Disinilah aku sekarang ditempat yang menurutku sangat menenangkan. Rooftop.
Ya ini adalah tempat favorit ku. Dimana aku selalu menumpahkan seluruh keluh kesah ku untuk berteriak disini.
Tak jarang aku ditegur karena berteriak. Ya tapi mau bagaimana lagi, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk mengeluarkan isi hati ku.
Tapi kali ini aku benar-benar tertekan. Aku merasa aku sudah tidak pantas lagi hidup di dunia ini.
"Sayang ayo"
"Tapi Kina?"
"Ah biarkan lah dia bisa berangkat sendiri"
Kata-kata itu selalu terngiang di kepalaku. Ibuku, dia lebih mementingkan saudara tiri ku daripada diriku.
Disaat aku meminta pasti dia akan mengeluarkan berjuta alasan. Tapi jika saudara tiriku yang memintanya saat itu juga terkabul.
Sebenarnya aku ini anak kandung dia atau bukan? Oh atau aku hanya anak yang ditinggalkan dijalanan lalu dirawat olehnya? Mungkin saja.
Aku berdiri di ujung dengan berpegang pada pagar pembatas. Kadang aku berpikir "apakah aku salah sudah terlahir?"
Aku merogoh saku celana yang aku pakai untuk mengambil handphone dan menghubungi seseorang.
Park Kina
Lin, apa aku salah karena sudah terlahir?
Kenapa aku tidak pernah dianggap olehnya?Lai Guanlin
Hei! Kamu ini berbicara apa Na?
Tidak, kamu tidak salah karena sudah terlahir. Itu sudah takdir mu dari Tuhan untuk hidup.
Siapa? Siapa yang tidak menganggap mu?Hanya kau yang mengerti aku Guanlin. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki.
Park Kina
Karena aku merasa tidak pernah dianggap Lin.
Aku lelah dengan semua ini
Aku lelah berpura-pura tersenyum didepannya padahal kenyataannya sangat menyakitkanLai Guanlin
Siapa? Siapa yang tak pernah menganggap mu?
Sekarang aku mengerti senyuman yang sering kau tunjukan kepadaku itu ternyata hanya sebuah kebohongan
Aku kira kau kuat Na, ternyata kau seorang yang rapuh
Aku baru tau ituAku selalu menganggap mu Kina, bahkan aku selalu berpikir untuk menganggap mu lebih dari seorang sahabat - batin Guanlin
Park Kina
Kamu tidak perlu tau siapaLai Guanlin
Kau selalu seperti itu
Selalu menyembunyikan perasaan mu. Dan bodohnya, aku selalu tertipu oleh muPark Kina
Sudahlah
Aku pergi dulu ya Lin, aku harap kamu bahagia
Aku menyayangimuAku pun mematikan ponselku dan menyimpan kembali ke saku celana ku. Ya begitu lah jika aku cerita kepadanya. Bukannya solusi malah omelan yang aku terima.
***
Pergi? Apa maksudnya?.
"Aku menyayangimu" kata itu sering dia ucapkan. Tetapi kenapa kali ini rasanya berbeda. Seperti mengucapkan selamat tinggal.
Aku pun langsung membombardir Kina dengan mengiriminya pesan.
Lai Guanlin
Pergi? Kau mau kemana?
Hei!!
Park Kina
Kina?