Saka

152 9 0
                                    

   "Ibu, hayu buu, sinii, kejar Mita!ahhahahaha" Teriak seorang anak kecil pada ibunya. Mereka sedang ada di sebiah pantai di siang menuju sore yang cerah. Mereka bermain kejar kejaran di pinggir pantai yang begitu sepi , yang ada hanya anak kecil yang menggunakan baju bunga bunga dan topi pantai warna pink, dia bernama Mita yang main kejar kejaran dengan ibunya, dan anak laki laki yang telanjang dada dan hanya menggunakan celana,anak itu berumur sekitar 4 tahun yang sedang membuat  istana pasir di atas tubuh ayahnya yang terkubuh oleh pasir dan hanya menampakkan kepalanya. Begitu bahagia keluarga kecil itu, tawa memecah suara demburan air laut yang menampar pasir pantai.

"Ahahahah, ibu tangkep aku kalo bisa, wekk weekkk." Teriak anak itu lagi, dan menjulur julurkan lidahnya pada ibunya yang mengejarnya di belakang. Terlihat begitu anggun sang ibu yang begitu cantik, masih terlihat sangat muda.

    Anak kecil bernama Mita itu terus berlari menghampiri ayah dan adiknya yang sedang membuat istana pasir.

"Aduuhh" rintih Mita saat terjatuh menubruk istana pasir yang dibuat adiknya.

"Yah, kakak, huuwweeeeee, istananya hancurr" anak laki laki itu mulai menangis sejadinya. Wajah kecilnya begitu menggemaskan, pipinya yang lucu dan hidung memerah kembang kempis karena tangisan.

"Yah, kakak ngak tau Di, maafin kakak Dii" ucap Mitha sambil memeluk menenangkan adiknya yang bernama Adi itu.

"Huuweeee , pokoknya hiks buatin lagi hiks, yang lebih hiks baguss hiks hikss..." Ucah Adi dengann suara yang sesegukan menahan tangis.

"Iya, kakak buatin yang lebih bagus deh, tapi kamu jangan nangis lagi nanti Adi jadi ngak ganteng lagi" rayu si anak perempuan itu pada sang adik yang langsung mampu membuat Adi berhenti menangis.

"Jangan meperin ingus ke baju aku juga Di" peringat Mita saat adi sibuk mengusap usapkan wajahnya di dalam pelukan Mita.

"Aku kan ngak pake baju kak, dan tangan aku penuh sama pasir" ucapnya memelas memandangi wajah Mita yang lebih tinggi darinya.

    

     Keluarga yang begitu sederhana namus bahagia. Saling menyayangi, saling melindungi, dan saling berbagi sayang satu sama lain. Keluarga yang begitu sempurna. Hingga sesuatu terjadi dan merubah suasana pada sore itu berubah drastis.

"Mita, ibu sama ayah ingin bicara sama kamu" ucap wanita cantik itu yang sedang duduk di depan anaknya dan memegang jemari anaknya, dan ayah yang ada di samping sang ibu.

"Dengerin ibu ya sayang, mulai sekarang ibu sama ayah ngak bisa jagain Mita dan Adi, ayah dan ibu harus pergi, hanya sampai di sini ayah dan ibu menemani kalian dan membimbing kalian, belajar yang bener ya sayang, jaga Adi baik baik, dia akan selalu melindungi kamu nanti, dan kamu akan selalu membutuhkan bantuannya . Jaga dirimu sayang, ayah dan ibu akan selalu menyayangi Mita dan Adi." Ucap sang ibu yang mulai mengusap air mata di pipi Mita yang sesegukan menahan suara tangisannya.

    Sang ayah dan ibu  berdiri dan mulai melangkah meninggalkan Mita yang hanya diam menatap punggung ayah dan ibunya, dengan Adi yang merlari lari menghampiri Mita dari belakang.

"Kak, ayah sama ibu mau kemana?" Tanya Adi polos memegang tanyan Mita.

"AYAAAAHH IBBUUU, JANGAN PERGII, HUUUWAAAAAHAAAHAA" rengek Mita meneriaki ayah dan ibunya yang perlahan menghilang dari jangkauan penglihatan Mita.

"Hikss hikkss, kak ayah sama hiks ibu mau  ke hikss mana," tangis Adi  sesegukan menggoyang goyangkan lengan kakaknya yang bernama Mita itu.

"Ayahhh , ibuuu. Di kita ditinggalin sama ayah ibu, Di.. huuwaaa Adiii"

"Ayaahhh, ibuu"

"Mitt, Mitaa"

"Mita"

"Haahhh, ADIII"  hah mimpi, cuma mimpi, Adii, aku rindu sama Adi. Akuu sudah kehilangan ayah dan ibuu, aku tak ingin kehilangan Adii, Adii. Dan aku ngak mau adi kehilangan aku, tubuhku bergetar, penuh dengan keringat dingin. Air mata mengalir tak menentu. Aku mengeratkan pelukanku. Aku lega karena itu cuma mimpi,

"Mit, kamu kenapa?" Tanya seseorang yang sedari tadi ku peluk dengan erat. Dari suaranya aku seperti kenal.

"Mit, lepas dulu, aku ngak bisa napas, ennggghhh" lengkuhnya. Aku melepaskan pelukanku padanya. Aku menatap wajah yang ku kenal begitu khawatir.

"Sa... Saka, maap aku kira Adi" ucapku terbata bata, masih dengan tubuh yang bergetar menahan takut.

"Tenangin diri kamu dulu oke" ucap Saka sambil membenahkan bantal untukku sandari duduk.

Saka memberikan minum padaku yang ada di atas nakas deket tempat tidur.

"Minum dulu, kamu pasti masih syok, mbak Inah tadi cerita"

"Aku takut Saa" aku masih kebayang bayang sama kejadian tadi, dan aku mulai nangis lagi gara gara itu. Suaranya, dan secara live aku menyaksikan kecelakaan itu, semuanya masih terngiang di kepalaku.

"Kamu ngak papa Mit, kamu masih d sini,"

"Tapi Sa, aku hampir aja naik bus itu, kalo bukan Erik yang.... Erik, Erik mana"

"Dia tadi pulang abis nganterin kamu ke mbak Inah"

"Kalo bukan karena dia mungkin aku udah mati sekarang" iya kalo bukan Erik yang nyegah aku naik bus tai mungkin aku udah ngak ada di sini lagi, mungkin aku ngak bisa ketemu kamu lagi Sa. Dan mungkin aku ngak bisa ketemu sama Adi lagi. Aku kangen sama Adi. Aku pengen ke Malaysia nengokin Adi.

"Kamu ngak boleh ngomong gitu Mit."
Ucap Saka sambil ngusap ari mata aku yang deras membasahi pipi dengan kedua ibu jarinya.

"Kamu ngak boleh nangis lagi, ada aku disini buat kamu" ujarnya lagi berusaha menenangkanku.

Dengan agak ragu Saka menuntunku ke pelukannya, mengusap lembut rambutku. Aku tau Saka itu orang baik, dia temenku sejak masa SMA dulu, apa apa juga aku sama dia.

Tok tok tok

Ceklek

"Mit, udah bang... Ehh, ganggu yaa,maap maap" mbak Inah yang tiba tiba masuk membuat aku dan Saka gelagapa . Kebiasaan kalo belum di suruh masuk udak di buka duluan , gini kan jadinya.

"Ada apaa mbak??" Tanyaku basa basi.

"Eeeem, itu makan malem udah siap, turun gih, dari tadi siang belum makan kan" eh udah makan malem,?? Aku tidur lama banget.

"Iya mbak, nanti aku turun" mbak inah nutup puntu lagi.

Aku ngeluatin saka yang lagi nunduk ngeliatin tangannya.

"Sa"
Panggilku.

"Hmm"
Gumamnya sambil noleh ke arahku.

    Lah ni muka saka kenapa merah gitu, udah kaya kepiting rebus.

"Saa, kamu kenapa,,??merah gitu mukanya" tanyaku memasitkan, kali ada abis meluk aku dia langsung sakit.

"Masa sih, ngakk ah" katanya sambil memastikan wajahnya di kaca di depannya.

"Udah yuk ah, makan, makan di sini aja, sekalian, kamu kan ngekos hemat dari pada beli di luar"

"I.. iya."

     Aku berjalam keluar kamar menuruni tangga dan di ikuti Saka yang ada di belakangku. Ya saka itu anak yatin piatu sama kayak aku, bedanya dia di gedein di panti asuhan sejak bayi, entah orang tua mana yang tega ngebuang anaknya.  Dia hidup sendiri di kota, makan, tempat tinggal, kuliah dia jabanin sendiri, aku salut sama Saka, dia tetep kuat walau ngak punya siapa siapa. Oke, aku juga harus kuat, ngak boleh sesih sedih mulu, aku harus jalanin hidup aku semaksimal mungkin, ngak boleh ngeluh ngak boleh sedih sedih. Aku harus kuat, aku harus mandiri.

.
.
.
.
.
.
.
YEAHHH.. HIDUP JOMBLO.

VOTE AND FOLLOW ME PLEASE🙏🙏🙏

waktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang