engkau teh pudina
yang hangatnya dingin. Aku kerusi
sendirian di meja.
Tawa tertumpah di piring
pun masih belum kering
"Aku tak mati," ujarmu sebelum pergi
kenangan bertakung di rekah bibir.
Kuhirup air mata yang meminggir
di tubir cangkir. Betapa
kulupakan wajahmu dengan sengaja
sebaik saja kau melambai
tanpa mengucap selamat tinggal
pagi ini di rumah, ingatan
berjalan-jalan di pinggir
kata cinta, mengintai antara sela bata.
Di ampaian kujemur amarah:
mujur diguyurhujan
mimpi-mimpimu yang usai
jelang malam,
rindu berbaring di meja tulis
langsung merayap ke kamar
aneh: bulan di wajahmu
makin samar
(siapa lagi kautinggalkan
dijerut tanda tanya?)
Kuala Lumpur – Cisarua