Ketenangan yang Kurindukan

12 0 0
                                    

Merasa kehilangan setelah orang itu pergi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Merasa kehilangan setelah orang itu pergi

Dan kembali dengan rasa yang berbeda

Seolah menamparku dari kenyataan

Percuma untukku beristirahat panjang

Sementara pedang tajam seolah merobek relung hatiku

Udara dingin menerpa lembut wajahku

Pikiranku tak bisa tenang

Semua permasalahan itu seolah menari - nari dalam bayanganku

Tidak tahu langkah kakiku akan membawa kemana

Aku tak tahu harus kemana

Aku tak tahu harus bagaimana dan melakukan apa

Saat seluruh perhatianku hanya tertuju kepadanya

Mataku masih setia menatap guguran daun yang basah dibawah hujan

Jemariku mengatuk pelan pada bingkai jendela

Masih jelas terpatri tanpa samar bagaimana wajah sosoknya

Apa lagi dengan binaran kebahagiaan

Yang terpancar begitu nampak pada wajah tampannya

Aku menghela napas begitu dalam

Memejamkan mata sementara pikiranku berusaha mencari ketenangan

Hembusan angin malam menyapa lembut wajahku

Sekali lagi senyum itu melengkung sempurna dengan cara yang sederhana

Dentuman keras terasa menghantam jantung ku

Refleks aku meraba dada kiriku

Meremas begitu kuat disana seakan hal itu bisa membalut perih

Yang melanda tanpa permisi pada diriku

Mataku tercenung diam

Menyimpan begitu banyak renungan penuh kepahitan

Segala hal berputar memenuhi otakku

Menguras tenaga secara fisik maupun hatiku

Terlalu banyak keterkejutan menghampiri Dalam waktu yang hampir bersamaan

Lebih dari apapun, ini terasa rumit bagiku

Aku hanya bisa menatapnya diam dalam posisi yang terpaku

Ada luka dari pendaran mata dan aku berusaha tak menyadarinya

Hanya saja, aku tak ingin terlalu larut dalam luka yang tercipta

Tidak, selama aku juga masih memiliki luka yang juga belum kering sedikitpun

Lagi . . .

Luka itu semakin bertambah perih

Terbalut kepedihan tanpa balutan kedamaian

Hanya sakit, sakit dan sakit yang bisa kurasakan

Tertumbuk semakin dalam, atau mungkin kini luka itu tak berdasar?

Entahlah, yang aku tahu, mereka benar

Aku terlalu idiot untuk mengerti

Aku memalingkan wajahku

Enggan untuk menatap dia yang memberikan perasaan bersalah

Dan luka diwaktu yang bersamaan

Bulir air mata mulai menggenang dalam sudut mataku

Dan menahan air tangis, adalah satu kelemahan terfatalku

Aku memejamkan kedua mataku erat

Berharap jika kedua kelopak ini tak akan bisa terbuka lagi

Sehingga air mataku tak akan memiliki jalan untuk keluar dari tempatnya

Tapi aku salah, karena bulir bening itu tetap akan merembes bebas

Sekuat apapun aku menahannya

Aku salah, dan terlalu salah untuk menafsirkan perasaan buta yang kupendam

'Cinta membuatku terguguh dalam ketidakpedulian rasa'

Jemariku menelusuri setiap jalan air hujan

Yang mengalir turun pada kaca jendela

Mataku tercenung beku menatap alur bulir-bulir air yang tercipta

Aku kemudian mengalihkan kembali pandanganku

Menatap rintikan hujan yang masih setia membasahi setiap tempat diluar sana

Terlihat tetesan air yang jatuh menimpa daun-daun milik sebuah pohon

Terus mengalir berpencar kesegala arah

Hingga akhirnya menetes jatuh di ujung-ujung yang berbeda dari dedaunan tersebut

Aku menarik senyum pahitku

Menyesali segala sikapku

Seharusnya aku mengerti sejak awal

Seperti tetesan air hujan yang berpencar jatuh di tempat yang berbeda

Seperti itu juga yang dinamakan cinta

Sampai kapanpun aku tidak akan bisa memaksakan perasaan

Karena seperti daun tersebut

Hidup memiliki alur, memiliki jalan takdir masing-masing

Meski ia ingin jatuh tepat di ujung daun, ia tetap tidak akan bisa

Jika seandainya jalan takdirnya bukanlah disana

Kepedihan adalah satu hasrat yang memang harus ku rasakan

Tanpa ada kepedihan

Aku tidak akan pernah mengerti

Bagaimana berharganya sebuah perasaan bahagia

Ya, aku tahu

Aku tidak bisa terus seperti ini

Membelenggu diriku dalam keterpurukan

Karena hanya akan ada perih tanpa kebahagiaan jika aku terus melakukannya

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 17, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ketenangan yang KurindukanWhere stories live. Discover now