Reuni, Bar dan Masa Lalu

16 1 1
                                    

"Kudengar, ada seseorang yang merindukanku."

Kakashi sontak menghentikan kegiatannya. Segelas wiski masih berada di tangan, namun fokusnya tidak lagi berada di sana. Pandangan mata tertuju ke arah bartender muda yang tengah memasang wajah sombong. Sempat terkejut batin, meski dengan segala pengalaman dan upayanya, ia berhasil memasang wajah datar. Masker yang ia kenakan sudah turun ke dagu, memperlihatkan wajahnya dan membuat upaya sebelumnya hampir tidak berhasil.

Kakashi bersikap tenang. Masih mengunci pandangan ke arah Desmond. Mereka berkata, ketika seseorang menatapmu dengan kurun waktu yang lama, mereka entah ingin membunuhmu atau bercinta denganmu. Mungkin keduanya.

"Kau tahu," akhirnya ia memutuskan untuk bicara. Akhir-akhir ini, ia sudah tidak begitu terkejut dengan kehilangan serta kehadiran orang-orang yang ia kenal. "Aku bisa menyirammu dengan wiski ini."

"Kau akan melakukannya?"

"Tidak. Wiski ini terlalu sayang untuk itu."

Ia meneguk wiskinya dengan sekali tegukan. Rasa terbakar di tenggorokan ia hiraukan. Suasana hati dan keadaan jiwa miliknya yang awalnya biasa saja entah kenapa menjadi memburuk setelah ia melihat Desmond. Pilihan satu-satunya yang waras adalah pergi, karena ia tidak bisa mengusir bartender di bar.

Desmond tidak bertanya, hanya mengambil gelas wiski yang kosong dari Kakashi dan kembali mengisinya. "Jadi, rindu tidak?"

"Hmm." Tidak memilih. Merasa ragu.

Jika ini novel drama romansa remaja, mungkin seharusnya Kakashi merasa berkonflik dengan perasaannya. Oh, sang lawan main telah kembali. Ia harusnya menyiramnya dengan wiski dan membuat drama yang lebih besar. Mengeluh dengan kepergiannya dan meninggalkannya sendiri, lalu perdebatan antara Desmond dan Kakashi yang kembali terulang, sama seperti dengan keluarganya yang lain. Demi Tuhan, Kakashi pusing dengan drama keluarganya. Sungguh. Pun jika ia harus bertindak sekarang, ia hanya ingin tahu kenapa Desmond pergi tanpa memberitahu apapun.

Seakan-akan membaca pikiran Kakashi, Desmond mengangkat kedua bahunya. "Aku pergi karena ada sesuatu yang harus kulakukan sendirian."

"Lalu, kau memutuskan untuk tidak memberitahuku."

"Tentu aku tidak bisa memberitahumu. Hal itu sangat tidak enak untuk didengar, dan menurutmu aku akan dengan mudah memberitahumu tentang hal itu?"

Kakashi menghela nafasnya. Ia ingin pulang sekarang. "Aku tidak bermaksud dengan hal-hal yang membuatmu tidak nyaman untuk diberitahukan kepada orang lain, Miles."

Kakashi bisa merasakan suasana di bar yang perlahan semakin memanas. Jika mereka akan bertengkar sekarang, ia akan berbalik badan dan langsung pulang. Suasana hatinya tengah buruk sejak tadi pagi. Ia tidak ingin pergi mengamuk sekarang. Mungkin Desmond memutuskan untuk menyerah karena Kakashi bertingkah seperti wanita yang sedang PMS. "Maafkan aku, oke. Karena meninggalkanmu tiba-tiba."

Percakapan ini aneh, sebenarnya. Sebuah percakapan yang jika didengar oleh orang awam, mereka mengira bahwa sang bartender dan pelanggan pernah memiliki hubungan intim dan sebelumnya mereka putus karena sang bartender menghilang secara tiba-tiba. Padahal, mereka hanya teman biasa. Dan Kakashi yang memang berlebihan.

"Oh."

"Kau tahu," Desmond meniru gaya Kakashi sebelumnya. "Jika kau bersikap datar seperti itu, aku jadi ingin memaksamu untuk meminum lebih dan membuatmu frustasi."

Kali ini Kakashi benar-benar menyiram Desmond dengan wiski.

Whiskey and VodkaWhere stories live. Discover now