Part 1

977 94 1
                                    


"Bagaimana mungkin anak dari seorang koki terkenal tidak bisa memasak dengan benar!!" bentak seorang paruh baya kepada anak lelaki satu-satunya itu.

"yah, kalau begitu apa gunanya istriku nantinya?" jawab anak itu seraya memalingkan wajah dan mulutnya yang manyun.

"sudah sejak jaman dahulu keluarga kita ini adalah-"

"kumpulan koki-koki handal terkenal didunia. Yayaya~ aku sudah dengar hal itu selama 20 tahun sejak pertama kali aku bernafas didunia ini, Ayah." Lanjutnya yang mengorek-ngorek kuping kirinya, yang malah memunculkan urat kekesalan dipelipis kanan ayahnya.

PLETAK!!!

"Maka dari itu, kalo sudah tau ya ikuti kata ayah!!" kesalnya yang memukul kepala anak (kesayangannya itu) dengan kasih sayang seorang ayah.

"Aduh!! Males ah! Dapur isinya cuman laki-laki, tidak ada yang menarik dari yang namanya dapur." Keluhnya yang mengelus-ngelus kepalanya karena terkejut ayahnya memukul kepalanya walau tidak sakit.

"kenapa anak dari seorang koki tidak merasa tertarik dengan yang namanya dapur? Dan lagi itu semua sudah mendarah daging di silsilah keluarga kita." Katanya yang masih menahan amarahnya dan menyeruput kopinya demi menahan rasa kesal yang terasa sudah membakar dadanya ini.

"itu kan kalian. Aku sama sekali tidak tertarik dengan koki atau dapur yang ayah banggakan itu." katanya bersamaan dengan kedua kakinya yang berubah tegak dan bersiap untuk pergi. "aku sama sekali tidak tertarik dengan yang namanya Koki dan dapur. Maaf saja kalo aku tidak sefanatik silsilah keluarga ayah, aku punya jalanku sendiri." Ia berjalan menuju pintu keluar ruang keluarga dan meninggalkan ayahnya yang masih duduk diatas sofa dan berusaha untuk meminum kopi ditengah amarahnya yang ingin meledak kapan saja.

Kalau saja anak satu-satunya ini adalah bawahannya sudah sedari tadi ia melempar gelas bercorak seharga jutaan ini kekepala anak kurang ajar itu.

Lelaki ini mengambil jaketnya dan bersiap untuk pergi dan menunaikan janjinya untuk menemui para gadis yang ada di kleb, namun sebelum itu.

"Ah, kau mau kemana Chanyeol?" suara seorang wanita yang sangat akrab ditelinganya, membuatnya tertegun ditempatnya yang saat ini sudah berdiri didepan pintu dan memegang knop pintu.

Sial. Batinnya berkata dan menengokkan kepalanya

Seorang wanita cantik yang selalu awet muda walau sudah berusia senja ini, dengan tubuh langsingnya yang memakai celemek dan melepaskan sarung tangan yang biasa dipakai untuk mengambil cetakan adonan kue yang baru keluar dari oven.

Seorang wanita yang selalu menjadi panutan anaknya ini dalam mencari pasangan yang kriterianya mirip dengan ibunya yang cantik dan bersifat tenang serta tegas disaat bersamaan itu membuatnya tidak bisa marah walau hatinya terasa meledak-ledak saat ia muncul.

"i-itu aku ma-mau.. ah~ aku tadi mau kemana ya.. hehehe.." ucapnya terbata dan melepaskan knop pintu itu dari genggamannya lalu membalikan badannya, mengingat dirinya tidak bisa berbohong didepan wanita yang melahirkannya ini.

"hng? Ada apa ini? Apa kalian bertengkar lagi?" tanyanya sambil melihat mereka berdua dengan kedua matanya yang khawatir itu

"Ah! I-itu kami.." ingin sekali Chanyeol menjawab dengan bumbu-bumbu kebohongan yang biasa ia pakai untuk para wanita yang menjadi sasarannya, tapi sayangnya ia sama sekali tidak bisa berbohong didepan ibunya walau dia ingin sekalipun.

"AH! Itu ka-kami sedang mendiskusikan masa depan, kau tidak perlu khawatir sayang. Benar bukan Chanyeol?"tiba-tiba saja ayahnya ini berdiri dan merangkul anak lelakinya dengan penuh senyuman paksaan diwajahnya. Ia yang terkenal garang dan kasar dihadapan bawahan maupun dunia perkokian, akan luluh dan bersikap kekenakan didepan istri satu-satunya ini.

A Bleesing in Disguise' [Chansoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang