BAGIAN SATU - JUNGKOOK'S POV
"Aku benci program ini." Gerutu Taehyung.
"Aku juga sangat benci program ini." Kataku ikut menggerutu.
"Tidak, diantara semua orang akulah yang paling membenci program ini." Taehyung berkelakar.
Aku memutar bola mataku lalu mengeluarkan pakaian dari dalam Tasku dan merapikannya di Lemari tua yang berdebu.
Kami Siswa kelas 2 SMA. Saat ini kami sedang dalam program sekolah yang mengharuskan kami tinggal di desa terpencil sialan ini. Tanpa Ponsel, TV dan segala macam benda elektronik lainnya. Termasuk MP3 Player. Aku tak bisa hidup seharipun tanpa musik. Parahnya lagi, program ini berjalan selama seminggu.
Program ini bertujuan agar kami bisa merasakan bagaimana rasanya hidup zaman dulu. Padahal kami bahkan tak peduli dan tak mau tahu tentang kehidupan zaman dulu sebelum adanya Gadget dan benda elektronik lainnya. Kami lebih suka era modern dimana kami bisa menggunakan internet dan segala macam.
Guru Pembina kami menempatkan Aku, Taehyung dan Nayeon didesa terpencil yang dekat dengan hutan. Kurasa kami cukup beruntung karna kudengar ada yang ditempatkan didekat pekuburan. Setiap 3 siswa ditempatkan di satu desa. Siswanya dipilih secara acak dan aku sangat beruntung berada di satu desa dengan Taehyung. Sahabat karibku.
Guru pembina kami juga sudah menyiapkan sebuah pondok yang cukup jauh dari keramaian. Maksudku, tak ada orang yang terlihat disekitaran pondok reyot ini. Yang ada hanya sawah, sungai dan Hutan. Guru Pembina kami, Hoseok-saem -atau yang lebih suka dipanggil Hobie-saem- sudah menyewa seseorang untuk menjaga kami. Namanya Gongyoo. Dia berusia 45 atau 47, aku tidak tahu pasti. Yang pasti ia cukup ramah tapi tak cukup untuk mengobati kekesalan kami pada Program ini.
"Kenapa kau repot-repot mau menaruh pakaianmu didalam lemari tua dekil yang penuh debu itu? Kitakan hanya seminggu disini. Apa kau tidak lelah merapikannya terus?" Celoteh Taehyung terbaring diranjangnya yang terletak dipojok kanan ruangan.
Aku berdiri didepan lemari yang terletak bersebrangan dengan pintu masuk. Ranjangku terletak dipojok kiri ruangan.
Sedangkan kamar Nayeon terletak didepan kamar kami. Lalu ada ruang makan dan kamar mandi di sisi lain pondok ini."Hei, kurasa kau benar. Mungkin aku seharusnya membiarkan pakaianku berserakan dilantai yang bahkan lebih dekil daripada lemari ini!" Sindirku karna baju Taehyung memang tergeletak begitu saja dilantai.
Taehyung mengomel tak jelas tapi ia turun dari ranjang dan merapikan pakaiannya yang berserakan di sana-sini. Aku tersenyum penuh kemenangan.
"Bagaimana dengan makanan? Aku lapar." Keluh Taehyung. Ia berdiri disebelahku, mulai merapikan pakaiannya juga.
Aku mendesah lega ketika aku selesai. Kuputuskan untuk duduk diranjangku lalu menjawab. "Entahlah. Kurasa kita akan makan sebentar lagi."
Lalu terdengar suara pintu yang berderak terbuka. Aku dan Taehyung menoleh lalu kami berteriak ketika sebuah kepala muncul dibalik pintu.
"Hei.. ada apa?" Tanya Gongyoo. Ternyata itu adalah kepalanya."Anda mengagetkan kami." Jawabku. Taehyung tampak kesal. Ia cemberut dan masih merapikan pakaiannya.
Gongyoo tertawa. "Jwesunghaeyo. Ayo selesaikan itu dan keluarlah. Kita akan makan siang." Lalu ia menghilang dan pintu tertutup lagi.
"Kajja, Palliwa!" Ucapku. Taehyung diam saja. Ia mempercepat gerakannya.
"Kajja!" Ujarnya ketika akhirnya ia selesai. Kami kemudian berjalan keluar dari kamar kami menuju ruang makan.
Di ruang makan yang sempit itu hanya ada Meja Bundar dengan 4 kursi yang kelihatan sangat rapuh. Aku sempat khawatir untuk duduk disana. Tapi Gongyoo dan Nayeon sudah duduk disana. Dan mereka tampak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Necklace | Lalisa
FanfictionSUMMARY: Sebuah Program Sekolah mengharuskan Jungkook, Taehyung dan Nayeon tinggal di sebuah Desa terpencil selama seminggu. Desa tersebut menyimpan sebuah misteri yang sebaiknya tak pernah terungkap. Ada sesuatu yang tak seharusnya diketahui. Karna...