COLD KISS
Dingin...
Angin malam ini lebih dingin dari biasanya.
Dingin..
Rasa dingin ini seolah membelenggunya erat-erat sampai rongga dadanya tercekat.
Hhhh~~
Nafas itu berhembus berat. Pemiliknya kelelahan. Berdiri mematung dekat jendela yang sengaja dibuka. Sambil memandangi langit gelap tanpa bintang. Menerawang segala macam bentuk visualisasi dari memori lama.
Hening...
Hening itu berakhir tatkala sebuah suara pintu yang diketuk tertangkap oleh telinga.
“ya masuk...”
Yang dipersilahkan pun membuka pintu.
“Yoongi... kita tidak berhasil menemukan mayat Jimin dimanapun. Apa sebaiknya kita-“
“cari lagi..”
“tapi..”
“cari lagi , Hoseok. Cari lagi...” ucapnya datar. Bahkan tanpa bergeming dari posisinya.
Hoseok menatap punggung teman sekaligus bossnya dengan tatapan jengah. Ia tentu kesal. Tugasnya kali ini benar benar melelahkan. Mencari mayat manusia disegala penjuru tanpa petunjuk apapun.
Hoseok jengah. Karena bossnya seolah tidak mau mendengar alasan apapun. Yang dia mau hanya, Jimin ditemukan.
“permisi Tuan.. pesanan anda sudah datang” ucap seorang pesuruh membungkuk diambang pintu dibelakang Hoseok. Hoseok menengok sedikit. Alisnya lalu bertaut heran.
“kau menyewa jalang? Kukira kau belum bisa melupakan Jimin”
Yoongi meninggalkan posisinya lalu meraih remote kecil dan menekan sebuah tombol sehingga jendela yang terbuka tadi kini tertutup dengan sendirinya berikut dengan tirai hitamnya juga.
Yoongi. Pemuda tak biasa yang tak banyak bicara ini berjalan pasti menghampiri si pesuruh. Melewati Hoseok yang mengikuti pergerakan langkahnya. Mengapa dikatakan tak biasa? Di usianya yang baru menginjak 25tahun ini, dia telah menjalani sebuah bisnis illegal yang bahkan terkutuk yaitu menjual manusia di situs online shopnya bernama deepweb.
Yoongi berhenti tepat disamping Hoseok.
“Bukan. Aku telah menemukan pembunuh Jimin”
“APA?”
Ingin tahu kenapa Hoseok memekik dengan lantang?
Kematian Jimin -budak Yoongi yang katanya Yoongi cintai- itu masih misterius. Menghilang tibatiba. Tidak dijumpai dimanapun selama berbulan-bulan lalu dikabarkan tewas karena pernah menemukan jasad yang hancur didasar jurang. Lalu kini tibatiba Yoongi bilang telah menemukan pembunuh. Darimana Yoongi bisa berasumsi bahwa Jimin dibunuh?
Hoseok memang satusatunya teman setia Yoongi. Tapi Hoseok tidak pernah mengenal Yoongi lebih jauh. Yoongi itu seperti puzzle yang salah satu kepingannya hilang. Yoongi itu berubah ubah. Perilakunya baik. Tapi kepribadiannya justru berbanding terbalik.
Yang Hoseok tahu hanya satu. Selama bertahun tahun ia berteman dengan Yoongi baru kali ini Yoongi cinta mati pada seseorang. Seorang laki laki yang tak jelas asal usulnya yang ia beli 1tahun silam.
Yoongi lanjut berjalan dan mengikuti arahan si pesuruh. Hoseok juga memutuskan untuk ikut karena penasaran.
.
.
.
Oh disana rupanya. Sesosok tubuh lemah terkulai pasrah dengan rantai besi mengikat kedua pergelangan tangannya.
Saat Yoongi datang, mendadak ia memberontak. Bunyi rantai pun gemerincing nyaring.
“Apa apaan kau ini. Brengsek. Lepas!”
Hoseok dibelakang Yoongi merespon dengan mata dan mulut yang membulat.
Ia terkejut.
Wanita itu kan....
Yoongi tak berekspresi. Ia berjalan menghampiri wanita yang dituduh sebagai pembunuh Jimin.
“Apa maumu brengsek?!”
“aku hanya ingin bertanya..”
“Tapi kenapa harus dengan cara seperti ini?!” Wanita yang kini banjir peluh itu menggoyangkan tangannya seolah bisa lepas dengan mudah dari rantai besi yang berisik itu.
“lalu kau ingin yang bagaimana? Duduk di cafe berdua sambil minum kopi?”
Yoongi berjalan maju lebih dekat lagi.
“Seohyun-ahh~”
Yoongi menatap Seohyun dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi Seohyun tahu tatapan itu mengintimidasinya. Ia mendengus.
“Aku tahu.. kau pasti tahu dimana Jimin..”
“itu bukan pertanyaan. Kau menuduhku”
“dimana Jimin?”
Seohyun berdecih sebelum ia menjawab.
“MANA AKU TAHU! Aku sudah tidak berurusan dengannya sejak malam itu kau menjemputnya dengan paksa.”
“bohong. Aku tahu kalian bertemu diam-diam. Kau mencintainya..”
Yoongi mengubah arti tatapannya. Matanya kemudian berbinar. Dan Seohyun bisa menyiratkan sebuah kelemahan dalam sorot mata yang biasanya sadis itu.
Seohyun tahu bahwa lelaki dihadapannya juga sama mencintai pria yang ia cintai.
Ia kemudian menyeringai. Merasa menang karena faktanya, Jimin justru mencintai dirinya bukan lelaki menyedihkan yang selalu kesepian dihadapannya ini.
“iya memang. Dan dia juga mencintaiku. Jadi mana mungkin aku mencelakainya.” ucapan Seohyun memancing murka Yoongi tentu saja.
Murka Yoongi sudah mencapai puncak. Rahangnya mengeras. Dadanya panas. Yoongi benci mendengar pernyataan itu. Yoongi benci menerima sebuah kenyataan bahwa Jiminnya -budak miliknya- lebih memilih oranglain. Padahal Yoongi amat sangat mencintainya.
Yoongi tidak pernah tahu apa itu mencintai sampai ia mengenal Jimin.
Yoongi tidak pernah tahu apa itu kelembutan sampai ia mengenal Jimin.
Yoongi mengenal rasa baru yang menyenangkan setelah ia mengenal Jimin.
Baginya, Jimin memberikan sesuatu yang budak lain sebelumnya tidak pernah berikan. Jimin berbeda. Makanya Yoongi mencintainya.
Tapi kenapa.. setelah Jimin membuat Yoongi mencintainya, Jimin malah mencintai oranglain?
Yoongi mengisyaratkan sesuatu pada dua orang pesuruhnya yang daritadi berdiri di belakang Seohyun.
“Awkkh!”
Seohyun memekik kesakitan. Punggungnya dicambuk.
“jangan berhenti sampai ia mengatakan dimana Jimin” Yoongi berbalik dan berniat pergi.
Tapi Seohyun membuat langkahnya terhenti.
“kau tahu Yoongi? Jimin pernah bilang padaku. Dia kasihan padamu. Makanya dia memberimu apa yang kau butuhkan. Dia tidak pernah benar-benar mencintaimu”
Hoseok memandang wanita itu dengan tatapan tak percaya. Dia dengan jelas menyinggung Yoongi. Menghinanya. Tidak pernah ada seorangpun yang berani melakukan itu.
Tapi sepertinya ucapan Seohyun benar. Dan membuat Yoongi sadar.
Sadar akan sesuatu hal yang tidak bisa dipaksakan dan dibeli dengan uang.
Yaitu cinta.
Entah Yoongi yang salah menjatuhkan cintanya. Atau memang dia tidak mampu membeli cinta Jimin.
Kalimat itu terngiang ditelinga Yoongi hingga membuat rongga dadanya menyempit. Ulu hatinya sakit. Kepalanya panas.
Jimin hanya kasihan padamu, Yoongi. Jimin hanya kasihan padamu. Jimin hanya kasihan padamu.
“habisi dia” sebuah kalimat perintah meluncur dari mulut Yoongi.
Hoseok tahu temannya ini sedang murka.
Mari kita singgung kembali tentang pernyataan bahwa perilakunya baik. Yoongi memang pada dasarnya baik. Dia tidak pernah melakukan hal buruk pada siapapun yang tidak bersalah. Ia bahkan selalu memperlakukan g dagangannya dengan baik. Tidak melukai bahkan menyiksa. Karena ia ingin membuat pelanggan puas. Ia tidak mau pelanggannya mengeluh bahwa manusia yang ia jual memiliki lecet atau cacat.
Untuk budak sekalipun, jika budak itu tidak melawan dan berusaha kabur, ia akan memperlakukan budaknya dengan baik.
Yoongi bukan tipe orang yang membunuh seseorang tanpa sebab.
Hoseok yakin bahwa wanita itu nampaknya tidak seperti yang Yoongi tuduhkan. Lantas kenapa Yoongi menginginkan kematiannya?
Hoseok menegurnya.
“yoongi-ahh~~ kau hanya sedang marah. Hentikanlah. Kurasa dia benar. Dia tidak mungkin membunuh Jimin. Dia-“
“justru itu kesalahannya.”
Yoongi melanjutkan langkahnya dan pergi meninggalkan Hoseok yang terlihat memutar otak untuk berfikir.
Hoseok akhirnya memahami satu hal.
Yoongi tidak bisa menerima kenyataan bahwa wanita itu dicintai Jimin. Untuk mudahnya, sebut saja Yoongi cemburu.
Lantas, jika Yoongi menyingkirkan wanita itu atas dasar ia tidak menghendaki kenyataan bahwa wanita itu dicintai Jimin.
Berarti Jimin....
.
.
.
.
.
.
.
.
Yoongi berjalan menuju sebuah koridor dengan penerangan yang redup.
Hanya dia yang boleh melintasi koridor ini. Itu titahnya.
Ada banyak pintu yang entah apa isinya jika dibuka. Lalu ia memilih salah satu pintu di paling ujung.
Ia meraih kunci dan membukanya.
Menghasilkan suara decitan karna engselnya yang mungkin agak rusak atau berkarat.
Padahal seluruh interior rumah Yoongi didesain bgitu mewah dengan nuansa Yunani kuno. Mewah tapi mencekam. Karena cat dindingnya yang didominasi warna abu dan hiasan hiasan patung abstrak berbahan marmer. Pilar pilar besar hitam yang menjulang hampir diseluruh ruangan. Lampu-lampu kristal megah menggantung gagah. Walaupun cahayanya tidak pernah lebih terang.
Jadi mana mungkin ada pintu berdecit karena engsel rusak.
Yoongi masuk..
Berjalan dengan santai. Suara ketukan sepatunya pun menggema. Tidak ada suara apapun selain itu.
Ia menghampiri sebuah kotak panjang yang terbuat dari kayu jati. Dilihat lebih dekat, kotak ini lebih mirip disebut peti mati.
Kotak itu mempunyai penutup yang terbuat dari kaca. Sehingga siapapun dapat melihat dengan jelas isi kotak tersebut.
Yoongi membuka penutup itu.
Asap putih menguar berpendar ke segala arah. Ada beberapa selang terpasang disana.
Yoongi mengibaskan asap itu karena menganggu pandangannya.
Lalu ia menyentuh sesuatu didalam situ.
Dingin...
Sangat dingin.
Ujung tangan Yoongi bisa merasakan permukaan itu dingin. Kusam. Sedikit kasar.
Tapi Yoongi justru membelainya. Sangat lembut.
Yoongi selalu ingat bahwa belaian seperti ini adalah yang pernah ia terima dari Jimin dulu.
Iya dulu.
Sekarang giliran Yoongi yang melakukannya.
Yoongi yang membelainya dengan penuh kelembutan.
Tidak peduli sensasi dingin yang membuat ujung jarinya lama lama kebas.
Rasanya seperti memegang es batu. Tapi teksturnya tidak keras.
Yoongi mendekatkan wajahnya.
Asap dingin yang muncul dari dasar kotak menerpa wajahnya. Ia tak peduli.
Ia terus mendekatkan wajahnya.
Lalu..
Cup.
Bibirnya mengecup bibir yang selalu menjadi candunya. Meskipun tidak selembut dulu. Meskipun bibir itu sudah kaku dan dingin. Tapi Yoongi masih dan akan selalu menciumnya.
“Selamat malam, Jiminnie.. apa tidurmu nyenyak?”
FIN.