PART 8

15.5K 2.2K 130
                                    


Haerin menyeka ujung matanya yang sedikit berair. Mengipas-ngipas pelan wajah panasnya lalu tersenyum lembut pada Jihoon hingga pria di seberang sana terkejut.

“Terima kasih,” katanya.

“Y-ya?” Jihoon tergagap, tidak mengerti juga.

“Soora bilang kau menyukai penampilanku yang beberapa waktu lalu, dan ya, itu mengejutkan sejujurnya.”

“Kenapa?”

Belum sempat Haerin menjawab, pelayan pengantar makan siang Haerin dan Soora sudah terlebih dahulu memotongnya secara tidak langsung. Soora lagi-lagi melirik pandangan Jihoon yang tidak pernah lepas dari Haerin, bahkan saat wanita itu hanya tersenyum kecil sembari mengucapkan terima kasih pada pelayan ujung bibir Jihoon ikut tertarik ke atas.

Well, sepertinya aku akan mengganggu jika tetap di sini,” kata Soora tiba-tiba hingga seluruh perhatian tertuju padanya. Tapi ia hanya tersenyum kecil, merapihkan nampan makannya dan segera berdiri dari duduknya. “Sepertinya aku akan cari meja lain.”

“Eh, kenapa?” tanya Haerin setengah terkejut.

Soora melirik Jihoon sebentar, tersenyum miring lalu menjawab, “Aku lupa ada janji makan siang dengan temanku. Maaf ya, Haerin. Makan siang bersamanya lain kali saja. Kali ini bersama Jihoon saja tidak apa-apa, kan?”

“O-oh oke. Tidak apa-apa.”

Tanpa menunggu lebih lama Soora segera pamit pergi seraya membawa nampannya, tapi sebelum benar-benar pergi ia menunduk sebentar. Berbisik lembut di telinga Jihoon, “Jangan lupa teraktir Noona setelah ini, Jihoon-ah.”

Jihoon jadi tambah malu, wajahnya panas terbakar malu. Ingin menggerutu tapi juga ingin berterima kasih secara tidak langsung pada Soora karena telah mengerti dirinya yang ingin lebih dekat dengan Haerin.

“Ayo makan. Makan siangmu akan dingin jika tidak segera dihabiskan,” kata Haerin memperingatkan.

“Eh i-iya.”

Selama makan tidak ada suara lain selain dentingan alat makan yang beradu, Haerin sibuk mengunyah sementara Jihoon menanti jawaban tertunda Haerin dengan penasaran. Ia senang kalau Haerin mau bercerita banyak padanya, mungkin saja keduanya jadi bisa lebih dekat dengan cara seperti itu, pikirnya.

“Kau memakai lip balm?” tanya Haerin tiba-tiba.

“Y-ya?”

“Bibirmu ... berwarna merah muda dan terang sekali. Jadi kupikir kau memakai pewarna bibir. Tapi tidak perlu dijawab jika kau merasa tidak nyaman. Aku hanya bertanya.”

Jihoon segera mengusap pelan bibirnya, sedikit malu karena tertangkap basah memakai pewarna bibir meski sebenarnya bukan masalah besar karena laki-laki lain pun memakainya. Tapi akan beda lagi jika dengan Haerin, ia jadi malu, takut tidak dianggap jantan olehnya. Haerin sudah tentu pastinya menyukai pria manly, apalagi mengingat penampilan perempuan itu beberapa waktu lalu yang serba berwarna hitam tentu kontras sekali dengannya yang menyukai warna merah muda.

“Tidak perlu dihapus, nanti malah menyebar ke luar bibir.” Jihoon segera menghentikan usapan bibirnya setelah diperingatkan Haerin, kepalanya kembali menunduk, keberaniannya kembali menghilang.

“Maaf, ya. Kau pasti merasa tidak nyaman karena perkataanku.”

“Tidak!” jawab Jihoon dengan cepat. “Tidak apa-apa. Hanya sedikit malu. Aku pasti terlihat sangat memalukan, ya?”

MY BODYGUARD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang