"Ini hanya mimpi kan?" tanya seorang perempuan dengan sorot kekecewaan kepada laki-laki di depannya. Sebuah gelengan samar membuat sang perempuan terhenyak.
"Enggak sama sekali," suara parau sang laki-laki membuat air mata perempuan tersebut luruh seketika.
Dengan menggigit bibir sang perempuan mencoba menahan tangisnya yang berlomba jatuh. "Tapi, aku kira selama ini..."
"Lo yang terlalu cepat ambil kesimpulan," sang laki-laki secara cepat memotong ucapan perempuan di hadapannya. "Enggak akan pernah ada kata 'kita'. Gue gak pernah ada rasa sama lo, tapi kayaknya cuma lo yang terlalu berharap lebih sama gue." Sang laki-laki mengucapkannya tanpa melihat ke arah perempuan di depannya.
Maaf.
Perempuan tersebut hanya tersenyum masam dengan air mata yang sudah menghiasi wajahnya. Ia menatap lekat pemuda di hadapannya dan berharap semua yang ada dalam diri sang pemuda tersebut dapat ia simpan dalam memorinya.
Satu kalimat setelahnya membuat sang laki-laki menyadari kebodohannya yang kesekian kalinya. "Lo tahu kan siapa yang gue pilih? Karena bagi gue, lo gak ada apa-apanya dibanding dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
It Started From A Lie
Teen FictionDimulai dengan kebohongan akan tercipta kebohongan-kebohongan lainnya Kita memulainya dengan cara yang salah Membohongi manusia-manusia lainnya Menutupi setiap gerakan yang kita buat Namun sepertinya kita lupa Bahwa kebohongan Akan menciptakan keboh...