prolog

43 5 3
                                    

STELLA     


  "AURISTELA AYUDIA KIRANA! KENAPA KAMU BOLOS LAGI!? " teriak bu Rina, gadis tersebut pun menoleh. "Eh saya gak bolos kok bu, cuman refreshing dikit," jawab Stela sekenanya. "Apapun itu alasanmu sekarang kamu ikut ibu ke ruang bk!" lanjut bu Rina sambil berjalan mendekat "Eh, bentar bu, perut saya sakit, saya ke toilet dulu ya, dadah buuu," jawab Stela sambil berlari menjauh. Teriakan bu Rina tertahan, membiarkan gadis itu lari ke ujung lorong hingga tak terlihat lagi. Ia bahkan tak berniat mengejar gadis yang sudah langganan mencatat poin karena bolos pelajaran itu. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan muridnya yang satu itu, "Kalau aja kamu bukan penyumbang medali emas terbanyak, udah saya keluarin kamu," gumam bu Rina, sambil berjalan ke ruang bk.

      "Hhh, untung guru dah," ucap Stela setelah sampai di rooftop sekolah. "Napa lo la?" tanya Maia sahabat, sekaligus partner bolosnya. "Biasa noh si guru be-ka!" jawab Stela sambil menunjuk arah kanan dengan matanya dan menekankan kata 'bk'.

"La!" panggil Maia.
"Hmm," jawab Stela.
"Gue bingung dah, ini sekolah yang laen pada libur, kita doang suruh masuk pelajaran tambahan?"
"Bodo amat gue mah."
"Lo mah bolos mulu kerjaannya."
"Kek lo kagak neng!"
"Tapi gue jarang."
"Semerdeka lo dah."

Setelahnya lengang sejenak ikut menimpali percakapan itu.

Mereka masing-masing menikmati semilir angin yang menerpa wajah. Stela memejamkan mata. Badannya condong ke belakang dengan tangan menjadi tumpuannya. Wajahnya sarat akan ketenangan, jauh dari image yang melekat pada Stela.

Siapa pun yang melihatnya akan langsung berkata bahwa dia cantik.

Dengan kulit putih mulus, bibir merah kecil, hidung kecil mancung, bulu mata lentik juga alis yang tidak tebal juga tidak tipis serta badan yang sering dibilang 'body goals ', ia dapat mendapatkan hati cowok dengan mudah. Masa lalu yang mengikatnya membuatnya tak pernah membuka hatinya lagi. Masa lalu yang membuatnya trauma, ya, trauma mencintai lalu ditinggalkan. Berbeda dengan Maia yang menyibukkan diri dengan benda pipih berbentuk persegi panjang dengan casing doraemon itu. Matanya tak lepas memandang layar ponsel.

"Woy stel!" Maia membuka suara, memecah keheningan yang sedari tadi menemani mereka. "Paan pens?" jawab Stela sambil tetap memejamkan mata.
"Pans pens pans pens ae lo!" protes Maia

"Ribet banget dah heran gue."

"Hilih, yasaja."

"Serah lo dah ya."

"Terus in, terus in ae terus."

"Kagak mahal suara cecan."

"Yee songong lo!"

"Diem bawel!"

☆☆☆

"Karna ku swallow,sangat swall-eh!"
"Berhenti nyanyi, suara lo bikin kuping gue pengang!" ucap Ditya sambil menjitak kepala Amany. Yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan mereka. "Gue cabut dulu yak!" ujar Lidya sambil berjalan menjauh

"Woy woy, peje lo belum!" teriak Stela

"Santuy mbak, kagak usah nge-gas!" jawab Naya sambil menjitak kepala Stela.

"Auk nih Stela nge gas mulu, gue do'ain bensin lo abis tengah jalan," timpal Maia

"Ngaca dong," kini giliran Stela yang menjitak kepala Maia

"Woy, kabur lo lid, awas lo!" teriak Amany sambil menunjuk ke arah Lidya

"Hehe, budu, pai jan kangen gue, lop yu." jawab Lidya sambil memonyong-monyongkan bibirnya

Andromeda's SupernovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang