r h e a

50.9K 1.8K 122
                                    

Rhea meremas rok pendek yang menjadi seragam sekolahnya, berjalan di belakang James membuat dirinya tampak gelisah dan gugup. Dirinya yang menunduk sesekali mencuri pandang James yang tengah asik mengobrol dengan teman-temannya seusai jam olahraga berlangsung.

"Hai James, kau ingin ke kantin?"

Langkah kaki Rhea terhenti, memperhatikan Cataline pacar James yang tengah bergelayut manja di lengan James, anak laki-laki tertampan di sekolah ini.

Sebuah kecupan manis Cataline berikan untuk James, disambut anak laki-laki itu dengan senang hati.

Rhea melangkahkan kakinya kembali dengan lebih cepat, melewati kemesraan keduanya yang mampu membuat hati Rhea memanas. Gadis dengan rambut sebahu itu menggeram tertahan, buku yang dibawanya menjadi pelampiasan cengkraman tangan Rhea.

BRAK!

Bantingan buku pada meja mampu membuat Rhea menjadi pusat perhatian teman-teman kelasnya, wajah kesal Rhea menjadi bahan pembicaraan mereka yang melihat bagaimana Rhea saat ini.

"Astaga, gadis culun itu hampir membuatku jantungan!" seru salah satu gadis dengan rambut berwarna kemerahan, diangguki tanda setuju oleh anak-anak lainnya. Mereka membenci Rhea, membenci gadis manis yang berpenampilan aneh itu, bagi mereka Rhea telah merusak citra penampilan kelas yang classy.

Rhea menundukan kepala, mengepalkan tangan menahan amarah. Ia sama sekali tidak memperdulikan bagaimana teman-temannya mengoceh tentang dirinya, yang ia perdulikan adalah James yang selalu menempel pada Cataline ia tidak suka itu.

Jam sekolah telah usai...

Rhea menggendong tasnya yang sedikit terasa berat di pundaknya, matanya lagi-lagi melirik James yang tengah bergandengan tangan dengan Cataline mesra. Langkah kakinya terhenti saat seseorang mencengkram pundaknya dengan sedikit erat.

Melda, anak kelas sebelah tersenyum dengan paksa pada Rhea.

"Apa?" tanya Rhea dengan malas meladeni Melda, salah satu anak populer karena kepandaiannya di bidang seni. Melda tidak jauh berbeda dengan Cataline yang angkuh, suka bermain peran dan juga senang meremehkan orang lain.

"Aku sebenarnya malas mengundangmu ke pestaku. Namun demi pencitraan, tentu aku terpaksa melakukan ini. Datanglah dengan dress yang layak, jam tujuh malam nanti." Melda menyerahkan undangan mewah ulang tahunnya pada Rhea yang menerimanya tanpa ekspresi apapun. Melda berlalu, meninggalkan Rhea yang mantap sekali mendengus.

"Melda, si gadis pencitraan..." desis Rhea dalam diamnya sebelum akhirnya memutuskan untuk berlalu dari koridor sekolah yang nampak sudah sepi, hanya ada dirinya yang tersisa.

Memilih gaun bagi Rhea adalah hal paling merepotkan, akhirnya ia memutuskan mengenakan dress putih selutut dengan punggung terbuka serta tali spaghetti.

Ia segera memasuki taksi meninggalkan kediamannya untuk menuju dimana pesta ulang tahun diselenggarakan di rumah Melda.

Saat dirinya sampai di rumah mewah milik Melda anak salah satu donatur sekolah, suasana sudah sangat ramai banyak anak-anak yang Rhea tahu wajahnya namun ia melupakan siapa namanya, mengingat nama mereka sangatlah tidak penting.

Rhea menghampiri Melda yang tengah diapit kedua orang tuanya, senyum bahagia sepanjang dimulainya acara tidak pernah luntur dari wajah gadis itu.

"Melda, selamat ulang tahun. Ini untukmu," Rhea menyerahkan sebuah kado yang sudah dipesannya sepulang sekolah. Melda tersenyum lebar yang Rhea tahu senyum tersebut merupakan senyum palsu.

"Terima kasih Rhea sudah memenuhi undanganku, aku sangat senang!" antusias Melda mengundang bercak kagum dari teman-temannya, bisikan-bisikan tidak enak didengar Rhea dengan tidak acuh. Banyak yang memuji tindakan Melda mengundang si gadis buruk penampilan ke pesta ulang tahunnya meski malam ini Rhea berpenampilan lebih manusiawi.

R H E A (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang