Siang ini aku bergurau dengan teman - temanku di teras depan kelas. Tiba - tiba 5 sekawan datang menghampiriku sambil kedua lengan dari salah satu anak tersebut dilipat di depan dada.
" Lo yang namanya Charen?," tanya anak yang melipat kedua tangannya dengan menunjukku lewat pandangan mata.
" Iya gue. Kenapa?."
" Dilihat dari atas ke bawah sih lumayan standart. Jauh lebih kece gue dibanding lo. Tapi kenapa kelakuan lo selangit banget sih?!," dia memperhatikan penampilanku selayaknya juri sebuah kontes pakaian.
" Maksudnya apa?! Datang - datang ngomong gitu." Aku agak sinis.
" Lo kenal Reydan kan?," ucapnya menatap tajam.
" Iya. Kenapa?."
" Reydan tuh cowok gue!," ucapnya yang membuatku menelan ludah.
Suasana hening sejenak dan semuanya tercengang. Aku sempat terkejut setelah tahu cewek yang selama ini Reydan ceritakan sebagai pacarnya yang protektif itu adalah Dominic, ketua geng The Awesome Girl. Terkenal paling galak dan nggak akan ngebiarin setiap orang merebut apapun yang menjadi miliknya. Termasuk Reydan mungkin.
Aku memang dekat dengan Reydan. Bahkan ada gosip di kampus kalau aku sudah jadian dengan dia. Ha? Jadian? Nggak lah! Aku dan Reydan hanya sebatas sahabat. Memang sih, kami selalu jalan bareng. Di mana ada aku di situ ada Reydan. Tak pernah ada niat dihatiku merebut siapapun dari seseorang.
" Terus hubungannya apa sama gue?!."
" Lo tuh udah ngerebut posisi gue dihati Reydan! Pantes aja lah! Lo kan nggak punya pacar!."
Sebuah kalimat yang membuatku terperangah sesaat.
" Nggak usah asal deh kalau ngomong." Aku mulai membela diri.
" Asal gimana? Nggak mungkin kan kalau lo udah punya pacar ngedekati Reydan? Pacar lo pasti cemburu. Hanya orang yang nggak punya pacar aja ngelakuin hal terbodoh kayak gitu. Udah pasti tuh!." Dia menyunggingkan salah satu sudut bibirnya.
" Lo!!!," aku beranjak dari tempat duduk. Hampir tanganku melayang mendarat di pipinya. Hatiku geram. Ingin rasa memukul wajahnya dengan kepalan tanganku sendiri.
" Benar kan?!." Dia memperjelas tuduhan.
" Eh.. udah dong..!" Mila memisahkan.
"Gue tegasin ya! Gue punya pacar. Hanya aja dia nggak satu kuliah sama gue," ucapku mencoba menutupi kebohongan.
" Oh ya?! Gue pengen ngerti. Biar gue percaya, ajak dia ke acara ulang tahun kampus bulan depan. Gimana? Kalau lo bohong... lo mesti jadi babu gue selama sebulan," Dominic mengulurkan tangan.
" Kalau lo yang kalah, lo mesti traktir gue dan temen gue selama sebulan." Aku menerima tantangannya.
Tanganku sedikit ragu dan akhirnya menyambut uluran tangannya. Dia tersenyum puas dengan sudut bibir yang meninggi sebelah. Setelah The Awesome Girl pergi dari hadapan kami, Mila dan Asrin mengkritikku habis - habisan.
" Ren! Lo gila ya!." Asrin kesal
" Mikir dong!! Sebulan tuh dapat pacar dari mana?," ucap Mila menunjuk - nunjuk kepalanya.
" Gimana lagi coba? Gue nggak mau digituin." Aku membela diri.
" Sebulan Ren!!... lo.. nggak nyewa pacar kan?!."
" Nggak tahu..!," aku meninggalkan mereka yang masih penasaran dengan apa yang aku lakukan barusan.
Sadar Charen, apa yang barusan udah kamu lakukan? Kamu barusan mempermalukan dirimu sendiri di depan Dominic. Aku tak berpikir dua kali untuk ini. Dari mana aku bisa dapat pacar dalam waktu sebulan? Sedangkan cowok yang dekat denganku hanya Reydan dan Jovan? Nggak mungkin aku minta bantuan Jovan. Kita udah putus. Ya.. walau sampai detik ini aku belum bisa move on. Salah Jovan sendiri malah selingkuh sama Lestari, yang notabene temen sekelas dia sendiri.
Ngomong - ngomong soal Jovan, sejak kami putus, dia tak pernah menghubungiku. Padahal kita satu kampus. Beda jurusan sih. Dia malah menganggap tak pernah mengenalku. Salahku apa coba Jo? Yang jahat tuh kamu. Bukan aku. Kalau kami ketemu pasti Jovan tak sedikitpun melirikku. Dia lebih memalingkan muka. Seolah - olah aku ini hanya angin lewat.
Tapi kenapa aku belum bisa lupa dengan perasaan ini Jo? Trus Reydan. Kenapa dia memasukkanku dalam masalah asmaranya. Aku jadi bingung sekarang harus minta bantuan siapa. Sebulan bukan waktu yang lama kalau aku termengu. Apa perlu aku koar - koar buat sayembara menjadi pacarku? Ha?! Itu gila.