"Maksudmu ini semua adalah salahku? Begitu?" Raung Taehyung marah. Ia mengambil kalung itu kemudian beranjak dari tempat tidurnya.
"Bukan itu maksudku." Sangkalku. Dan jujur saja, aku tak tahu apa maksudku. Aku tahu Taehyung marah di meja makan karna cemburu. Tapi, aku? Aku tak tahu kenapa aku marah.
"Ya. Aku tahu tahu betul apa maksudmu. Kau menyalahkanku atas semua yang terjadi kan? Jika aku tak pergi ke hutan itu, maka semua ini tak akan terjadi kan? Itu kan yang kau pikirkan?" Taehyung kini sudah berada di depanku.
Aku sangat tak menyukai pertengkaran. Karna itu tidak ada untungnya sama sekali. "Tidak Taehyung, kau tak mengerti. Aku..." Aku ingin mengatakan 'Aku bukannya menyalahkanmu.' Tapi Taehyung memotong perkataanku."Aku sangat mengerti Jungkook. Tapi kau yang tidak mengerti. Jika saja kau ikut denganku, kita pasti akan baik-baik saja. Ini semua takkan terjadi. Tapi kau memutuskan untuk diam disini dan kau membuat Nayeon berpihak padamu." Di kalimat terakhir, Taehyung mendorongku hingga aku tersungkur kebelakang dengan tidak elitnya dan mendarat dengan bokongku menyentuh lantai terlebih dahulu.
Aku mendidih. Darahku kembali naik ke ubun-ubun. Aku segera bangkit dan berteriak padanya. "JADI INIKAH MASALAHNYA? NAYEON?" Aku mendorong Taehyung di kata terakhir. Tapi tidak sekeras yang ia lakukan. Aku hanya membuatnya mundur sedikit.
"Kau kan tahu aku suka pada Nayeon sejak kita kelas satu." Ucap Taehyung frustasi. Ia menjambak surainya.
Aku tidak ingat Taehyung pernah berkata begitu. "Aku tidak tahu Taehyung. Seingatku kau bilang Nayeon bukan tipemu."
"Kau juga bilang kau tidak suka padanya." Taehyung balik menyerangku. Dan aku ingat pernah berkata begitu.
"Itu sebelum dia mengajakku mandi bersamanya." Jawabku membela diri. Aku kemudian menepuk mulut bedebahku ketika sadar aku keceplosan.
"Kau pernah mandi dengannya?" Taehyung memandangku tak percaya. Matanya membelalak dan bibirnya menganga dengan tidak elitnya.
Karna sudah terlanjur basah, kenapa tidak nyebur saja sekalian?
"Dia mengajakku saat itu. Tapi aku menolaknya. Namun saat ia berjalan ke kamar mandi sendirian, aku segera menyesal dan seketika aku merasa sangat ingin mandi dengannya.""Dan kau mulai menyukainya sejak saat itu?" Tanya Taehyung. Aku mengangguk. "Dan untungnya dia juga menyukaimu." Lanjutnya kemudian mengulurkan tangannya padaku. Kurasa itu artinya perdamaian. Aku menjabatnya. "Chukkae." Ia mengguncang-guncang tanganku.
Aku tersenyum padanya. Lalu ia menyodorkan kalung merah itu padaku. "Igo. Kau membutuhkannya untuk melindungi Nayeon.""Tidak usah." Tolakku. Aku mendorong kembali tangannya. "Aku bisa melindunginya. Kaulah yang menemukan kalung itu. Penemu adalah pemiliknya."
"Karna aku pemiliknya, kuputuskan untuk memberikannya padamu. Sebagai tanda perdamaian." Taehyung kembali menyodorkan kalung itu padaku. Aku sangat mengenal Taehyung. Ia tak akan berhenti sampai ia berhasil memberikan kalung itu padaku. Jadi, aku tak punya pilihan lain selain menerima kalung itu.
"Gomawo." Ucapku tulus. "Maaf karna telah menyalahkanmu kawan."
"Aku juga, maaf karna telah mendorongmu." Taehyung sama tulusnya denganku. Kemudian kami berpelukan.
"Bagus. Tinggal 1 hal lagi yang harus kita perbaiki." Kata Gongyoo tiba-tiba. Ia berdiri di pintu kamar. Entah sejak kapan.
"Apa lagi yang harus diperbaiki?" Tanyaku bersamaan dengan Taehyung. Kami segera menengadahkan tangan, menutup mata dan membuat harapan. Harapanku adalah aku ingin program ini segera selesai.
"Kenapa kalian melakukan itu?" Tanya Gongyoo. Aku dan Taehyung malah tertawa. "Ayo kita bicarakan semuanya di meja makan." Usul Gongyoo.
"Jadi, apa lagi yang harus diperbaiki?" Tanyaku saat kami sudah duduk di meja makan.
![](https://img.wattpad.com/cover/164639897-288-k626499.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Red Necklace | Lalisa
Fiksi PenggemarSUMMARY: Sebuah Program Sekolah mengharuskan Jungkook, Taehyung dan Nayeon tinggal di sebuah Desa terpencil selama seminggu. Desa tersebut menyimpan sebuah misteri yang sebaiknya tak pernah terungkap. Ada sesuatu yang tak seharusnya diketahui. Karna...