Di suatu lorong gelap nan sunyi, terdengar suara seorang anak laki-laki yang tengah bersenandung samar-samar.
Rambutnya yang telah memanjang dengan bebasnya menutupi sebagian wajahnya ketika tertiup angin di suatu hari di bulan October.
Pakaian yang lusuh serta tali sepatu yang tak terikat melengkapi penampilan hampa dari anak yang memandang jauh ke depan dengan tatapan yang kosong.
Dari jauh terlihat seorang wanita yang membiarkan rambutnya memutih mengikuti usia, menyambut dengan senyuman hangat sampai memeluk anak yang kemudian membalas pelukannya sambil merengkuhnya kembali dalam tangis,
"Aku takut..."
"Tidak akan ada apa-apa nak, aku akan selalu ada untukmu. Percayalah."
"Hai, apakah kau akan menjadi mainan baruku anak kecil?" tanya seorang gadis kecil yang kira-kira sekolah menengah pertama yang tiba-tiba menghampiri neneknya yang sedang memeluk anak laki-laki yang tak jelas dari mana datangnya.
"Gadis nakal, sopanlah sedikit pada adikmu!"
"Adik? Jadi ini yang akan menjadi bonekaku? Jelek sekali." ucapnya sambil memalingkan muka. Namun sedetik kemudian ia kembali memperhatikan penampilan anak usia sekitar 3 tahun di bawahnya, "Tapi.. Bukankah semua barang yang kau pakai ini adalah baju-baju mahal?" ia melanjutkan aktivitasnya untuk menginterogasi anak yang disebut "adik" ini oleh neneknya.
Namun, anak kecil ini memilih terus memeluk sang nenek tanpa menjawab satu katapun pertanyaan gadis kecil itu.
"Siapa namanya nek?"
"Kim Taehyung."
"Wah, nama yang bagus. Baik, kemarilah akan kuajari kau hal yang sangat menyenangkan."
•••
Menghentakkan kakinya kesal, ia benar-benar kecewa pada dirinya sendiri, terutama pada semua pria!
Ya katakan saja semua pria itu sama!
Sama-sama menyebalkan.
Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada pria yang jelas-jelas tak akan bisa memberinya sebuah perasaan yang tulus. Seharusnya ia sadar betul dengan langkah yang diambilnya saat pertama kali memutuskan untuk menerima cintanya.
Park Jimin.
Pria brengsek yang telah merenggut kisah cinta masa mudanya yang begitu lama dengan sia-sia. Percuma saja perjuangannya selama ini mempertahankan hubungan mereka yang jika dijabarkan akan bersamaan dengan lulusnya ia di dunia pendidikannya saat ini.
Kata-katanya begitu manis, siapa yang tak akan jatuh cinta padanya. Dan itu termasuk juga denganku. Aku mencintainya. Sangat.
Sebelum ia memutuskanku dan dengan mudahnya berkata, "Aku akan meneruskan pendidikanku di luar negeri, jangan menungguku. Karena sedari kecil aku bercita-cita memiliki pasangan wanita luar negeri. Bermata biru. Cantik sekali seperti permata." ia tersenyum dengan tanpa bersalahnya, "Rim-ah, carilah pria lain. Maaf, aku tak bisa lagi melanjutkan kisah cinta kita."
Brengsek!
Park Jimin brengsek!
Dengan tangan yang masih menenteng beberapa buku, ia berjalan di halaman kampusnya dengan hentakan-hentakan kesalnya. Bersumpah serapah hingga mahasiswa lainnya menatapnya dengan tatapan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guitar. Heal, us. [Oneshoot]
Fanfiction[follow first] "Kau bergaul dengan pria berketerbelakangan mental sepertinya? Kuharap kau jangan mendekat padanya. Ia bisa berbahaya untukmu." "Tidak. Dia pria normal kok. Dia sama seperti kita." "Haerim. Jangan bertindak bodoh!" "Tenang saja, dia p...