Bagian 2

45 1 9
                                    

"fan dimana lo?" suara kiki dari seberang telepon.

"gue di bukit biasa, belakang R.S," jawabku singkat dan menutup telepon.

Seperti biasa aku selalu menghabiskan waktu istirahatku di bukit dekat tempat kerjaku, me-relax kan anggota tubuh dan fikiran ku. Ku hentikan langkah kaki ini, ketika melihat seorang gadis duduk di tempat yang selalu ku tempati. Wajahnya merah padam. Terlihat jelas bahwa dia sedang menangis. Aku mengingatnya, aku mengenalnya, dia persis seperti 6 tahun yang lalu. Duduk menyendiri dan menangis sambil menekukkan lututnya. Kuhampiri dia perlahan dan berdiri tepat di depannya. Matanya terperejap dan melihat ke arah ku.

"Sedang sedih?" tanya ku sembari melangkah dan duduk tepat di sampingnya.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya. Aku mencoba berfikir realistis tentang apa yang terjadi padanya. Tapi hati ini terluka ketika melihatnya menangis.

"ini adalah tempat favoritku, suasananya sangat bersahabat dengan ku. Apa kau juga merasakannya?" tanya ku.

"hhmm.." jawabnya yang sama sekali tak menoleh ke arah ku. Ku luruskan kakiku. Dan kutemukan kertas biru yang yang indah, sepertinya undangan. Hatiku semakin sakit ketika tahu bahwa dia menangisi hal yang tidak aku inginkan.

"kamu mau nikah?" tanya ku sembari membuka lembaran kertas undangan pernikahannya.

"Diana Putri & Aldi Rahayu P" lanjutku dengan sedikit sunggingan di bibirku. Aldi, ternyata mereka jadi juga.

"tidak jadi, alias gagal.. dia di jodohkan oleh keluarganya atas dasar perusahaan. Ya menurut aku sih, zaman sekarang itu mustahil tentang perjodohan-perjodohan. Dan aku gak abis fikir, aldi diam aja dan seharusnya dia menolak perjodohannya! Karena dia sudah niat menikah dengan ku bulan besok. Bahkan undangan sudah tersebar. Tapi dia dengan santainya hanya mengucapkan kata maaf dan selamat tinggal," tutur Diana yang tampak kesal. Tapi aku merasa senang akan penjelasan itu. Jahat.

"hemmmm.. gitu, terus kamu nangisin apa?" tanya ku basa basi.

"ya aku kesel, bayangin dong, kita udah 6 tahun pacaran bahkan aku sudah kenal dengan orang tuanya begitupun sebaliknya," ujarnya geram.

"cinta itu gak perlu dihitung berapa lama kamu pernah bersama dia, cinta itu memang tak selamanya akan berujung manis, dan cinta itu tak bisa kita prediksi. Orang yang bersama kita saat ini belum tentu jodoh dengan kita, mungkin dia hanya pelengkap jalan cerita kita untuk menemukan jodoh kita. Ketika cinta itu datang dia akan berkata 'ya' dialah cintamu. Jadi jika mengalami jatuh cinta simpanlah perasaan itu, karena jika benar dia, pasti dia pun akan merasakan hal yang sama," ujarku dengan kata-kata yang sebenarnya sedikit konyol, karena aku pun tidak tahu maknanya.

Diana tampak termangu setelah mendengarkan kalimat konyol ku itu. Tapi kubiarkan dia berfikir, mungkin dia sedang mencerna perkataanku, dan aku bisa menanyakan artinya nanti. Kulihat jam tanganku yang melekat erat di tangan kanan ku sudah menunjukan pukul 15.28. Aku memilih untuk mengakhirinya sebelum teman ku kiki melihatnya. Dengan penuh senyuman Kurogoh saku baju ku dan mengambil pulpen biru yang terselip.

"semoga sukses akan cerita cintamu Diana.. assalamua'laikum," ujar ku ternyum dan bangkit.

"ya, terimakasih, wa'alaikumsalam," jawabnya membalas senyumanku. Aku pun melangkah pergi meninggalkan bukit ini. Namun sebuah suara yang membuatku terhenti.

"hey.. tunggu, siapa nama-mu?"teriaknya. aku pun menyuruhnya untuk membuka undangan dekat sepatunya dengan isyarat sejadi-jadinya. Tapi dia terlihat tidakmengerti maksudku. Ponselku terus bergetar manandakan aku harus cepat kembali ke R.S akupun segera menuju tempat kerjaku, walau sebenarnya aku masih ingin berbincang dengannya. Entahlah dia akan tahu namaku atau tidak tapi kalau jodoh mungkin kita akan di pertemukan kembali.

Senja menuju petang, langit orange yang indah serta suara jangkrik yang bersautan. Ku lihat jam tanganku menunjukan pukul 17.45. Waktu yang sangat ku tunggu-tunggu. Weekend. Harinya aku beristirahat.

"gak pulang fan?" tanya kiki yang merapihkan perlengkapannya.

"nanti lagi deh, masih betah, mau tiduran dulu,"

"oh iya tadi lo bilang kemarin lo ketemu diana?" tanya kiki mendekat ke arah ku.

"oooh iya.. tapi dia gak kenal sama gue..," jawabku sedikit malu.

"miris banget hidup lo, suka yang terpendam selama 7 tahun, tapi orang yang lo suka gak kenal sama lo? hahahhh" tawanya berbahagia.

"ya, Allah itu adil ki, mungkin gue harus sabar sekarang, sabar itu buahnya indah kiki...manis," jawabku menghibur diri.

" lo udah sabar 7 tahun, terus manisnya kapan? Asal lo tahu ya yang manis itu gula...! " ujar kiki dan ngibrit pergi. Dasar!!

"magrib dulu woy!!!" teriak ku kepada kiki.

"ntar di rumah aje," jawabnya seperti anak kecil.

Akupun melangkah menuju masjid megah di samping R.S untuk menunaikan shalat magrib. Sesudah menjalankan shalat akupun menuju halte untuk pulang menuju rumah. Salju yang membuat suhu begitu dingin, mungkin seperti hatiku, mungkin.

"alfan?" ujar gadis di sampinngku. Aku tidak mengenalnya, karena dia menggunakan syal yang menutupi separuh wajahnya.

"ini aku diana" dia pun membuka syalnya.

"oh aku kira siapa?" tawaku ringan. Tunggu, dia mengenalku?

"kau mengenalku?" tanyaku sedikit kikuk. Diana hanya membalas dengan senyuman. Dia cantik.

"oh iya aku lupa, aku kan yang menuliskan nama ku di unganganmu,"

"tidak, ternyata aku mengenalmu cukup lama. Kamu teman seangkatan ku kan saat di SMA?" tanya diana.

"oh kau menyadarinya," jawabku sedikit malu.

"tadinya sih tidak, tapi saat membaca nama-mu di undangan, aku merasa tidak asing dengan nama-mu, jadi ku membaca buku harianku dan menemukan namamu di sana,"

Aku termangu mendengarnya. Suara gadis ini, ingin selalu ku dengar.

"ini, lihat aku masih menyimpannya" tutur diana menunjukan kalung berliontin kancing berwarna biru. Ah itu ungkapan cintaku saat kelulusan secara tidak langsung.

"terimakasih sudah menyukaiku saat SMA, dan maaf aku tidak menyadarinya," ujarnya sedikit merasa bersalah.

sampai saat ini juga gumamku, aku terlalu terbawa suasana yang membuat diriku menjadi seberani ini. Gadis di sampingku saat ini, aku sangat menyayanginya, diana... senyum itu, mata itu,aku menyukai semuanya. Diana.

-TAMAT- 

Hembusan CintaWhere stories live. Discover now