Mungkin ini adalah masa terindah..

35 0 0
                                    

Hai, namaku Syahrial Dafa Widodo, biasa dipanggil Dafa. Kali ini aku akan menceritakan masa-masa sekolahku waktu SMP dulu. Masa SMP mungkin adalah masa terindah dalam kehidupanku. Kenapa bisa begitu? Karena di masa itu banyak memori-memori yang terbentuk, dari yang senang, lucu, sampai yang sedih. Berawal dari saat aku kelas tujuh, di situlah aku mengenal teman-teman baru. Aku menempati kelas 7A, dan kebetulan kelas itu dikenal sebagai kelas "unggulan". Meski dikenal sebagai kelas unggulan, namun kelasku ini malah isinya anak-anak yang kocak dan bisa dibilang berisik. Salah satu temanku yang kocak dan yang pertama kali aku kenal saat masuk SMP adalah Alit. Dia anaknya pendek dan kocak, dan anak-anak sekelas mengenal dia sebagai anak yang tertawanya selalu telat. Bagaimana tidak? Anak-anak yang lain sudah selesai tertawa 'ngakak', dia malah baru mulai tertawa, dan karena itu akhirnya anak-anak sekelas mulai tertawa lagi. Terus ada lagi, namanya Bagus, dia biasa dipanggil Jiwo. Dia anaknya juga kocak, tingkah lakunya lugu, dan setiap kali berbicara dengan dia aku pasti ketawa. Dan akhirnya aku, Alit, dan Jiwo mulai akrab dan bersahabat sampai membentuk semacam "geng" kocak. Setelah itu aku bertemu anak sekelasku yang cukup pendiam, mungkin dia itu malu untuk berbaur karena dia belum mengenal anak-anak yang lain, namanya Alfian. Namun setelah akrab ternyata dia anaknya kocak juga. Terus setelah itu dia masuk ke dalam "geng" kocak.

Beberapa bulan kemudian, anak-anak sekelas sudah mulai saling mengenal dan malah ada benih-benih cinta yang mulai tertanam di antara anak-anak sekelasku. Ada salah satu perempuan di kelasku yang ternyata suka padaku secara diam-diam, jadi aku tidak tahu kalau ada yang suka padaku waktu itu. Namun akhirnya aku tahu setelah salah satu teman dekat perempuan itu bilang padaku kalau ada yang suka padaku. Ternyata perempuan itu bernama Nira, dan dia ini sering kerja kelompok bersamaku dan teman-teman yang lain di rumahnya. Mungkin karena sering belajar bersama jadi suka gitu ya. Setelah aku tau kalau dia suka denganku, aku pun langsung merespon rasa cintanya dan akhirnya kita menjalin hubungan. Namun setelah kurang lebih tujuh bulan menjalin hubungan, kita putus. Tapi anehnya, aku dengan dia putus-nyambung putus-nyambung empat kali dalam kurun waktu dua tahun. Mungkin itu adalah pengalaman berpacaran paling aneh yang aku alami.

Kelas tujuh sudah berlalu, sekarang aku naik ke kelas delapan, ada senangnya, ada dukanya. Senangnya, aku bisa naik kelas. Dan dukanya, aku, Alit, Jiwo, dan Alfian kelasnya terpisah. Alit dan Jiwo masuk ke kelas unggulan lagi, sedangkan aku dan Alfian tidak masuk kelas unggulan karena nilai kita turun. Tapi tidak apa-apa, di sinilah awal dari momen yang paling tidak bisa aku lupakan. Di kelas delapan ini aku masuk ke kelas 8C, dan itu adalah kelas yang bisa dibilang paling buruk waktu itu. Kelasku itu sering sekali kena marah guru karena ada yang berbuat onar, dan anehnya yang berbuat onar itu justru anak perempuan, sedangkan yang laki-laki malah biasa, nakal sih nakal cuma tidak sampai berbuat onar seperti itu. Sampai-sampai anak perempuan yang onar tadi itu dikeluarkan dari sekolah, kebayang kan bagaimana nakalnya anak itu? Tapi dengan lingkungan kelas yang seperti itu, syukurlah aku tidak terpengaruh jadi anak yang nakal sampai segitunya dan malah nilaiku naik lagi dan kemungkinan aku bisa masuk kelas unggulan lagi. Oh iya, guru matematikaku saat kelas delapan itu killer-nya minta ampun. Saking killer-nya sampe beliau berani mengatakan kata kasar ke muridnya. Kok ada ya guru yang seperti itu? Tapi segalak-galaknya beliau, beliau pernah memberi aku uang Rp 10.000,- karena aku bisa mengerjakan soal matematika yang dikasih oleh beliau. Terima kasih, pak.

Lanjut ke akhir-akhir kelas delapan, saat itu aku punya ide untuk membuat vidgram (video Instagram) yang masing-masing berdurasi 15 detik tentang komedi sekolah. Aku mengajak beberapa teman sekelasku dan "geng" kocak tadi, juga ada pendatang baru, namanya Fenda. Sebenarnya aku tidak kenal denganya, tapi saat sedang membicarakan tentang vidgram si Fenda langsung 'nimbrung' saja gitu. Terus pada saat itu aku langsung kenal dengan Fenda dan dia ikut di vidgramnya. Aku dan teman-temanku membuat sekitar tujuh video, lalu dijadikan sebuah kompilasi dan di-upload ke Facebook. Ternyata yang nonton lumayan banyak dan mereka semua terhibur, juga guru-guru sekolahku mendukung apa yang sudah aku dan teman-temanku buat. Tapi ada satu guru yang malah merasa tersinggung dengan salah satu video yang kita buat. Beliau adalah guru matematika yang aku ceritakan tadi, yang memberiku uang 10.000. Jadi ceritanya seperti ini, aku dan teman-temanku membuat video judulnya "Ketika Guru Yang Dibenci Ngajar di Kelas" dan di video itu, yang berperan jadi guru dilempari kertas, plastik, dan lain-lain oleh muridnya. Nah, guru matematika ini mengira kalau kita itu nyindir beliau lewat video kita itu, padahal tidak ada maksud apapun selain untuk menghibur pemirsa. Setelah itu aku dan teman-temanku yang terlibat dalam video tadi itu dipanggil ke perpustakaan untuk menghadap beliau.

Masa Terindah?Where stories live. Discover now