Perubahan

2.8K 439 39
                                    






Mungkin, memang dulu sudah pernah menjadi suatu kebiasaan pada masanya;

Dimana Jungkook selalu menjadi yang dipuja-puja. Baik halnya sebagai pemuda kecil yang manis, jadi idola di kalangan teman sebaya maupun mereka yang akan beranjak menuju masa remaja. Maupun bagi mereka para dewasa muda, sebagai calon anak yang begitu di damba.

Jimin terbiasa; akan Jungkook yang tiap kali ketika mereka pulang saling bergandengan tangan, akan beberapa kali mendapatkan pengakuan cinta.

Sebatas picisan manis di kalangan anak-anak. Dimana Jungkook akan tersipu malu menerima bunga liar yang tumbuh sembarang di jalanan. Warna-warnanya cantik, dan Jungkook akan menyimpannya satu demi satu.

Atau manakalanya di setiap hari Valentine, bahwa Jungkook lah yang akan pulang, sembari menenteng dua kantung tas kertas penuh isi cokelat. Dengan Jimin yang cukup puas mendapat satu buahㅡbuatan tangan dari Jungkook dibantu ibu.

Tapi di penghujung hari, kedua cokelat dalam kantung biasanya berakhir terabaikan. Oleh sebab Jungkook akan memilih berbagi cokelat yang ia buat untuk Jimin seorang.



Dulu itu, sudah terlewat sepuluh tahun lamanya.

Sampai sekarang, Jungkook masih tetap di damba. Tapi cuma sebatas pemuda manis yang cukup diberi jarak sebagai batas teman untuk beberapa.

Tapi perubahan itu kentara sekali ada, ketika keduanya beranjak dewasa. Jungkook kian hari menjadi jengah, ketika satu hari lainnya, dimana keduanya berjalan bersama menuju kampus, Jimin mendapat pengakuan cinta sesaat setelah mereka menapaki lorong.


"Aku suka kakak."

Pernyataan gamblang dan sangat apa adanya. Keduanya menatap canggung ke arah perempuan dengan rambutnya yang panjang dan ikal mencapai punggung itu justru sedikit gelisah dari posisinya,

"Oh," Jimin menaikkan sebelah alis; menatap Jungkook sekilas yang justru pemudanya mengerling malasㅡsebelum kembali memusatkan atensi pada perempuan di hadapannya, "Makasih tapi ... dari kapan?"

Gadis itu merunduk malu-malu, "Dari pertama kali bertemu."

"Ah?" Jungkook lihat, Jimin menggaruk belakang kepalanya canggung, "Kapanㅡ?"

"Sewaktu ospek. Waktu itu, kakak penanggung jawab kelompokku, kak."

"Oh ya?"

"Iya," dia mengangguk lagi, "Kakak pernah nolong aku waktu aku pingsan di upacara, terus nemenin aku sampai pulang."

"Ah," Jimin mengangguk, "Ya ya, aku ingat sekarang. Tapi ... maaf? Kayanya untuk jadi pacar, nggak dulu, ya?"

Jungkook juga melihat; sebagaimana ekspresi gadis itu mendadak muram. Sekilas memucat, sebelum menjadi merona malu akibat penolakan sebegitu halus,

"Um, kakak yakin? Kakak nggak mau coba dulu?"

Lagi, Jimin menggeleng, "Aku gak bisa, dek."






Sekarang yang jadi kebiasaan adalah;

Jimin yang selalu mendapat pernyataan cinta.

Jimin yang pulang dengan berkantung-kantung tas penuh cokelat tiap hari Valentine.

Dan,

Jimin yang selalu mendapat surat, maupun hadiah manis di dalam loker. Termasuk juga, seluruh pandangan memuja terarah ke pemuda Park dari Busan itu.

"Kamu cemberut terus, Koo." Jimin menghela nafas begitu mendapati Jungkook tersentak dari lamunan.

Dimana Jungkook hanya balas mengernyit, "Emang aku ada cemberut?"

Semantik' ㅡJikookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang