Ledakan yang terakhir kali ia dengar, dan ia terlempar keluar saat mobil militer yang ditumpanginya tampak mengeluarkan asap. Ia merasakan rasa sakit di dadanya, dan tampak membuka paksa kemejanya untuk melihat luka menganga di dadanya.
Ia tampak menyerengit, namun menoleh kearah kiri dan kanannya dengan panik. Tidak ada tentara yang tadi berada satu mobil dengannya. Dan satu sosok yang ia cari saat ini. Peter.
Peter anaknya. Dimana dia?
Seharusnya ia tidak ikut, namun Peter meminta untuk ikut menemaninya. Ia kira semua akan aman dengan semua penjagaan disana, namun ia tidak pernah menyangka semua ini akan terjadi.
"Peter..." ia menemukan tubuh anak berusia 5 tahun itu tidak jauh darinya. Namun tubuhnya tampak tidak menuruti otaknya untuk bergerak. Dan anak itu sama sekali tidak bergerak. Ia bisa melihat darah yang mengalir entah darimana, di tubuh kecil anak itu yang membelakanginya. Tidak menghiraukan rasa sakit di tubuhnya, ia mencoba bergerak, namun kesadarannya semakin turun, semuanya perlahan memudar.
Gelap...
Dan semakin gelap.
.
."Tony, kurasa sudah cukup dengan malam ini."
Pria berkulit tan gelap itu tampak menghela napas dan menatap pria berambut hitam yang tampak sudah cukup mabuk, tampak menggoda dan membiarkan seorang gadis duduk di pangkuannya.
"Ayolah Rhodes, ini adalah pesta yang meriah. Aku tidak mungkin menolak ajakan mereka," pria itu, sang Bilioner yang sering dikenal sebagai Tony Stark tampak meminum entah gelas ke berapa whiski di tangannya. Dari nada suaranya, tentu sebagai sahabatnya sejak kuliah, Rhodes tahu jika pria itu tengah mabuk. Ia tidak pernah melihatnya semabuk itu sejak Peter lahir.
Peter Stark. Anak sematawayang dari Tony Stark yang tewas saat usianya bahkan baru beranjak 5 tahun.
"Ini sudah pukul 1 malam. Kurasa Pepper akan meneriakimu lagi pagi ini saat kepalamu sakit karena mabuk," Rhodey tampak menghela napas dan menatap gadis itu dengan tatapan biasa namun cukup membuat gadis itu menyingkir dari pangkuan Tony dan menjauh, "ayo Tones, aku akan mengantarkanmu pulang."
.
."Hah, kau bahkan tidak bisa bertahan sadar hingga mobil," Rhodey memapah Tony yang tampak sudah tidak bisa berjalan lurus lagi. Ia hanya bergumam saat Rhodey membuka pintu mobil depan dan memasukkan Tony kesana. Ia segera menuju kursi pengemudi. Happy Hogan hari ini tidak bisa mengantarkannya karena sedang sakit, "apa yang harus kulakukan dengan kondisimu seperti ini..."
"Tinggalkan saja aku sendiri Rhodes... jangan berbicara seolah... kau peduli padaku... hanya Peter yang perduli padaku... dan sekarang ia sudah tidak ada," Tony bergumam setengah sadar. Rhodey tampak menoleh segera pada Tony yang tampak sudah diambang kesadaran. Tentu yang dikatakan Tony tidak benar, ia peduli pada sahabatnya itu. Pepper juga peduli, dan bahkan Happy. Namun mereka bertiga tahu jika tidak akan ada yang bisa membuat Tony berubah pikiran. Peter adalah satu-satunya yang dilindungi Tony bahkan dengan bayaran nyawanya. Dan setelah insiden penghianatan pria yang sudah ia anggap ayahnya sendiri--Obadiah, Tony semakin menenggelamkan diri dalam keterpurukan.
"Kau tahu aku peduli padamu Tony... Pepper... dan Happy," Rhodes menghela napas dan mengendarai mobil itu, "dan bukan hanya kau yang kehilangan anak itu. Namun kami juga merasakannya..."
Tony membuka mata sedikit, namun hanya menatap kaca disampingnya dan tidak mengatakan apapun entah karena tenggelam dalam mabuknya, atau karena sebenarnya ia percaya pada perkataan dari Rhodes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Human
FanfictionTony Stark memang banyak mengembangkan AI dan membiarkan semua orang mencoba untuk menciptakan ide mereka. Ia sempat mencoba mengembangkan android pintar yang berwujud seperti manusia. Namun segera terhenti setelah kematian anak sematawayangnya. Tet...