Siswa Baru

12 3 0
                                    

ARDHAN

      Seorang siswa berseragam putih-abu abu berjalan menyusuri lorong sekolah. Melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruang wakil kepala sekolah. "Oy, ngelamun ae lu!" ia tersentak, memutar badannya mencari asal suara tersebut. Matanya langsung bertemu dengan sepasang mata lebar dengan iris coklat gelap. Ia tertawa sumbang. "Ngagetin ae lu kutil kuda!" ia menjitak kepala sahabatnya itu. Mereka tertawa bersama, sambil berjalan menuju kelas. "Gue ga nyangka lu pindah ke sini lagi dhan," Ardhan menoleh lalu tersenyum tipis. Ia mengerdikkan bahu sambil sedikit menggeleng. Fadil, sahabatnya sewaktu kecil. Sahabatnya sewaktu dulu tinggal di Indonesia. Ya, tidak banyak yang tau bahwa seorang Kim Myung Dae alias Adelio Rafardhan pernah tinggal di Indonesia. Fadil adalah salah satu alasan mengapa ia bersikeras pindah ke Indonesia. Ardhan kembali menghadap ke depan.

Tok tok tok

"Permisi bu Winda," Ardhan berucap lembut dari balik pintu.
"Iya, Masuk aja!" ujar bu Winda sambil tetap berkutat pada berkas-berkas di tangannya. Tanpa basa-basi ia duduk di depan bu Winda. "Ini saya di kelas mana ya bu?" tanya Ardhan to the point . Bu Winda menatap Ardhan cukup lama hingga ia kembali berkutat pada berkas-berkasnya. "XI IPA 2," jawab bu Winda singkat, padat, jelas. Ardhan mengangguk samar lalu keluar ruangan. Bel masuk sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Ia memutuskan untuk pergi ke lokernya untuk menaruh barang-barang yang sekiranya bisa ditinggal di sekolah.

Brukk!

Ardhan memutar badannya. Matanya menyapu tiap inci gedung, mencari asal suara tersebut. Pandangannya terfokus pada seorang gadis yang sedang memunguti banyak buku yang tercecer di lantai. Gadis itu berjongkok sambil sesekali menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Ardhan menatapnya lekat-lekat. Gadis itu bangun dengan setumpuk buku yang ada di tangannya--Ardhan berani bertaruh itu buku novel bukan buku pelajaran--lalu menengok ke kanan dan kiri. Gadis itu berjalan agak cepat. Ardhan mengikutinya dari belakang.

Rooftop, batin Ardhan.

Kaki jenjangnya berjalan mengikuti gadis tersebut. Sesekali mempercepat langkahnya untuk menyamai ritme langkah gadis itu. Ia terus mengikutinya.

"Lo mau bolos?" ucap Ardhan ketika jaraknya dengan gadis itu cukup dekat. Gadis itu tersentak. Lalu menatap Ardhan sambil mengerutkan kening. Gadis itu membuang muka lalu mendesah kasar.

"Lo lagi, lo lagi, ga bosen ganggu hidup gue?" tanya gadis itu sambil kenaikkan satu alisnya. Ardhan mencoba mengingat gadis di depannya ini.

"Eh, lo kan yang nubruk gua di cafètaria tadi?" Ardhan menunjuk gadis itu tepat di mukanya.
"Ralat, lo yang nubruk gue," jawab gadis itu sambil berlalu pergi.
"Kenalin gua Ardhan, Adelio Rafardhan!" Ardhan sedikit berteriak mengingat jaraknya dengan gadis itu kembali merenggang. Gadis itu berhenti lalu memutar tubuh sambil menatapnya.
"Ga nanya," ia kembali memutar badan lalu berjalan meninggalkan Ardhan yang diam ditempat.
"He noleh dikit napa neng,  jutek amat!" Ardhan kembali bersuara setelah menutup mulut cukup lama. Gadis itu kembali berhenti dan lagi-lagi memutar badannya agar bisa bertatap dengan laki-laki yang sedari tadi cukup menganggunya. "Gue gak peduli," ujarnya dengan tekanan di setiap kata. Gadis itu mendesah kasar lalu kembali melanjutkan perjalanannya ke rooftop sekolah. Ardhan tetap keukeuh mengikuti gadis itu.

Merasa diikuti dia pun menghentikan langkahnya. "Lu bisa berhenti ngikutin gue kan?" tanya gadis itu tanpa sedikitpun menoleh pada Ardhan. "Bisa, tapi yah, ada syaratnya," jawab Ardhan sambil menunjukkan smirk andalannya. "Sebutin cepet!" gadis itu sudah tidak sabar, ingin Ardhan segera enyah dari sana.
"Sebut nama sama kelas lo!"
"Stela, XI IPA 2."
"Nama panjang bege!"
"Lo kagak bilang tadi."
"Kagak usah banyak komen cepet!"
"Auristela Ayudia Kirana, Stela, XI IPA 2! Puas?!" ucap Stela sedikit berteriak.
"Ok, sampai ketemu di kelas, Stela" Ardhan membalikkan badannya lalu melangkah pergi dari sana.

Andromeda's SupernovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang