Bab 7

294 38 2
                                    

Aku mengingat sore itu sebagai hari paling menentukan dalam hidupku. Santo Ignatius dari Loyola pernah berkata, "Pasrahkan seorang anak pada kami sampai dia berumur tujuh tahun, setelah itu akan kutunjukkan pada kalian sosoknya sebagai laki-laki."

Aku berasumsi bahwa itu juga berlaku untuk anak perempuan. Aku berdiri disana, diam seperti tikus, mengawasi ayahku yang kukagumi, sesenggukan sambil memeluk foto kakakku yang sudah tiada di dadanya, sementara suara lirih dari kotak musik itu mengalun memenuhi seluruh ruangan.

Aku termenung, kemudian bertanya pada diriku, apakah sempat terpintas dalam diriku untuk berlari ke arahnya, untuk memeluknya, menyerap semua kesedihannya dan membiarkan kesedihan itu membaur dengan kesedihanku sendiri. Namun kenyataannya pada saat itu pun aku mengerti bahwa kesedihannya sangat unik, dan apa pun yang kulakukan tidak akan pernah dapat mengurangi kepedihannya.

Letnan Kim Nam Gil, opsir yang dikagumi dalam Dinas Kepolisian New York, pahlawan belasan orang yang pernah diselamatkannya dalam berbagai situasi berbahaya, tidak mampu mencegah pembunuhan atas putrinya yang cantik, keras kepala, dan baru berusia lima belas tahun. Kesedihannya tak mungkin dapat ia bagi dengan siapa pun, bahkan dengan mereka yang memiliki hubungan darah dengannya.

Setelah bertahun-tahun, aku mulai mengerti bahwa kesedihan yang dipendam sendiri menimbulkan rasa bersalah yang bak kentang panas perlu dilemparkan ke orang lain, dari tangan satu ke tangan lain, sehingga akhirnya jatuh ke tangan mereka yang paling tidak mampu melemparkannya lagi.

Dalam hal ini, sosok itu adalah aku.

Detektif Jin Woong segera mengambil tindakan berdasarkan janjiku pada Min Young yang aku ingkari. Aku telah memberikan dua petunjuk padanya, dua calon tersangka: Yoo Ah In, yang memanfaatkan pesona gaya playboy kayanya untuk memikat perhatian Min Young, dan Park Yoochun, si remaja canggung yang lamban, yang jatuh hati pada si anggota band yang cantik, yang secara antusias menyoraki kemenangannya di lapangan football.

Hura, hura, hura untuk tim tuan rumah--tak seorang pun bisa melakukan itu lebih baik daripada Min Young.

Sementara mereka mendalami hasil autopsi Min Young dan menyiapkan upacara penguburannya di Pemakaman Gate of Heaven, di sebelah makam kedua orang tua ayahku, aku hanya samar-samar ingat Detektif Jin Woong mengintrogasi Yoo Ah In dan Park Yoochun. Keduanya membantah dan menyatakan tidak melihat Min Young pada Kamis malam itu, dan mereka sama-sama tidak punya rencana bertemu dengannya.

Yoochun sedang bekerja di bengkel pompa bensin, walau sebenarnya mereka sudah tutup sejak pukul tujuh. Ia menyatakan terpaksa lembur karena harus menyelesaikan beberapa reparasi kecil pada sejumlah mobil. Yoo Ah In bersumpah ia pergi ke bioskop, dan ia bahkan menunjukkan potongan karcisnya sebagai bukti.

Aku masih ingat saat aku berdiri di dekat makam Min Young, dengan sekuntum mawar bertangkai panjang di tangan, yang setelah doa-doa dipanjatkan harus kuletakkan di atas peti Min Young. Aku juga masih ingat bahwa aku seperti mati di dalam diriku, mati dan sekaku Min Young ketika aku berlutut di dekatnya di tempat persembunyian itu.

Aku ingin menyatakan betapa menyesalnya aku karena membongkar rahasia mengenai rencana pertemuannya dengan Ah In, dan dengan penyesalan sama dalamnya aku juga ingin sekali menyatakan maafku karena tidak memberi tahu mereka begitu mereka tahu ia telah meninggalkan rumah Jessica, tapi belum juga sampai di rumah. Tapi tentu saja aku tidak mengatakan apa-apa waktu itu. Aku menjatuhkan bunga itu, yang kemudian jatuh dari peti Min Young, tapi sebelum aku sempat memungutnya kembali, nenekku lewat di depanku untuk meletakkan bunganya di atas peti, kakinya menginjak mawarku sampai melesak ke dalam tanah berlumpur.

Beberapa saat kemudian, kami mulai mengisi liang kubur Min Young, dan di antara wajah-wajah sedih itu aku menatap tatapan marah yang diarahkan padaku. Keluarga Yoo tidak hadir, namun pasangan Park ada disitu, berdiri mengapit Yoochun dengan pundak-pundak saling bersentuhan. Aku masih ingat bagaimana perasaan bersalah itu melanda diriku, membuatku hanyut dan sulit bernapas. Perasaan itu tidak pernah meninggalkan diriku lagi sejak itu.

Aku sudah mencoba menceritakan pada mereka bahwa sewaktu berlutut di dekat tubuh Min Young, aku mendengar suara napas seseorang, tapi mereka tidak percaya, karena aku begitu histeris dan ketakutan waktu itu. Suara napasku sendiri, saat aku berlari keluar dari hutan, memburu dan tersengal-sengal seperti saat aku kena radang pernapasan berat. Namun selama bertahun-tahun aku sering terbangun gara-gara mimpi buruk yang sama itu: aku berlutut di dekat tubuh Min Young, merasakan licin darahnya, mendengar suara napas berat dengan dengus tertahan seperti binatang pemangsa.

Aku yakin, mengikuti insting kekuatan yang selama ini telah menyelamatkan umat manusia dari kebianasaan, bahwa Yoo Ah In memiliki nafsu binatang di dalam dirinya, yang begitu dibebaskan akan segera mencari mangsa lagi.

24/10/18

Daddy's Little Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang