh Firly. Andreas tidak mengerti pola pikir cewek itu.

Dilihat dari segi sesama cowok, sepertinya Reyhan sangatlah sempurna. Lalu cowok seperti apa yang Firly inginkan?

Andreas menggelengkan kepalanya. Merasa ciut. Jika cowok seperti Reyhan di tolak. Bagaimana dengan cowok seperti dia?

Dari dulu Andreas memang mengagumi Firly.

Di mata Andreas, Firly adalah karya Tuhan yang paling sempurna.

Bukan karena kecantikan cewek itu, tapi lebih kepada betapa Firly adalah cewek baik hati dan apa adanya.

Andreas sedang membaca buku biologi di perpustakaan, saat cewek itu datang dan duduk di meja seberang.

Andreas bisa melihat raut wajah Firly yang tampak sedih.

Ingin sekali Andreas menghampiri cewek itu, kemudian membawanya dalam pelukan hangatnya.

Tiba-tiba Andreas merasa gugup. Oh tidak! Firly mendekat ke mejanya. Apa yang harus Andreas lakukan?

"Gue numpang duduk sini boleh?" Tanya gadis itu. Andreas hanya bisa mengangguk.

Firly tersenyum tipis, kemudian duduk, melipat tangannya dan menenggelamkan wajahnya di hadapan Andreas.

"Kamu nggak papa?" Tanya Andreas ragu. Setidaknya menanyakan kabar tidak masalah bukan?

Firly menggeleng, "gue nggak papa. Lo terusin baca aja. Anggap gue nggak ada."

Bagaimana mungkin bisa seperti itu? Bagaimana Andreas bisa menganggap Firly tidak terlihat? Sedangkan harum rambutnya saja sudah membuat jantung Andreas berdegup kencang.

Andreas tahu bahwa Firly sedang sedih, walaupun ia tak tahu alasannya. Andreas mengeluarkan Snack coklat berbungkus merah favoritnya dari saku. Kemudian mengangsurkan pada Firly.

Firly yang memejamkan mata, merasakan ada sebuah pergerakan dari orang di hadapannya membuka mata. "Apa?"

"Kata orang, cokelat bisa bikin otak rileks."

"Ini buat gue?"

"I-iya." Ucap Andreas canggung menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Makasih ndreas, Lo baik banget sih." Ucap Firly menegakkan tubuh mendadak tersenyum lebar lalu meraih cokelat pemberian Andreas.

Andreas melongo. Astaga jangan senyum, Andreas bisa pingsan ditempat. Dan apa tadi? Dia tadi memanggil apa? Ndreas? Siapa saja tolong beri tahu Andreas bahwa ia tidak salah dengar.

"Kamu tahu namaku?"

Firly berdecak sambil membuka bungkus cokelat pemberian Andreas, "ingetlah, kita kan satu gugus pas MOS. Lo lupa?" Tiba-tiba Firly mendekatkan wajahnya pada Andreas dan cowok itu langsung memundurkan wajahnya takut-takut khilaf.

"Aku nggak lupa."

"CK! Lo lupa, buktinya Lo nggak pernah nyapa gue."

Andreas memang tidak pernah bisa menyapa Firly, satu keraguannya Andreas karena takut jika Firly mengacuhkan sapaannya. Katakanlah Andreas pengecut. Di samping itu, ia selalu gugup bahkan ketika Firly sekedar lewat di depan kelasnya.

"Aku nggak pernah lupa sama kamu. Aku nggak nyapa karena aku malu." Bisa di pastikan telapak tangan Andreas sudah berkeringat. Oh lihatlah pipinya memerah sehingga dia harus menunduk menyembunyikan hal memalukan itu.

Firly menepuk pundaknya, "mulai sekarang kalau mau nyapa gue, sapa aja ya ndreas. Gue nggak gigit kok."

Andreas mendongak menatap wajah menenangkan itu. "gue balik dulu ya ndreas. Dadaaaa" Firly berdiri, tersenyum, lalu melambaikan tangan dan berjalan menuju kelasnya.

"Hati-hati" ucap Andreas saat punggung kecil itu sudah tidak terlihat.

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang