Kai menghembuskan napas lelah, beberapa kali menyeka bulir keringat di dahinya. Ini sudah jam makan siang, namun pekerjaannya belum menunjukkan tanda selesai. Seakan ujiannya bertambah, Kerel sang Asisstant Supervisornya menghampiri dirinya.
"Udah deh Bang sana kerja. Ngapain disini?" Ucap Kai ketus.
Sambil mencolek pipi Kai, Kerel berucap, "Yaelah, ntar kalau aku pergi dari sini kamu kangen gimana?"
Kai dan Kerel adalah rekan kerja di sebuah toko retail terkenal di Indonesia. Di sana Kai bekerja sebagai staff promotor. Mereka begitu dekat sejak awal pembukaan toko. Hal itu yang membuat Kai tidak sungkan kepada Kerel. Mungkin sedikit tidak sopan, seharusnya Kai menggunakan panggilan Bapak kepada Kerel, tapi kaena kedekatan hubungan mereka jadi agak susah bagi Kai memanggil dengan sebutan Bapak. Toh, Kerel juga tidak keberatan. Asal jika ada petinggi perusahaan lain Kai akan berusaha menggunakan panggilan bapak kepada Kerel.
"Apaansi Bang, nanti ada yang lihat gimana? Kerjaan aku lagi banyak." Muka Kai bersemu merah tapi tetap tidak mau menatap Kerel.
Biar ketus begitu, semua orang pun tahu bahwa Kai menyimpan rasa pada Kerel begitu pun sebaliknya.
"Sini aku bantuin deh," Kerel mengambil tas model baru yang jumlahnya banyak. "Mau digantung di mana tasnya?"
Kai menunjuk bagian atasnya yang berisi hook kosong yang hendak diisi tas model terbaru tersebut.
Kerel pun menaruh semua tas tersebut di hook yang kosong. Ini semua semata-mata demi mengambil hati Kai lebih dalam. Citranya yang terlanjur buruk akibat sering dekat dengan banyak wanita membuat Kerel harus lebih memberikan banyak bukti kepada Kai bahwa kali ini ia benar-benar serius. Walaupun masih ada beberapa wanita yang masih ia tanggapi, namun kali ini Kerel ingin sekali memiliki Kai seutuhnya. Menjadikan miliknya selamanya.
Kai masih sibuk membuka dus berisi tas lainnya saat Kerel menatap Kai penuh kagum, "Ayo kita break dulu, nanti dilanjutin lagi kerjaannya."
Sekilas Kai menatap jam yang berada di pergelangan tangannya, sudah pukul satu siang rupanya. Waktu yang diberikan perusahaan untuk break dalam waktu satu jam.
"Bang Kerel duluan aja, aku mau masukin kardus kosong dulu." Ucap Kai sambil melipat kardus yang telah ia pakai sambil memungut sisa sampah yang berserakan di lantai.
"Aku tunggu di dalam ya kalau gitu." Kerel pun kemudian berlalu.
Memang dasarnya kepedulian Kerel hanya sebuah pencitraan, bukannya dibantu membawa kardus kosong malah pergi begitu saja.
🌼
Kerel, Kai, dan rekan kerja lainnya sedang menyantap menu makan siangnya masing-masing di sebuah warteg langganan mereka yang terlihat begitu ramai dan sumpek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
RomanceIni sungguh rumit. Kisah ku dengan dia. Seperti tak kasat mata barangkali aku menggambarkan sosoknya. Begitu tak terlihat namun diam-diam dia yang selalu mencintaiku tanpa pamrih. Jika dia saja begitu tak terlihat, bagaimana aku bisa mencintai dia...