Aku telah kehilangan kalung permata yang sangat aku sukai, terlebih lagi diambil paksa orang lain dari leherku tentu saja rasanya sangat menyakitkan. Bahkan keringat, darah, dan air mataku mewarnai kepergiannya.
Bola mataku melirik kearah kiri dan kanan, melihat semua yang ada di sekitarku kubelah keramaian yang ada dihadapanku. lampu merah meledekku saat ini dan ia-lah yang lebih berkuasa di jalanan ini. tidak terasa air mata meluruh di pipiku, kuhilangkan semua rasa malu-ku, aku tetap menangis sepanjang perjalanan ini dan mengabaikan semua orang yang ada disekitarku melaju dengan kecepatan penuh.
"Neng udah pulang ya, ndoro juga sudah pulang neng tadi nyari neng lho" kata mbok Nem pembantuku, aku hanya tetap berjalan dan mengabaikan apa yang dikatakan mbok Nem
Kutumpahakan seluruh air mataku ketika aku sampai di kamar dan semua rasaku saat ini hanya bisa aku rasakan sendiri. kubayangkan lagi saat ia mengatakan akan menikah dengan perempuan lain seketika hatiku hancur berkeping-keping.
"Aku akan segera menikahimu" katanya dua bulan yang lalu
"Maafkan aku, kita batalkan saja rencana pernikahan kita!" dan itu kata yang baru saja kudengar dengan alasan bahwa dia akan dijodohkan oleh orang tuanya dan harus mau dengan perempuan pilihan orangtuanya.
"Mas jika memang kamu cinta sama aku harusnya kamu mengusahakan aku bukan?!" balasku padanya saat itu
"Kamu sudah berjanji padaku namun kenyataannya semua laki-laki sama, pada akhirnya mereka hanya bisa berjanji, ini yang dulu aku takutkan mas ketika aku bekata RASA LAKI-LAKI ITU GAMPANG BERUBAH!!!" jelasku lagi saat itu
Aku tidak ingin lagi mengenalnya kataku dalam hati.
_ _ _ _
Keesokan harinya aku berangkat kuliah dan kulalui hari-hariku seperti biasanya tanpa memikirkan masalahku yang sebelumnya, aku termasuk orang yang santai atau cepat move on dan melupakan kemarahan atau hal yang tidak penting, cukup satu hari saja bagiku untuk bertangis duka.
"Dia, kamu kenapa kok happy banget hari ini?" kata Aura temanku
"Mesthi mari dilamar iku!"jelpaknya temanku Roro anak asli jogja jadi bisa logat bahasa Jawa
"Ndak kok Ro, malah sebaliknya" jawabku
"Sebenernya aku mau curhat sama kalian apa yang terjadi kemarin" kuceritakan semua peristiwa yang kemarin
"Hohh mosok sih Mas Asmoro kui koyok ngono?" Tanya Roro hanya kujawab dengan senyuman
"Kamu yang sabar ya Dia sayang" timpal Aura dan sambil memelukku dan megusap pundakku
Jam pelajaran mata kuliahkupun dimulai, saat ini aku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja dengan jurusan ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, aku malas sekali sebenarnya untuk memulai mata kuliah kali ini karena bab menghitung tetapi hari ini aku tetap masuk kuliah karena aku tidak ingin Ibuku tau bahwa aku dan mas Asmoro sudah putus hubungan.
Tiba-tiba dosen muda masuk dan memperkenalakan dirinya karena dosen itu adalah dosen baru yang mengajar mata kuliah Makro Ekonomi, ketika ia mulai menerangakan mata kuliah saat itu juga pikiranku malah terbayang-bayang kata-kata mas Asmoro kemarin. Mungkin jika aku memaksakan untuk tetap memakai kalung permata itu, aku hanya akan menghilangkan pesona dari permatanya. Mungkin kini aku harus benar-benar ikhlas menaggalkannya.
"Mbak yang pakai hijab merah di pojok tolong dibacakan soalnya?" panggil dosen baru itu padaku
Aku langsung terperanjat dan jantungku berdegup kencang karena tidak mengetahui apa yang dibahas
YOU ARE READING
DIA MILIKKU
Short StoryBayangkan jika kamulah pemeran utamanya. apa keputusanmu? langkah mana yang kamu ambil? jika kamu diputuskan tunanganmu secara sepihak lalu bertemu dengannya lagi dan jatuh cinta padanya lagi disaat yang tidak seharusnya. nantikan cerita tentang-nya...