Daniel yang Seongwoo kenal itu: anak culun yang sangat manja kepada mamanya. Penampilannya di SMA membuatnya selalu dibully oleh siswa-siswi di sekolahnya. Kemeja yang dikancing sampai atas, rambut klimis, kacamata bulat, juga tas punggung bergambar kucing yang terlihat sangat gemas. Tidak pantas dipakai seorang lelaki berusia tujuh belas tahun.
Daniel yang Seongwoo kenal itu tubuhnya bongsor, tetapi wajahnya menggemaskan. Dua gigi kelinci yang sering terlihat ketika lelaki itu tertawa menambah keimutannya.
Dulu Seongwoo terpikat oleh senyum Daniel ketika lelaki itu memberi makan kucing-kucing liar yang ada di sekolah mereka. Seongwoo yang kelas dua saat itu mengintip kegiatan Daniel dari balik tembok. Merasa jantungnya berdebaran melihat senyum gemas itu.
Sejak saat itu Seongwoo bertekat untuk mengenal Daniel lebih dalam.
Daniel dan Seongwoo menjadi lebih dekat ketika Seongwoo ikut memberi makan kucing-kucing liar itu. Mendahului Daniel yang kini tertegun melihat kakak kelas manisnya itu tengah membelai-belai bulu halus kucing dihadapannya.
Daniel menyapanya terlebih dahulu. Dan kala itu, jantung Seongwoo berdetak dua kali lebih cepat.
Mereka mulai menjalin hubungan. Daniel yang polos dan Seongwoo yang pemalu adalah perpaduan yang menggemaskan. Bagaimana perlakuan Daniel kepada Seongwoo yang seringkali membuat Seongwoo merona. Keduanya begitu bahagia.
Sampai dua tahun kemudian, kedua orang tua mereka membawa kabar yang tidak mengenakkan.
Ayah Seongwoo memang telah lama menduda. Seongwoo kehilangan ibunya sejak usia lima tahun. Ia tumbuh dengan kuat walau tanpa ibunya. Ayahnya pun adalah sosok yang bijak dan bertanggung jawab. Ketika ayahnya bilang ingin menikah lagi, Seongwoo pun turut senang.
Tetapi ketika calon istri ayahnya menemui mereka dengan membawa putra tunggalnya yang setahun lebih muda dari Seongwoo, mendadak ia tidak ingin ayahnya menikah. Bukan karena ia tidak suka dengan calon mama barunya, tetapi karena sang putra.
Karena ia adalah Daniel.
Sejak saat itu hubungan mereka merenggang. Dengan Seongwoo yang memberontak, dan Daniel yang justru mendukung pernikahan kedua orang tua mereka. Meskipun hatinya ikut terluka dengan kenyataan bahwa ia harus merelakan kekasihnya untuk menjadi kakak tirinya.
Seongwoo menolak keras. Ia kabur dari rumah dan memutus semua kontak dengan siapapun yang ia kenal. Tidak ada yang tahu kemana Seongwoo pergi.
Dan pernikahan tetap berlanjut atas saran Daniel. Ia yang akan mencari Seongwoo sampai ketemu. Dan menjelaskan semuanya.
Daniel dipaksa dewasa dalam menghadapi masalah ini.
Seongwoo mendengar orang tuanya yang telah menikah. Ia marah. Tetapi ia tidak bisa mengelaknya lagi. Ia dan Daniel adalah saudara tiri sekarang. Dan ia benci kenyataan itu!
Ia tidak ingin menjadi saudara Daniel.
Seongwoo kembali ke rumah dengan sikap yang berbalik 180 derajat. Ia yang biasanya ceria, kini dingin dan datar. Tidak berbicara kecuali ditanya. Ia mendiamkan semua orang. Begitupun kedua orang tuanya dan Daniel.
Kedua orang tuanya sangat bersedih dengan sikap Seongwoo. Apalagi mengetahui kebenarannya, bahwa kedua anak mereka sebelumnya adalah sepasang kekasih.
Mereka merasa lancang harus memutus hubungan mereka.
Tetapi Daniel menenangkan mereka. Ia bilang ia akan berbicara kepada Seongwoo. Meskipun sulit, ia akan mencoba dan mencoba.
Seongwoo berubah menjadi sosok yang pendiam di dalam keluarganya. Berbeda ketika ia bersama teman-temannya. Ia kembali ceria. Ia seolah merasa di rumah adalah neraka baginya. Maka ia tidak banyak menghabiskan waktu di rumah. Pagi sekali ia berangkat kuliah, dan kembali malam hari.
Di hari libur ia memilih untuk mengurung diri di dalam kamar seharian, atau pergi ke club bersama teman-temannya.
Hubungannya dengan keluarganya hancur.
Daniel mencoba mengajak Seongwoo berbicara, meskipun tidak pernah digubris olehnya. Menatap Daniel pun ia enggan. Ketika makan malam bersama pun, Seongwoo tidak mau. Ia lebih memilih makan sendiri.
Daniel seperti kehabisan cara untuk membuat Seongwoo mau menatapnya dan berbicara dengannya. Seongwoo menghindarinya seolah Daniel adalah virus berbahaya.
Tetapi Daniel tidak akan menyerah. Ia akan membuat Seongwoo berbicara kepadanya.
Puncaknya terjadi malam itu. Daniel yang frustasi, akhirnya membuka pintu kamar Seongwoo dengan kunci cadangan. Menguncinya dan memaksa Seongwoo untuk menatapnya.
"Keluar." kata itu begitu dingin dan datar. Menyayat hati Daniel ketika mendengarnya.
"Keluar, brengsek."
Daniel bergeming. Ia justru melangkah maju mendekati Seongwoo. Membuat kakak tirinya itu melayangkan tatapan tajam ke arah Daniel.
"Hyung..."
Daniel mengungkung tubuh Seongwoo di antara kedua lengannya. Memojokkannya di tembok. "Hyung, jangan seperti ini."
Seongwoo masih menatap Daniel tajam. Meski degup jantungnya membohongi pikirannya yang mengatakan ia membenci Daniel. Ia tidak bisa membenci Daniel. Daniel adalah kekasihnya. Seseorang yang begitu dicintainya.
"Hyung, maafkan aku. Aku yang membuat hubungan kita menjadi rumit seperti ini."
Seongwoo menunduk. Merasakan air matanya hampir menetes. Dadanya sesak oleh perasaan yang selama ini ia coba singkirkan. Ini menyakitkan.
Bagaimana kau dihadapkan dengan pilihan yang begitu sulit. Orang tuamu, atau kebahagiaanmu. Meskipun Daniel sudah memilih untuk mengorbankan kebahagiaannya sendiri, Seongwoo belum sanggup.
Melihat seseorang yang kau cintai berubah menjadi keluarga bagimu. Bagaimana menghapuskan perasaan yang dianggap tabu sebagai saudara. Bagaimana memandang sosok yang kau cintai dan tidak bisa lagi menggapainya.
Seongwoo tidak ingin. Seongwoo tidak mau.
Tetapi ia harus. Karena semuanya sudah terlanjur. Orang tua mereka sudah menikah. Dan Seongwoo tidak bisa melakukan apapun. Sebenci-bencinya Seongwoo dengan keadaan ini, ia tidak bisa menyakiti ayahnya yang sudah merawatnya seorang diri selama bertahun-tahun.Dalam diri Seongwoo, ia menetapkan satu hal.
Ia harus membalas perbuatan lancang Daniel.
Dan dimulailah misi menghancurkan pertahanan seorang Kang Daniel.
Tanpa basa-basi, Seongwoo mengecup bibir tebal Daniel. Melumatnya sekilas dan melepaskannya.
"Kau bisa menganggapku sebagai kakak tirimu. Tetapi jangan harap aku akan berlalu sama. Tunggu saja pembalasan dariku. Akan kubuat kau merubah pikiranmu yang menganggapku sebagai kakak tirimu."
Tak mempedulikan Daniel yang tengah tertegun, Seongwoo melepas kungkungan Daniel dan beranjak pergi dari kamarnya. Meninggalkan Daniel yang masih mencerna apa yang Seongwoo katakan.
Dan semuanya berawal sejak malam itu. Bagaimana Seongwoo dengan gencarnya menggoda Daniel dan mencoba menghancurkan pertahanannya.