part 2

64 2 1
                                    

“ Kak.. tadi ada temenmu ke sini. Yang pernah kakak usir itu loh kak,” jelas Karleta sambil memenceti tombol di hapenya. Aku mencoba mengingat kejadian itu. Ketika aku mengusir.. ha? Dia datang lagi? Apa belum jera juga.

“ Trus ngapain?,” tanyaku penasaran.

“ Katanya mau ketemu kakak. Udah itu aja.”

Aku menyembul poni ke atas. Aku makin kesal sekarang. Masalah Dominic belum selesai, datang lagi masalah baru. Siapa lagi kalau bukan si muka manis itu. Itu julukanku. Mulutnya itu loh suka merayu dengan gombalan – gombalan anehnya.

Aku ingat belum lama ini pertemuan itu terjadi. Saat naik bus kota berangkat kuliah. Suasana bus yang panas ditambah jumlah penumpang yang melampaui batas, berdesakan pula sampai aku hampir jatuh terinjak. Untung ada dia yang menyuruhku untuk duduk di kursinya. Gara – gara kejadian itu entah kenapa kami malah sering ketemu. Di jam yang sama dan bus yang sama.

Awalnya aku pikir dia cukup dewasa, tapi.. sumpah sikapnya itu terlalu kekanak – kanakan. Pernah suatu ketika dia mengikutiku sampai rumah. Buat apa coba? Ah! Udahlah.

“ Kak, kayaknya dia suka deh sama kakak. Masa nih ya, udah kakak usir malah balik lagi,” seru Karleta. Iya sih. Ah! Dia kan masih bau kencur. Tau apa tentang suka – sukaan.

“ Kalo gue lihat, kalian berdua serasi. Kenapa nggak pacaran aja?,” tambah Karleta.

Pacaran??? Terbesit dipikiranku untuk menjalankan ide itu. Tapi.. gila aja. Masa pacaran sama dia?

“ Haduh Karleta. Lo tuh nggak tau dia kayak apa. Baik nggak. Nyebelin iya.” Aku melipat kedua tangan di depan dada.

“ Gue tau kak. Orang kita sering smsan.”

“ Smsan?,” kejutku seketika. Modusnya banyak banget. Buat apa pake acara smsan sama adikku segala. Kata orang itu namanya caper. Alias cari perhatian.

“ Iya. Dia sering nanyain kakak. Contohnya nih. Lagi apa, tadi pulang jam berapa, trus...”

Aku membungkam mulut Karleta untuk nggak meneruskan kata – katanya. Tapi dia berhasil menjauhkan tanganku dari mulutnya. Dia menggigit tanganku kuat. Aku menjerit sambil mengibaskan tanganku yang sakit.

                                                            ***

“ Mbak cantik! Kemaren ke mana aja? Kok nggak ada di rumah.” Dia cengengesan. Sumpah! Kenapa di bus ini aku harus ketemu dia lagi? Aku tak sedikitpun menggubris ucapannya.

“ Kok diem. Gue kasih tau ya, kalo orang galau terlalu lama bisa kena lumutan,” jelasnya berbisik disamping telingaku. Aku mengusap telinga dan tetap mengacuhkan keberadaannya.

“ Nggak percaya? Terus aja galau pasti lumutan. Mbak cantik, dari tadi gue ngomong nerocos sampe air ludah mau habis, kenapa nggak ada respon?.” Dia mulai jengkel. Eh salah tebak. Kelakuannya malah makin konyol.

Lihat aja, masa dia menelangkupkan kedua tangan menutupi muka lalu membukanya sambil berkata ,” Cilup Baaa...”

Dia pikir aku anak kecil apa? Haduh anak ini. Kapan capeknya sih.

“ Mbak cantik! Jangan terlalu dipikir deh pacar yang nggak berperasaan itu. Dia tuh buta udah nyampakin mbak.”

Deg..! terasa ada petir menyelip ke telingaku. Dari mana dia tau soal Jovan? Ya.. walau itu hanya sebuah perumpamaan. Apa Karleta yang cerita semuanya? Aku melirik cepat wajah cowok yang duduk disampingku. Dia tersenyum lebar.

“ Lo tuh kepo banget ya jadi orang! Ngapain coba pake sok tau urusan gue. Siapa lo? Ha?!.” Aku kesal dengan sikapnya.

“ Lah..! gue kan Nevandra,” jawabnya bersikap seolah ditanya orang yang barusan amnesia.

Napasku tersengal menhan gemuruh amarah yang menggebu – gebu.

“ Mbak cantik, jangan sewot ya. Oh ya, nanti temuin gue di taman jam 4. Gue mau tanding basket di deket situ. Datang ya.” Dia melebarkan senyum. Beranjak dari kursi dan turun di halte depan sekolah.

***

            “ Ren.. ini udah hari ke berapa? Dua hari lagi pesta ultah kampus.” Asrin terlihat kawatir.

            “ Gue tau. Gue masih bingung. Masa gue balikan sama Jovan. Ya nggak mungkin. Ngeliat gue aja dia eneg.”

            “ Lo sewa pacar aja,” ucap Mila asal.

Ha? Hari gini cari pacar sewaan? Masih berlaku? Namaya juga Mila, kadang solusinya itu agak sulit direalisasikan.

            Bener juga kata mereka. Aku hanya punya waktu dua hari. Kalau aku nggak dapet pacar juga. Dominic pasti mempermalukanku habis – habisan. Apa aku harus nerima Nevan? Seperti kata Karleta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Young BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang