Sandra Vanatra selalu mengajarkan anak perempuan satu-satunya, Alexis Dinah Vanatra untuk menjadi wanita yang mandiri. Independen menurut ibunya mempunya definisi tidak menyusahkan orang lain. Mudah menjalaninya karena sudah terbiasa. Namun jika kasusnya sudah semakin kompleks, pada akhirnya insting terakhir yang manusia miliki adalah meminta tolong.
Sandra Vanatra mengajarkan anak perempuan satu-satunya, Alexis Dinah Vanatra, bahwa menjadi seorang perempuan yang sempurna membutuhkan ketekunan dan antisipasi. Contohnya ketika ia sekolah di New York. Pertama kalinya ia melaundry pakaiannya sendiri, mencuci piring sendiri, dan membereskan kamar sendiri tanpa Caca, pembantunya. Ibunya akan sangat marah ketika kamarnya berantakan. Contoh lainnya adalah ketika dia pingsan saat field trip, ternyata ia kurang minum. Ketika dia memasuki sekolah menengah atas, semua perempuan di kelasnya akan tampil rapi dan cantik bak artis papan atas kapanpun itu. Dari situ dia belajar memperbaiki penampilannya.
Sandra Vanatra mengajarkan anak perempuan satu-satunya, Alexis Dinah Vanatra segalanya. Memasak, membereskan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, dan mengepel, menjahit, menyanggul, menghidangkan teh, berpakaian sebagaimana mestinya, dan mengancing bagian belakang bajunya atau menutup resleting belakang bajunya. Ya, Alex ingat benar ibunya mengajarkannya mengancing bagian belakang bajunya.
" Ma, tolong kancingin dong. Alex ga sampe nih tangannya "
Sandra Vanatra membuang nafasnya dengan tenang.
" Kamu sudah besar, Dinah. Sudah berapa kali mama kasih tau, kamu ini perempuan. Seorang perempuan harus pintar mengancing kancing belakang bajunya sendiri "
Alex menangkap intonasi marah dari perkataan ibunya. Sudah sering seperti ini, dia mengerti.
" Hehehe. Kan ada mama makanya Alex minta tolong "
Sandra Vanatra membalikkan badan anaknya dan memegang bahu putrinya.
" Kalau kamu nanti tinggal sendiri bagaimana, Dinah? Jawab mama. Apakah kamu hanya akan berharap seseorang tiba-tiba muncul di teras rumahmu dan menawarkan untuk mengancing kancing belakang baju kamu?"
" Aku akan baik-baik aja, ma", jawab Alexis sembari melepaskan genggaman tangan ibunya.
" Oh you come back here, young lady. Jawab pertanyaan mama dulu."
" I'll figure it out, ma. Baju aku yang berkancing belakang ga tiap hari juga kan aku pakai."
Sandra Vanatra menghembuskan nafasnya kembali.
" Your call, Dinah. Mama sudah memperingati kamu. Don't 'mama' me when this happens to you again."
Ya Alexis Dinah Vanatra ingat sekali hari itu. Ia tau ibunya hanya tidak ingin anaknya kelihatan lemah. Seorang Vanatra harus bisa menata hidupnya dengan baik. Namun tidak ketika seorang James Francis Reynaldi sedang berada di hadapannya.
" James, tolong kancingkan kancing belakang bajuku."
" Don't you ever learn, Di?"
" Give me a break, Reynaldi. I just can't, so would you mind?"
James mengancingkan kancing belakang baju perempuan itu. Burnt Cinnamon. Segalanya tentang perempuan itu. Kulitnya, bajunya, bahkan tempat tidurnya memiliki bau kayu manis. Setiap kali kulitnya tak sengaja bersentuhan dengan kulit perempuan itu, ada sensasi yang luar biasa menggelitik yang dia tahu akan selalu menghantuinya. Dan di balik itu semua, ia berusaha menenangkan dirinya meskipun secara langsung ia bisa melihat pakaian dalam hitam wanita itu.
" Aku tidak bisa menunggu selamanya, James. Bisa kamu segera menyelesaikannya?"
" Tentu. Just one more... and there we go."
" Maaf aku harus menyusahkan kamu di saat penting seperti ini. Aku bisa saja menyuruh Jaka, supirku untuk mengancingkannya, but Jaka belum di sini ketika aku membutuhkannya. "
James mengubah raut wajahnya.
" Kancing belakang kamu hanya punya aku, Di."
" Cih pedenya kamu, James. Anyway, happy wedding."
You are cordially invited to the wedding of
HANNAH TANDINATA
and
JAMES FRANCIS REYNALDI
Please R.S.V.P. by April 21, 2016